Kalla: Negara Demokratis Tidak Selalu Makmur
Jakarta, Kompas - Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden RI mengemukakan pandangan bahwa negara demokratis tidak selalu makmur.
”Sebaliknya negara otoriter ada juga yang mampu menyejahterakan rakyatnya,” kata Kalla saat membuka ”Seminar Desain Baru Sistem Politik Indonesia” yang diadakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Rabu (22/3).
Pada awal pidatonya Kalla melemparkan gurauan segar dengan menyentil tuan rumah. ”CSIS itu dulu disebut think tank Orba. Jadi kalau dulu banyak dosa ada sedikit-sedikit juga pikiran dari sini. Tapi karena Golkar juga ikut jadi kita bersama-sama juga,” ujar Kalla mengundang tawa.
Soal desain sistem politik, Kalla membandingkan realita politik di negara yang mengagungkan demokrasi dengan negara-negara otoriter. ”Lebih kurang 70 persen negara ini sudah terapkan demokrasi, tetapi kemakmuran juga bisa terjadi di negara yang tidak demokratis katakanlah China,” katanya. Sebaliknya, negara demokratis pun tidak selalu makmur. Dia mencontohkan India dan Filipina.
Sistem politik pun harus dibangun efisien. Keterbukaan pun jangan hanya dijadikan tujuan. ”Lebih dari separuh tayangan televisi memberitakan konflik. Itu juga bagian dari keterbukaan, tapi apa perlu seperti itu,” tuturnya. (sut)
”Sebaliknya negara otoriter ada juga yang mampu menyejahterakan rakyatnya,” kata Kalla saat membuka ”Seminar Desain Baru Sistem Politik Indonesia” yang diadakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Rabu (22/3).
Pada awal pidatonya Kalla melemparkan gurauan segar dengan menyentil tuan rumah. ”CSIS itu dulu disebut think tank Orba. Jadi kalau dulu banyak dosa ada sedikit-sedikit juga pikiran dari sini. Tapi karena Golkar juga ikut jadi kita bersama-sama juga,” ujar Kalla mengundang tawa.
Soal desain sistem politik, Kalla membandingkan realita politik di negara yang mengagungkan demokrasi dengan negara-negara otoriter. ”Lebih kurang 70 persen negara ini sudah terapkan demokrasi, tetapi kemakmuran juga bisa terjadi di negara yang tidak demokratis katakanlah China,” katanya. Sebaliknya, negara demokratis pun tidak selalu makmur. Dia mencontohkan India dan Filipina.
Sistem politik pun harus dibangun efisien. Keterbukaan pun jangan hanya dijadikan tujuan. ”Lebih dari separuh tayangan televisi memberitakan konflik. Itu juga bagian dari keterbukaan, tapi apa perlu seperti itu,” tuturnya. (sut)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home