| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, July 11, 2006,12:16 PM

Bola Satukan Dunia

Usai sudah pesta bola dunia. Itali menjadi kampiun bola di jagat raya ini. Sebulan penggila bola (gibol) disuguhi tontonan olahraga paling populer itu. Tetapi, yang kami kemukakan di sini ialah permainan bola disepak untuk dimasukkan ke gawang oleh sebelas pemain itu ternyata dapat menyatukan umat manusia, terutama antargibol.

Warga dunia sama-sama dibikin terpesona, terperangah, dan terkejut. Bahkan, sempat pula dibikin menangis bersama atau mengumpat ramai-ramai bila tim negara bola atau pemain yang dijagokan kalah di lapangan hijau.

Belum ada satu pun cabang olahraga yang mampu menyedot perhatian umat manusia seluruh dunia seperti sepak bola. Tiap malam -warga dunia di belahan Asia dan Afrika- atau tiap pagi -warga dunia di belahan Amerika- dipaksa berlama-lama di depan tv.

Sepak bola bukan hanya cabang olahraga, melainkan telah berkembang menjadi show intertain yang sarat daya tarik. Cara merebut, menggiring, melewati lawan, menanduk bola, atau memasukkannya ke gawang memerlukan skill, tenaga, dan kecerdikan, yang ketika diperlihatkan di hadapan penonton di lapangan atau di depan masing-masing tv, memiliki seni serta daya pikat luar biasa.

Dengan skill dan kecerdikan bermain atau memainkan bola, orang pun dibuat terkagum-kagum sehingga sepak bola kini telah menjadi hiburan yang banyak digemari.

Sepak bola adalah cabang olahraga keras. Membutuhkan fisik, daya tahan, dan kekuatan yang besar. Namun, justru dengan itu pula, masyarakat menjadi sangat menyukai karena siapa yang menang menjadi idola sebagai sang jagoan dalam adu kekuatan, teknik, dan skill bermain.

Tetapi, sepak bola dengan seni bermain atau kekuatan fisik dan tekniknya menuntut sportivitas serta kejujuran yang tinggi dan harus diperlihatkan dengan terbuka. Karena itu, dengan segala kekuatan yang harus diperlihatkan di tengah lapangan, bermain bola dapat meredakan emosi dan pertikaian.

Dengan nilai-nilai sportivitas, kekerasan, adu fisik, kepintaran, dan adu skill untuk memenangkan pertandingan dapat meredam emosi untuk saling bertikai.

Di hadapannya, para penonton dapat dengan mudah mengumpat atau mencemooh para pemain, wasit, atau official yang berlaku tidak sportif. Nilai-nilai persahabatan dan kebersamaan dapat diwujudkan berkat sikap dan keharusan kolektif untuk menjunjung fairness.

Karena itulah, Piala Dunia sepak bola yang digelar empat tahun sekali selalu saja ditunggu masyarakat dunia. Pada saat perhelatan itu digelar, yang ditunggu banyak warga dunia ialah tontonan yang menghibur dari lapangan hijau. Tontonan adu fisik, teknik bermain, adu kepintaran, dan adu skill di atas landasan sportivitas yang dapat menyatukan kebersamaan warga dunia.

Hanya warga yang masih purba yang ingin menyaksikan pertandingan bola sebagai tontonan adu kekerasan, fisik, teknik, kepintaran bermain, dan skill tanpa sportivitas.

Di lapangan bola, warga dunia dapat menyaksikan adu kekerasan fisik dan otot tanpa harus berakhir dengan permusuhan. Adu fisik, adu kuat, adu pintar, dan adu skill terbaik itu justru berakhir dengan kebersamaan, kesetiakawanan, dan persaudaraan.

Usai bertanding, para pemain yang baru beradu otot dan fisik saling berpelukan dan bertukar "pakain perang" (baca: kaus tim) tanpa saling "menghabisi". Semua bersatu sebagai teman dan saudara antarnegara, antarbangsa, dan antarbenua.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home