| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Saturday, March 25, 2006,10:43 AM

Presiden: Bersatulah Kaum Nasionalis

Jakarta, Kompas - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan syukur atas tampil kembalinya kaum nasionalis. Ia meminta kaum nasionalis bersatu menyelamatkan bangsa, dengan Pancasila dan rasa kebangsaan yang tinggi, menuju masa depan Indonesia yang lebih baik.

”Hari ini kita membangun tonggak sejarah baru. Alhamdulillah kaum nasionalis sudah mulai tampil kembali untuk menyelamatkan bangsa kita. Mari dengan Pancasila dan rasa kebangsaan yang tinggi kita bangun negara kita menuju masa depan yang lebih baik. Selamat berjuang. Merdeka!” ujar Presiden menutup sambutan pembukaan Kongres Persatuan dan Kesatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Jakarta, Jumat (24/3).

Presiden mengakhiri sambutan dengan pekik ”merdeka” seperti ketika mengawali sambutannya. Dalam pembukaan kongres itu hadir sejumlah tokoh politik dan nasional, seperti Taufik Kiemas—suami mantan Presiden Megawati Soekarnoputri—yang berkali-kali dipeluk hangat Presiden Yudhoyono, Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno, Theo L Sambuaga, dan Suko Sudarso.

Dalam kesempatan itu Siswono Yudo Husodo tampil menyampaikan orasi ilmiah berjudul ”Revitalisasi Pancasila dan Kemandirian Bangsa”.

Selain menanggapi sejumlah isu aktual nasional, Presiden dalam sambutannya juga menekankan empat konsensus dasar yang dibangun para pendiri bangsa, yang menurut Yudhoyono tidak boleh tercabut sampai kapan pun. Empat konsensus dasar itu adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

”Indonesia akan rontok kalau empat konsensus dasar ini tercabut. Saya kira kaum nasionalis tidak boleh dan tidak akan membiarkan negaranya rontok. Karena itu, konsensus dasar tersebut harus dipertahankan. Itu adalah amanah para pendiri bangsa,” ujarnya disambut tepuk tangan.

Terkait dengan globalisasi yang tak terhindarkan, yang menantang tiga kemandirian bangsa seperti dikemukakan Bung Karno dalam Trisakti: di bidang politik, ekonomi, dan budaya, Presiden mengatakan, dengan jati diri dan semangat kebangsaan, Indonesia berupaya mengatasi semua tantangan itu demi kemandirian dan kemajuan bangsa.

Mengenai kemandirian budaya yang mengemuka dalam debat tafsiran pornografi di masyarakat, Presiden meminta semua pihak berpikir jernih dan logis dalam membuat rumusan.

”Jangan perang tanding hanya karena interpretasi. Ini bangsa kita sendiri, negara kita sendiri, masyarakat kita sendiri. Jangan cepat-cepat mengimpor budaya negara lain, seperti Amerika dan lain-lain. Budaya kita sudah sangat luar biasa,” ujarnya. (INU)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home