| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Wednesday, March 15, 2006,9:40 AM

Rice : Indonesia Inspirasi Dunia

RI Mengajak AS Ikut Mendorong Hamas untuk Bertindak Lebih Realistis


Jakarta, kompas - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice memuji Indonesia dalam upaya aktifnya memajukan moderasi dan membangun toleransi umat beragama, ras, serta etnis. Indonesia dinilai menjadi inspirasi bagi negara lain di dunia yang berjuang melawan keberagaman dan membangun demokrasi.

Pujian itu disampaikan Rice seusai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Hassan Wirajuda di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Selasa (14/3).

”Indonesia patut mendapat pujian karena inklusivitasnya dan kemampuannya menumbuhkan saling pengertian dalam keberagaman itu dan dalam konteks mendewasakan demokrasi. Kami sangat mengagumi proses demokrasi yang berlangsung di Indonesia dan kami ingin menjadi mitra rakyat Indonesia,” ungkap Menlu Amerika Serikat (AS) itu.

Rice yang sebelum bertemu Hassan melakukan kunjungan khusus ke Madrasah Al Makmuriyah di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, menyatakan sangat terkesan melihat aktivitas anak-anak di madrasah tersebut. Mereka, katanya, mempelajari berbagai bidang pengetahuan sesuai dengan kurikulum nasional meski mereka berada di sekolah Islam.

”Saya yakin anak-anak muda itu nantinya akan menjadi orang- orang yang mampu tampil di berbagai bidang dan menunjukkan makna toleransi kepada dunia,” ungkapnya.

Rice mengakui memang ada pandangan-pandangan tertentu di kalangan rakyat AS mengenai Islam. ”Indonesia bisa menjadi contoh terbaik dan bisa memainkan peranan yang besar dalam mendorong moderasi, toleransi, masyarakat yang inklusif. Yang menarik lagi, inilah yang sebetulnya kita miliki bersama dengan Indonesia,” papar Rice.

Dalam kesempatan itu ia menggambarkan keberagaman di AS yang sama dengan keberagaman di Indonesia, tetapi semua warganya bisa saling bertoleransi dan bekerja sama dengan baik.

”Indonesia sangat berkompeten menyampaikan bagaimana mengelola keberagaman itu dengan menumbuhkan moderasi dan toleransi, bukan semata-mata karena ucapan, tetapi karena memang mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Rice menambahkan.

Ditanya mengenai terus meningkatnya sentimen anti-AS di berbagai tempat, termasuk Indonesia, Rice menyatakan bisa memahami jika karena berbagai upaya yang dilakukan AS di berbagai belahan dunia, AS telah menjadi tidak populer.

”Tetapi kami memerangi musuh yang tangguh. Musuh yang telah menghancurkan di Indonesia melalui peledakan bom di Bali dan Jakarta, juga di London, Madrid, dan Rusia. Saya rasa dalam soal ini tidak ada ketidaksepakatan dari pihak mana pun,” katanya.

Menlu AS itu berharap, meskipun beberapa kebijakan yang mereka upayakan tidaklah populer, hendaknya ada pengertian bahwa AS melakukan berbagai upayanya di Indonesia, antara lain membantu pascabencana tsunami yang berasal bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga rakyat AS, dengan penuh ketulusan. Hal itu, katanya, bukan untuk membeli penghormatan dari rakyat Indonesia.

Proses damai Palestina

Selain bertemu dengan Menlu Hassan, Rice juga melakukan pertemuan dengan Menteri Koordinator Perekonomian Boediono dan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Hassan mengemukakan, dalam pertemuan dengan Presiden Yudhoyono dibicarakan masalah-masalah bilateral, regional, dan internasional.

Menlu AS itu mengharapkan Indonesia mendorong proses damai Palestina dan Israel.

”Amerika mengharapkan agar Indonesia sebagai pemain penting di mata mereka berkontribusi ke arah mendorong proses damai Palestina dan Israel dalam kerangka kuartet (Uni Eropa, AS, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Rusia) sesuai dengan road-map,” ujar Hassan seusai mendampingi Presiden menerima Rice di Kantor Presiden, Jakarta.

Untuk masalah perdamaian antara Palestina dan Israel, lanjut Hassan, Indonesia dan AS banyak bertukar pikiran mengenai ketidakpastian yang terjadi di Palestina. Dibicarakan pula bagaimana mendorong Hamas melakukan langkah-langkah kondusif bagi upaya pembaruan proses damai, sikapnya terhadap Israel, kekerasan, dan membubarkan milisi.

”Kami juga menjelaskan, jangan juga diharap dalam waktu cepat Hamas berubah pikiran, sementara proses pergantian di Israel masih akan terjadi karena pemilihan baru terjadi akhir bulan ini,” ujar Hassan.

Indonesia kepada AS menawarkan untuk bersama-sama negara lain di dunia Islam dan para pemimpin di Barat mendorong Hamas lebih realistis menempuh kembali jalan damai.

”Dalam hal ini AS juga mengulangi bahwa mereka menghormati apa pun pilihan rakyat Palestina melalui proses pemilihan yang demokratis dan karena itu akan meningkatkan bantuan kemanusiaannya,” papar Hassan.

Dalam jumpa pers, Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengemukakan, pertemuan tersebut membahas masalah di Semenanjung Korea. Presiden prihatin atas mandeknya pembicaraan enam pihak untuk perdamaian di Semenanjung Korea. Kepada Rice, Presiden menyampaikan posisi dan upaya RI untuk rekonsiliasi Korea Utara dan Korea Selatan.

Partisipan

Mengenai masalah regional, Menlu Hassan menjelaskan, dalam pembicaraannya dengan Menlu Rice memang sempat disinggung mengenai arah dari Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (East Asia Summit) yang sampai sekarang belum menunjukkan kejelasan tujuan dan sasaran, serta strukturnya. ”AS akan melihat dulu semuanya menjadi jelas,” ungkap Hassan.

Ia juga menyampaikan adanya permintaan dari Menlu AS agar Indonesia menjadi partisipan dalam Proliferation Security Initiative (PSI) yang diajukan AS. Namun, Indonesia masih mempunyai sejumlah pertanyaan yang harus dijawab AS. ”Misalnya, di mana lokasi PSI itu dalam kerangka pengaturan Weapons of Mass Destruction, dikaitkan dengan berbagai traktat yang ada. Kedua, di mana kaitan konsepsi PSI itu dalam konteks hukum laut karena PSI punya kebijakan interdiksi kapal,” papar Hassan.

Masalah Myanmar dan Iran juga dibicarakan kedua menlu. Rice menyatakan menghargai upaya Presiden Yudhoyono yang baru saja berkunjung ke Myanmar. ”Saya mengetahui Indonesia melalui presiden dan menterinya berusaha meyakinkan junta di Myanmar bahwa inilah waktunya bagi Myanmar untuk bergaul di masyarakat internasional dan menghormati hak asasi manusia (HAM),” papar Rice.

Kemarin Forum Umat Islam (FUI) berdemonstrasi di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta, menolak kedatangan Menlu AS. (HAR/INU/MAM/OKI)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home