| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, July 13, 2006,11:11 AM

Kalau Kita Dipenggal Waktu

Konon, Allah jarang sekali bersumpah atas nama sesuatu kalau memang tidak memiliki maksud-maksud khusus dan istimewa. Dalam banyak ayat di Alquran, Allah hanya memilih hal-hal tertentu yang digunakan untuk melontarkan sumpah. Misalnya, bersumpah dengan menyebutkan penciptaan langit, bumi, bulan, matahari serta hal-hal yang susah dijangkau melalui pengetahuan biasa manusia.

Tetapi ada sebuah makhluk-Nya yang juga Ia jadikan alat untuk sebuah sumpah; yakni waktu. Siapa yang menciptakan waktu? Jawabannya tunggal: Allah SWT. Rahasia waktu juga hanya milik Allah semata, tetapi rangkaian serta makna dan implikasinya amat kuat dalam kehidupan manusia. Hanya waktu yang mengawali kehidupan manusia dan juga hanya waktu yang menandai berakhirnya hidup seorang anak Adam.

Dalam sebuah surat amat terkenal dan biasa dikumandangkan para dai atau qari, yakni surat Al-Ashri, Allah menuntun kita untuk pandai-pandai memaknai waktu. Allah bersumpah "Demi Waktu [Masa]!" Wal Ashri. Hanya waktu yang menentukan kapan seseorang akan naik jabatan dan hanya waktu pula yang menentukan seseorang akan terjungkal dari kekuasaannya. Cuma waktu yang dengan segala rahasianya mampu menggenggam nyawa seseorang dan cuma waktu yang mampu menanam nyawa seseorang dengan izin Allah. Waktu berkelabat dengan cepat seperti tak ada kekuatan lain yang mampu menandinginya termasuk kekuatan cahaya, suara apalagi kekuatan supersonik. Begitu berpengaruhnya waktu bagi kehidupan anak manusia, sampai-sampai khalifah umar Bin Khattab memandang waktu sebagai sesuatu yang sangat mengerikan.

"Al-Waktu Kassaifi Inlam Taqtho'hu Qotho'aka" [Waktu ibarat pedang, kalau tidak segera kau memenggalnya, maka ia akan memenggalmu]. Demikian Sayyidina Umar mengingatkan kita soal waktu. Bisakah waktu ditaklukkan? Tantu saja bisa, seperti Allah sudah menuntun kita dalam lanjutan surat Al-Ashri tadi. Hanya orang-orang beriman dan beramal saleh saja yang akan mengambil keuntungan besar dari penciptaan waktu.

Sekarang mari kita pejamkan mata sejenak saja. Lantas kita berpikir, seandainya kita terus berada dalam kegelapan, bagaimana kita membayangkan kehidupan ini? Coba kita tutup telinga kita sampai tak terdengar sedikit pun suara berdesir di sekitar kita. Lantas kita bayangkan seandainya kita tidak bisa mendengar selamanya. Sekarang mari kita tutup mulut kita sampai tak ada sesuatu pun yang bisa keluar dan masuk ke dalam mulut kita.

Coba kita tahan tangan kita sekitar beberapa menit untuk tidak bergerak, lantas kita bayangkan betapa beratnya hidup ini tanpa tangan yang berfungsi dengan baik. Coba kita berdiri dengan satu kaki, lantas kita bayangkan betapa susahnya menjalani hidup hanya dengan satu kaki. Yang paling menyiksa adalah kalau kita mencoba menahan napas walau hanya satu menit, bagaimana bisa kita membayangkan kalau napas kita tertahan lebih lama lagi.

Hanya waktu yang membuat kita bisa membuka mata, membuat telinga mengembang, membuat mulut berfungsi dengan baik, dan membuat napas kembali mengalir lancar. Hanya waktu yang menentukan kapan kita bisa menjadi manusia-manusia beriman yang mampu melakukan amal saleh. Tak terbayangkan, betapa besarnya karunia Allah kepada kita. Nikmat penglihatan, karunia pendengaran, anugerah tangan dan kaki serta hembusan napas, adalah "nikmat biasa" yang jarang sekali kita syukuri, padalah waktu sudah jauh memenggal jatah masa hidup kita.

