| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, July 11, 2006,11:56 AM

Mengalahkah Yahudi?

Adian Husaini
Ketua Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia

Kebiadaban kaum Yahudi terhadap warga Palestina masih berlangsung. PBB sudah mengecam, Dunia Islam --melalui OKI-- telah mengutuk dan mengajukan resolusi ke Dewan Keamanan PBB. Tapi semua itu kandas karena diveto Amerika Serikat (AS) dan Prancis. Di Indonesia, demo menentang perlakuan kejam Israel silih berganti. Hampir tak ada kata-kata lagi yang bisa menggambarkan kekejaman dan kekejian Yahudi Israel.

Anehnya, masih ada media massa di Indonesia yang menggunakan istilah 'militan Palestina' untuk pejuang Palestina. Istilah yang tidak disematkan kepada penguasa Zionis Yahudi dan para pendukungnya, yang terang-terangan membantai warga sipil Palestina. Terjadi stigmatisasi dan demonisasi, sehingga seolah-olah darah para pejuang Palestina memang 'halal' ditumpahkan dengan cara apa saja.

Seperti biasa, Yahudi tak menggubris suara dunia, apalagi suara umat dan dunia Islam. Sepertinya Israel sudah hafal irama respons kaum Muslim. Jika dibantai, dibunuh, dan dianiaya, mereka akan mengeluarkan resolusi atau kecaman. Paling jauh melakukan aksi demonstrasi, membakar bendera Israel dan AS. Setelah itu, diam.

Saat umat Islam di mana-mana menggelar aksi menentang pembunuhan Syekh Ahmad Yassin, Menteri Pertahanan Israel, Saul Mofaz, cukup berujar,''Biarkan saja, mereka juga nanti akan lupa.'' Israel membela aksi militernya di Gaza sebagai bentuk pembalasan terhadap penyanderaan seorang tentaranya. Untuk itu, Israel menerapkan hukuman kolektif: Semua penduduk Palestina adalah bersalah. Logika ini didukung AS dan sekutu-sekutunya. Tapi, hukum ini tidak berlaku jika ada tentara AS yang membantai dan menyiksa kaum Muslim di Irak, Afghanistan, Guantanamo, dan sebagainya. Tentu saja umat Islam harus maklum akan kondisinya. Umat Islam adalah pihak yang kalah, teraniaya, terzalimi, terpojokkan. Semua itu terjadi karena umat Islam lemah; tidak disegani oleh umat-umat lain.

Orang Yahudi yang jumlahnya tak lebih dari 16 juta jiwa, berani mempermainkan umat Islam. Israel tentu paham, meskipun berjumlah sekitar 1,3 miliar jiwa, umat Islam laksana 'bangkai'. Tak perlu disegani dan ditakuti, apalagi dengan dukungan penuh AS. Seolah-olah Yahudi dan kroninya berpikiran: ''Bunuhi saja umat Islam! Bantai saja mereka! Kuras minyak mereka, emas mereka! Kuasai perusahaan mereka! Paling-paling, nanti umat Islam akan melakukan demonstrasi dan mengeluarkan resolusi.''

Resolusi, demonstrasi, kutukan, adalah bentuk aksi umat Islam menentang kebiadaban Israel selama ini. Tentu, ini tidak salah, bahkan sangat bermanfaat. Tetapi, energi 'kemarahan' umat ini harusnya dipelihara, disalurkan ke dalam bentuk perlawanan yang berkelanjutan. Realitas politik menunjukkan, banyak penguasa di dunia Islam yang menggantungkan kekuasaannya kepada negara-negara Barat yang menjadi pendukung Israel.

Usulan resolusi negara-negara OKI kali ini perlu diapresiasi. Namun, seharusnya OKI tidak berhenti sampai di situ, sehingga tidak terkesan basa-basi dalam membela Palestina.

Proksi
Saat KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, PM Malaysia, Mahathir Mohamad, sudah mengingatkan bahwa Yahudi memerintah dunia dengan proksi --melalui tangan negara-negara besar. Kata Mahathir: ''The European killed six million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy.''

