| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, May 18, 2006,12:04 PM

Kebijakan AS Dinilai "Amoral"

Caracas, Rabu - Wakil Presiden Venezuela Jose Vicente Rangel mengatakan, Selasa (16/5), bahwa kebijakan AS terhadap Venezuela dan Libya memperlihatkan "sinisme dan amoralitas" Washington.

Berbicara menjelang kunjungan Presiden Venezuela Hugo Chavez ke Tripoli untuk pembicaraan dengan pemimpin Libya Moammar Khadafy, Rangel menyerang langkah AS yang mengenakan sanksi militer pada Caracas hari Senin, di mana Washington menuduh pemerintah Chavez tidak bekerja sama dalam perang AS melawan teror.

Sanksi itu dikenakan pada Venezuela pada hari yang sama dengan AS mengumumkan akan mencabut Libya dari daftar negara-negara sponsor terorisme dan kembali mempunyai hubungan diplomatik penuh.

"Teroris kemarin, kini bukan lagi teroris atas berkat AS," kata Rangel.

"Posisi Pemerintah AS memperlihatkan sinisme dan amoralitasnya," tambahnya.

Rangel menilai pernyataan Washington mengenai Venezuela bukan mitra yang dapat diandalkan dalam upaya kontra-terorisme, "sangat lemah".

"Tak ada satu pun tindakan yang telah dilakukan Pemerintah Venezuela yang membenarkan (pernyataan) ini," katanya.

Mantan Menteri Luar Negeri Venezuela Simon Alberto Consalvi mengatakan pada AFP bahwa pengumuman Washington mengenai dua hal itu sama-sama dilakukan hari Senin dapat timbul dari keinginannya untuk "menimbulkan perbedaan antara Libya dan Venezuela".

Menteri Pertahanan Venezuela Laks Orlando Maniglia, Selasa, mengatakan, AS telah melanggar sebuah kontrak dengan menolak menjual suku cadang pengganti untuk pesawat tempur F-16 buatan AS kepada Venezuela, bahkan setelah Venezuela membayar suku cadang itu.

Maniglia mengatakan, Venezuela tidak mempertimbangkan sebuah rencana resmi untuk menjual 21 pesawat F-16-nya ke negara lain walau seorang jenderal yang tingkatnya lebih rendah mengatakan dia menganjurkan langkah itu setelah AS mengumumkan larangan penjualan senjata kepada pemerintahan Presiden Chavez.

"Saya terus terang sudah lelah meminta suku cadang pengganti untuk F-16," kata Maniglia dalam sebuah konferensi pers. "Selama tiga tahun itu sangat sulit, kalau tidak dibilang tidak mungkin bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menjual pada kami suku cadang untuk mempertahankan F-16 kami," katanya.

"Saya punya daftar. Kami telah membayar. Kami telah mengirim uang ke AS," kata Maniglia kepada wartawan. Dia juga menambahkan, "Kami akan mencari di pasar lain agar seseorang mau menjual kepada kami jenis pesawat yang akan digunakan untuk patroli."

Dia mengatakan, Washington telah mencegah perusahaan-perusahaan AS mengirimkan suku cadang ke Venezuela dan juga mencegah perusahaan-perusahaan Israel dan Korea untuk menyediakan komponen-komponen.

Pejabat-pejabat AS tidak segera menjawab tuduhan itu, tetapi sebelumnya mereka mengatakan mematuhi kontrak penjualan F-16.

Jual ke Iran

Para pejabat AS mengatakan bahwa kontrak tahun 1982 tidak mengharuskan mereka untuk memasok suku cadang untuk jangka waktu tak terbatas atau meningkatkan pesawat itu. Mereka juga mengatakan telah memberikan suku cadang bagi kursi pelontar dalam bulan-bulan terakhir ini.

Jenderal Alberto Muller, salah seorang penasihat Presiden Chavez, mengatakan, sebelumnya, Selasa, dia telah menyarankan kepada Maniglia agar Venezuela mempertimbangkan menjual armada F-16-nya ke sebuah negara lain dan bisa mempertimbangkan untuk menjualnya ke Iran.

Akan tetapi, Maniglia mengatakan, Chavez "belum memberi perintah apa pun" mengenai apa yang akan dilakukan dengan F-16 mereka, dan bahwa Muller "bukan juru bicara angkatan bersenjata." (AFP/AP/DI)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home