Sekarang, mari kita bermuhasabah, sudah berapa detikkah waktu meninggalkan kita? Sudah berapa menitkah jatah umur kita dipenggal oleh waktu? Sudah berapa jamkah waktu berlalu begitu saja tanpa kita sadari? Sudah berada di bagian manakah dari waktu yang tersedia bagi kita, ketika jarum jam menunjukkan angka-angka? Sudah berapa minggu, bulan dan tahunkah kita menyia-nyiakan waktu sehingga waktu membiarkan kita tanpa amal saleh?

Sungguh, waktu telah melakukan banyak, sementara kita belum melakukan apa-apa. Jatah umur kita benar-benar sudah dipenggal oleh waktu padahal kita tidak pernah dan tidak akan pernah tahu pada angka berapakah jatah waktu kita akan habis. Sadarkah kita bahwa waktu sangat kuat kaitannya dengan kadar keimanan kita kepada Allah? Sungguh, tak ada waktu lagi yang tersisa bagi kita walau hanya untuk sekadar berbenah dan kembali kepada fitrah.

Waktu, walau hanya sekian detik, tetapi akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. "Sedetik saja dia tidak beranjak pergi, pasti peluru itu sudah menyambar kepalanya!" atau kutipan lainnya "Kalau saja dia tidak segera melompat, pasti kepala kereta api itu sudah menyambarnya!"

Begitu berartinya waktu, tetapi begitu susah kita menyadari penting dan bermaknanya waktu bagi kita. Dalam situasi seperti sekarang, sudah berapa musibah datang berkejar-kejaran. Lokomotif KA Kerjaya diterjang lokomotif Semberani, sudah melewati waktu. Musibah terjadi sepersekian detik sehingga beberapa nyawa melayang. Metromini menghabisi 6 nyawa penumpangnya hanya karena telat waktu seperti berhenti di tengah-tengah rel kereta. Sekarang, dengan waktu yang seperti mempermainkan rasa perasaan terdalam kita, semburan gunung Merapi akan berkejar-kejaran dengan waktu sambil menunggu aliran api membakar ujung terakhir sumbu letusan. Sadarkah, ini semua terjadi ketika waktu masih bersama kita?

Dari sekian umur yang sudah kita habiskan, berapa lagi yang tinggal sebagai jatah kita? Bergegaslah! Kalau bisa kita kerjakan sekarang, jangan sampai ditunda sampai esok hari. Kalau kita menginginkan kehidupan dunia, maka bayangkan kita akan hidup selamanya di dunia ini. Tetapi kalau kita tengah menginginkan kehidupan akhirat, jangan tunda untuk menjadikan ibadah kita terakhir sebagai yang penghabisan alias pamungkas. Siasat ini diajarkan Baginda Rasulullah kepada kita dalam menyikapi dan bersahabat dengan waktu.

Islam mengajarkan kita untuk mendapatkan dua-duanya; kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Untuk mencapai kenikmatan di kedua tempat tersebut, Allah telah memberikan waktu kepada kita untuk menentukan jalan hidup. Jangan sia-siakan waktu karena kalau tidak, kita akan menjadi orang yang merugi, orang yang dengan semena-mena akan dipenggal oleh waktu.

Waktu bukanlah karunia dan nikmat biasa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Ia sebenarnya merupakan karunia terbesar di antara karunia-karunia Allah. Bahkan, harus jujur diakui, tak ada karunia Allah yang kecil. Semua karunia adalah nikmat terbesar yang diperuntukkan Allah kepada kita. Meski karunia itu tak lebih dari sekadar satu detik waktu dalam penggalan waktu-waktu yang diberikan Allah kepada kita. Sejak waktu terlahir, maka sejak itu pulalah sebenarnya sudah lahir pula syukur.

Syukur tak akan pernah berhenti sampai waktu kita di dunia ini habis tak tersisa. Begitu pentingnya syukur, sampai-sampai Allah menamakan diri-Nya dengan sebutan As-Syakuur [Yang Maha Bersyukur]. Kalau Dia saja bersyukur, kenapa kita tidak segera melakukannya? Sekarang! Wallaahu A'lamu Bisshowaab

(KH A Hasyim Muzadi )

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home