| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, May 09, 2006,3:15 PM

Guru "Nyambi" Jadi Tukang Becak

Helena F Nababan

Apa yang dilakukan guru honorer Sugeng Supriadi (39) benar-benar sesuai dengan ungkapan hidup adalah perjuangan. Sejak lulus Sekolah Pendidikan Guru Negeri 1 Tanjung Karang, Lampung, tahun 1986, ia bekerja sebagai guru honorer yang memegang mata pelajaran Keterampilan dan Seni Budaya Lampung di SMP Nusantara, Bandar Lampung.

Ia sudah lima kali mengikuti tes calon pegawai negeri sipil (CPNS). Terakhir, ia mengikuti tes CPNS di Kabupaten Lampung Barat. Namun, gagal karena tidak ada formasi.

"Bagaimana bisa diterima, saya selalu dimintai surat keterangan mengajar yang disertai surat siluman. Saya kan tidak mempunyai koneksi seperti itu. Apalagi, kalau harus membayar. Wah, uang dari mana?" katanya.

Sugeng Supriadi pun ikhlas menjalani hari-hari sebagai guru honorer. Selama 20 tahun mengajar, peningkatan gaji yang ia alami hanya bergerak dari angka Rp 35.000 per bulan menjadi Rp 126.000 per bulan.

Dengan tiga anak—dua di antaranya usia sekolah, yaitu Ratih Sepsilawani (13) dan Surya Galih Panengah (9)—ia merasa gaji sebesar itu jelas tidak mencukupi kebutuhan hidup dia dan keluarganya. Istrinya, Linda Santika (29), berkonsentrasi mendidik anak di rumah sehingga semuanya bertumpu pada gaji Sugeng yang hanya secuil itu.

Per hari setidaknya dibutuhkan uang Rp 25.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk mencukupi biaya hidup, apa boleh buat, ia pun nyambi atau bekerja sambilan sebagai tukang becak.

"Dulu pernah, selama hampir satu tahun pada 1996 saya mengajar di sekolah lain di Teluk Betung, Bandar Lampung, yaitu di SMP Tri Dharma. Tetapi sayang, penghargaan terhadap guru sangat minim. Saya hanya digaji Rp 15.000 per bulan. Akhirnya saya memilih berhenti dan nyambi narik becak saja," katanya.

Setiap hari, selesai mengajar pukul 12.45, ia akan pulang ke rumah. Setelah istirahat, pukul 17.00 sampai tengah malam ia akan berkeliling kota menawarkan jasa angkutan dengan becaknya.

Dengan mudah, pria berperawakan kecil itu bisa ditemui di depan pusat perbelanjaan Ramayana, Jalan Raden Intan, Bandar Lampung. Dengan menarik becak, setiap hari Sugeng bisa mendapatkan penghasilan tambahan Rp 15.000-Rp 20.000. Akibatnya, tak sepeser pun yang bisa ia tabung.

Saat ini Sugeng dan keluarganya tinggal di sebuah rumah warisan orangtuanya berukuran 9 meter x 6 meter di Jalan Bangau No 41 Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung. Di rumah tersebut tinggal pula keluarga kakaknya yang memiliki lima anak. Kakaknya juga bekerja sebagai penarik becak.

Untuk menghadapi kehidupan yang semakin sulit, Sugeng berharap pemerintah segera mengangkat guru honorer, seperti dirinya, menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"Saat ini perbandingan antara guru hononer swasta dan negeri, lebih banyak guru swasta. Saya berharap pemerintah punya kebijakan yang adil. Saya akan terus berjuang untuk itu," katanya.

Ia berharap guru-guru honorer berpenghasilan rendah, seperti dirinya, menjadi PNS. Setidaknya hal itu bisa sedikit meringankan beban hidup mereka dan keluarganya. Selain itu, juga sedikit membantu menjamin masa depan anak-anak mereka melalui peningkatan gaji.

Di negeri ini, ada ratusan ribu guru honorer yang bernasib sama dengan Sugeng Supriadi. Gaji para pahlawan tanpa tanda jasa ini bervariasi, antara Rp 75.000 sampai lebih kurang Rp 500.000. Kalau guru honorer tersebut mengajar di sekolah negeri, honornya lumayan, antara Rp 200.000 sampai Rp 400.000, tergantung kemampuan pemerintah daerah setempat.

Akan tetapi, kalau mengajar di sekolah swasta, gurem pula, pendapatan guru honorer tersebut cukup memelas. Ada yang dibayar dengan honor Rp 75.000 per bulan. Dengan besaran honor ini, untuk uang transportasi saja sudah tidak cukup. Apalagi untuk biaya hidup sehari-hari.

Maka, menjadi beralasan kalau guru honorer seperti Sugeng nyambi menjadi tukang becak. Ia menempuh jalan keras, tetapi halal itu sebagai bentuk cinta kepada anak dan istrinya.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home