| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Friday, April 21, 2006,12:48 PM

AS Minta Semua Negara Tidak Membantu Iran

moskwa, kamis - Amerika Serikat, Rabu waktu Moskwa atau Kamis (20/4) WIB, menyatakan telah meminta negara-negara lain peserta pertemuan di Moskwa menghentikan kerja sama nuklir dengan negara Timur Tengah itu. Namun, Rusia menyatakan, kerja sama dengan Iran dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir Iran di Bushehr tak bakal mengancam perjanjian internasional soal larangan penyebaran (proliferasi) nuklir.

Para delegasi dari Amerika Serikat (AS) dan lima kekuatan dunia lain (Rusia, China, Inggris, Perancis, dan Jerman) bertemu di Moskwa untuk membicarakan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan program nuklir Iran. Pertemuan digelar setelah Iran mengumumkan berhasil melakukan pengayaan uranium, hal yang bertentangan dengan tuntutan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) agar negara itu menghentikan kegiatan nuklirnya yang sensitif.

Di Moskwa, Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Politik AS Nicholas Burns menyatakan, AS telah menyerukan kepada negara-negara peserta pertemuan agar mengakhiri semua kerja sama nuklir dengan Iran, termasuk menghentikan kegiatan kerja sama di PLTN Bushehr. Ia juga menyatakan, negara-negara itu juga seharusnya menyetop semua kegiatan ekspor senjata ke Iran sebagai isyarat bagi Teheran bahwa semua pihak tak dapat menerima langkah (pengayaan uranium) yang diambilnya.

Kerja sama nuklir Rusia-Iran

Ketua Badan Tenaga Nuklir Rusia Sergei Kiriyenko menepis anggapan bahwa kerja Rusia-Iran dalam pembangunan PLTN Bushehr dapat mengancam peraturan internasional soal larangan penyebaran nuklir. Demikian dilaporkan kantor berita Rusia ITAR-Tass dari Bishkek, ibu kota Kyrgyztan.

Mengutip sebuah sumber yang tak disebut namanya, ITAR-Tass juga memberitakan, sebuah delegasi Iran yang dipimpin Javad Vaidi, Deputi Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, kemarin melakukan pertemuan dengan sejumlah diplomat Rusia. Sumber tersebut menyatakan, dalam pertemuan itu Rusia melaporkan kepada pihak Iran hasil-hasil pertemuan Moskwa.

Juga hari Rabu, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Kislyak menyatakan, negaranya baru akan menetapkan posisi dalam penanganan krisis nuklir Iran setelah adanya laporan IAEA. Meski semua negara peserta pertemuan sepakat agar Iran harus menghentikan kegiatan nuklirnya, tetapi hingga kemarin hanya AS yang tak mau menyampingkan digunakannya kekuatan militer.

"Reaksi kami akan tergantung pada isi laporan itu," kata Kislyak seperti dikutip kantor berita Rusia ITAR-Tass. "Adalah IAEA yang mengetahui persis apa yang terjadi dan tidak terjadi di Iran. Keputusan kami tergantung pada laporan ini," lanjutnya. Dengan demikian, pembicaraan baru bisa dilakukan lagi setelah tanggal 28 April mendatang, setelah Ketua IAEA Mohamed Elbardei menyampaikan laporannya.

Sementara itu, kemarin Menteri Pertahanan Iran Mostafa Mohammad-Najjar menyatakan, Iran tak gentar oleh ancaman-ancaman yang dilansir AS.

"Kami tak gentar pada ancaman AS walau AS sudah mengancam Iran selama 27 tahun, dan karenanya hal ini bukan hal baru," demikian dikatakan Mohammad-Najjar di sela-sela kunjungannya ke Azerbaijan, negara bekas republik Uni Soviet yang berbatasan dengan Iran.

"Jika Iran sampai menghadapi ancaman yang nyata, kami pun sudah siap mengatasinya" lanjutnya seraya menambahkan bahwa Iran juga siap berunding. Iran sudah berkali-kali menawarkan dialog soal isu nuklir itu. (AP/REuters/AFP/muk)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home