| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Friday, April 28, 2006,9:46 PM

Yudhoyono Umrah di Tengah Keprihatinan

Oleh WISNU NUGROHO

Jeddah, Kompas - Presiden didampingi Ny Ani Bambang Yudhoyono dan rombongan sejumlah menteri berangkat menuju Mekkah, Arab Saudi, Kamis (27/4) malam pukul 21.00 waktu setempat untuk menunaikan ibadah umrah. Dalam keprihatinan atas sejumlah masalah bangsa, Presiden mengajak rombongan mendoakan bangsa, negara, dan seluruh rakyat Indonesia.

Menteri Agama Maftuh Basyuni yang menyertai kunjungan kenegaraan Presiden selama sembilan hari ke Timur Tengah akan memimpin ibadah umrah yang diikuti sekitar 100 anggota rombongan. Presiden dan rombongan akan menginap semalam di Mekkah.

"Menteri Agama akan menuntun kita semua. Mudah-mudahan ibadah kita diterima Allah SWT. Selain untuk pribadi, jangan lupa berdoa untuk rakyat kita, untuk bangsa kita, untuk masa depan kita, dan untuk energi yang menjadi persoalan kita," ujar Presiden di dalam pesawat dalam penerbangan menuju Jeddah, Arab Saudi, sebelum berangkat umrah.

Setelah menunaikan shalat subuh dan shalat Jumat di Masjidil Haram, Mekkah, hari ini, Presiden didampingi Ny Ani Yudhoyono dan rombongan kemudian ke Madinah untuk berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.

Selama umrah, sejumlah keprihatinan atas persoalan bangsa yang tidak kunjung teratasi dan seperti tidak ada habisnya akan dibawa dalam doa Presiden. Selain terus bekerja keras dan mencari solusi atas masalah bangsa, Presiden akan minta petunjuk dan bantuan Allah SWT. Presiden terakhir kali melakukan umrah saat masa tenang sebelum pemilihan umum presiden dan wakil presiden 2004.

Saat memberi penjelasan sebelum umrah, Presiden menuturkan masalah energi, khususnya minyak, yang telah menimbulkan persoalan di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Minyak mentah dunia yang harganya terus naik saat ini disinyalir telah dijadikan sebagai senjata politik oleh negara-negara utama pengekspor minyak seperti Iran yang saat ini bersitegang dengan Amerika Serikat.

Karena persoalan minyak dunia ini, menurut Presiden, pemimpin semua negara, termasuk Indonesia, tengah mengembangkan kebijakan energi yang tepat, baik secara global maupun nasional. Presiden menyebut, Presiden AS George Walker Bush telah mengeluarkan empat kebijakan energi untuk solusi jangka pendek masalah minyak yang harganya mencapai 74 dollar AS per barrel. "Saya juga telah mengeluarkan lima kebijakan yang dikenal sebagai Jagus (kebijakan Agustus) di mana empat di antaranya sama dengan kebijakan Presiden Bush," ujarnya.

Empat kebijakan yang sama itu adalah penghematan dan efisiensi, peningkatan produksi, pengembangan energi alternatif, dan investigasi dan penegakan hukum atas melambungnya harga minyak secara tiba-tiba. Kebijakan kelima yang membedakan Indonesia dan AS adalah subsidi, di mana AS menerapkan harga pasar.

Dampak ke APBN

Dengan asumsi harga minyak 57 dollar AS per barrel, dampak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pasti besar. Namun, di depan warga Indonesia yang bekerja di Arab Saudi, Presiden menegaskan, tidak akan menambah beban rakyat yang masih berat dengan menaikkan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

"Ekonomi rakyat masih berat, apa pun yang terjadi, pemerintah tak akan menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Biar semua tumbuh dan penghasilan rakyat kebanyakan membaik dahulu," ujarnya disambut tepuk tangan ratusan warga.

Agar upaya pemerintah untuk tidak menambah beban rakyat terwujud, Presiden menyerukan pentingnya penghematan secara nasional dalam penggunaan BBM, listrik, telepon, dan air. Dengan penekanan sama, Presiden menyampaikan ajakan untuk berhemat dalam tiga kali kesempatan di dua tempat, yaitu di Kantor Kepresidenan dan Pacitan, Jawa Timur.

"Hidup boros harus kita hentikan untuk menuju negara yang hemat. Itulah cara hidup baru bangsa yang harus dikampanyekan dan dijalankan," ujarnya.

Selain berhemat, untuk menambah kapasitas produksi minyak nasional, pemerintah melalui Pertamina akan bekerja sama dengan Aramco Arab Saudi untuk menambah kilang dengan minyak mentah dari Arab Saudi. Hasil produksi itu akan digunakan untuk Indonesia dan juga sejumlah negara di Asia Timur.

Langkah nyata untuk kerja sama Pertamina dan Aramco ini akan ditindaklanjuti setelah Presiden bertemu dengan pemimpin Arab Saudi, Raja Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud. Rencananya, kilang Pertamina dan Aramco akan dibangun dalam waktu dekat di Situbondo, Jawa Timur.

Utusan khusus Palestina

Sehubungan dengan masalah Palestina, Presiden Yudhoyono menegaskan komitmen dan dukungan rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk kemerdekaan Palestina. Untuk secara lebih serius memberikan bantuan dan kerja sama dengan Pemerintah Palestina, Indonesia akan mengangkat utusan khusus untuk Palestina.

"Kita akan secara serius melakukan kerja sama dan memberikan bantuan kepada pemerintahan Palestina. Saya bahkan berpikir untuk mengangkat semacam utusan khusus dan menyusun sebuah staf yang barangkali tempatnya di Ramallah yang menjadi representasi Indonesia dalam melakukan bantuan dan kerja sama dengan Palestina," ujar Presiden dalam jumpa pers di Riyadh, Arab Saudi, Kamis.

Indonesia kembali menekankan pentingnya forum di luar kuartet, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Rusia, untuk memberikan dukungan dan menjamin berjalannya proses damai di Palestina. Indonesia sudah menawarkan diri untuk berada di dalam forum itu bersama-sama, misalnya dengan Arab Saudi.

Mengenai kapan diangkatnya utusan khusus Presiden untuk Palestina, Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengemukakan akan dilakukan sesegera mungkin mengingat makin tidak menentunya penyelesaian damai masalah Palestina.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home