Kaum Yahudi internasional marah atas pidato Mahathir dan menyerukan boikot terhadap Malaysia. Namun, usaha Yahudi itu tak berhasil. Banyak kepala negara/pemerintahan Barat marah kepada Mahathir. PM Autsralia, John Howard langsung menyerang Mahathir, seraya menyebut ungkapan Mahathir ''berbahaya dan menjijikkan''. Melalui pidatonya, Mahathir sebenarnya bermaksud mengajak umat Islam merenungkan kembali posisi mereka. Mengapa sebagai umat besar tidak dapat berbuat banyak. Dia kemudian membandingkan dengan Yahudi, yang selama 2000 tahun ditindas, lalu berhasil bangkit, menggunakan strategi mengandalkan 'otak' dan ilmu pengetahuan.

Dari segi jumlah, dibandingkan dengan Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Meskipun demikian, mereka adalah para pekerja tangguh dan memiliki perencanaan jelas dalam pergerakan mewujudkan negara Israel. Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodore Herzl, sudah mencanangkan berdirinya negara Yahudi, 50 tahun kemudian. Rancangan itu terwujud dengan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948. Dalam pidatonya, Mahathir sebenarnya menekankan umat Islam belajar dari sejarah Yahudi. Bagaimana bangsa kecil yang mengalami penindasan 2000 tahun ini berhasil survive dan bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power). Ia menekankan, Yahudi selamat lebih karena menggunakan 'otak', dan bukan hanya kekuatan fisik.

Bisa dikalahkan
Bagian pidato Mahathir yang sangat menohok bangsa Yahudi adalah pernyataannya, bahwa Yahudi bukanlah bangsa yang tak dapat dikalahkan Kata Mahathir,''Inilah saatnya kita berhenti sejenak dan berpikir. Jika kita dapat berhenti sejenak dan berpikir, kemudian kita mampu menghasilkan satu rencana, satu strategi yang dapat mengantarkan kita pada kemenangan akhir.''

Meminjam istilah Mahathir, sudah saatnya dunia Islam termasuk kaum Muslim di Indonesia mulai berpikir serius dalam merumuskan srategi perjuangan melawan Yahudi. Sebelum melakukan perlawanan, umat Islam harus tahu persis, di mana posisi-posisi Yahudi di Indonesia: Perusahaan mana saja yang dibiayai Yahudi. Siapa saja pendukung-pendukungnya di Indonesia. Bagaimana cara mereka menguasai umat Islam.

Semua itu harus dipelajari dan dikaji dengan serius oleh umat Islam, agar tidak salah dalam melangkah dan menyusun program perjuangan; agar tidak sporadis dalam melawan kekuatan Yahudi yang sudah menggurita di berbagai sektor kehidupan: Informasi, studi dan pemikiran Islam, keuangan, sampai barang-barang konsumsi rumah tangga.

Perjuangan melawan hegemoni Yahudi dan kroninya adalah perjuangan panjang dan membutuhkan keseriusan, ilmu dan kesabaran. Dalam istilah Ustad Syuhada Bachri, tokoh Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, sudah saatnya umat Islam melakukan kerja keras dan kerja cerdas. Maka, sudah saatnya umat Islam berusaha keras membangun posisi kemandiriannya, terutama dalam pemikiran, budaya, dan ekonomi.

Sangatlah sulit dibayangkan, bagaimana kaum Muslim mau melawan Yahudi, sedangkan untuk air minum saja, umat Islam masih merasa nyaman mereguk air kemasan produk Yahudi. Dan sangatlah mustahil mengalahkan Yahudi dan kroninya, jika untuk pemikiran Islam saja, kampus-kampus berlabel Islam bangga menerapkan metode penafsiran Bibel Yahudi untuk penafsiran Alquran. Wallahu a'lam.

Ikhtisar:

- Sebelum melawan Yahudi, umat Islam harus tahu persis di mana posisi mereka di Indonesia: Perusahaan mana yang dibiayai Yahudi, siapa pendukungnya, bagaimana cara mereka menguasai umat Islam.
- Kekuatan Yahudi sudah menggurita di berbagai sektor kehidupan: Informasi, studi dan pemikiran Islam, keuangan, sampai barang-barang konsumsi rumah tangga.
- Perjuangan melawan hegemoni Yahudi dan kroninya adalah perjuangan panjang dan membutuhkan keseriusan, ilmu dan kesabaran. Saatnya umat bekerja keras dan bekerja cerdas.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home