| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Friday, May 19, 2006,3:02 PM

Industri Manufaktur Memburuk

Berantas Penyelundupan


Jakarta, Kompas - Kondisi industri manufaktur Indonesia semakin memburuk. Di pasar global, produk Indonesia kalah bersaing dengan produk sejenis dari China, Vietnam, dan sebentar lagi India serta Banglades. Pasar domestik pun terus-menerus diserbu produk manufaktur impor legal maupun yang ilegal di tengah kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat yang lemah.

"Industri manufaktur di Indonesia tak berdaya lagi. Bahkan, berdasarkan hasil survei prospek investasi industri manufaktur yang dilakukan di 60 negara, Indonesia menempati urutan ke-60. Ini benar-benar memprihatinkan," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi saat berbicara dalam diskusi terbatas Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) di Jakarta, Kamis (18/5).

Menurut Sofjan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) melebihi 100 persen pada 1 Oktober 2005 ternyata tidak memberi manfaat besar bagi pemerintah, sementara daya beli masyarakat juga kian lemah. Industri pun mengalami keterpurukan luar biasa karena meningkatnya ongkos produksi, sementara produktivitas sangat rendah.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, berbagai industri manufaktur, seperti otomotif, tekstil dan produk tekstil, industri perkayuan, elektronik, industri makanan, serta semen mengalami penurunan penjualan.

Industri otomotif, misalnya, menderita penurunan penjualan 47 persen selama triwulan I-2006 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berbagai industri manufaktur yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta melaporkan kinerja triwulan pertama yang tidak begitu menggembirakan.

Penjualan sepatu bahkan ada yang mulai turun sejak Oktober 2005 dan mengalami kondisi paling parah pada Februari 2006, anjlok 50 persen. Penyerapan pasar terhadap produk garmen juga anjlok 30 persen.

Kendati demikian, Sofjan meminta pelaku usaha tidak perlu mengambinghitamkan keterpurukan ekonomi kepada orang atau pihak lain. "Mungkin kita (pelaku usaha) perlu menyalahkan diri sendiri dulu sembari bertanya mengapa perekonomian ini tidak pernah maju," kata Sofjan.

Penyelundupan

Di tempat lain, dalam dialog Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan jajaran Ditjen Bea dan Cukai, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan Rachmat Gobel mengatakan, sudah saatnya pemerintah lebih serius menangani penyelundupan karena kinerja industri terus merosot akibat penyelundupan dan juga kondisi ekonomi yang lesu.

"Sekarang pasar tidak bergerak, uang sangat ketat, sehingga stok barang menumpuk dan dikhawatirkan pabrik akan semakin banyak yang mengurangi kegiatannya," ujarnya.

Ketua Umum Kadin Indonesia MS Hidayat mengatakan telah bersepakat dengan Ditjen Bea dan Cukai untuk melakukan pertemuan rutin setiap dua bulan untuk bertukar informasi.

"Kalau industri tahu pasar jatuh karena adanya barang yang masuk secara tidak benar, kasih tahu ke kami, lokasinya di mana dan komoditasnya apa. Selanjutnya kami akan lakukan operasi," kata Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi.

Selain itu, Kadin dan Ditjen Bea Cukai juga akan menandatangani nota kesepahaman (MOU) pakta integritas dan kode etik bagi aparat Bea dan Cukai serta pengusaha. "Karena penyimpangan itu kan selalu terjadi dua arah, baik dari aparat maupun pengusaha," kata Hidayat.

Melihat kondisi terkini, Sofjan mengingatkan, masa depan perekonomian Indonesia tak bisa lagi hanya mengandalkan industri manufaktur. Namun, harus dikembangkan pula industri berbasis sumber daya alam, seperti perikanan, kelautan, dan perkebunan (kelapa sawit).

Berdasarkan data MPN, sejak harga solar untuk nelayan naik dari Rp 2.200 menjadi Rp 6.300 per liter, ongkos produksi usaha penangkapan dan budidaya naik lebih dari 100 persen. Akibatnya, 80 persen kapal ikan berhenti melaut. Dengan demikian, volume penangkapan ikan tuna turun hingga 75 persen, dari biasanya 13.145 ton menjadi 3.286 ton per bulan.

Untuk memberdayakan industri berbasis sumber daya alam dibutuhkan regulasi yang memberi iklim yang kondusif bagi investasi. Termasuk penentuan fokus pemberdayaan setiap sektor. (JAN/ANV)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home