| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, March 23, 2006,1:55 PM

Impor China Bisa Picu Instabilitas

Putin Ingatkan agar Tidak Hanya Incar Energi Rusia

Beijing, Rabu - Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan China, Rabu (22/3), untuk memperluas perdagangan bilateral kedua negara. Fokus perhatian China secara berlebihan untuk mengamankan sumber daya alam Rusia bisa memicu instabilitas. Rusia juga meminta China banyak mengimpor barang modal asal Rusia.

”Meski ada kemajuan-kemajuan signifikan dalam hubungan Rusia-China, harus diakui secara terbuka bahwa kita masih memiliki beberapa masalah serius,” ungkap Putin ketika berpidato di depan sebuah forum bisnis, didampingi Presiden China Hu Jintao yang duduk di sampingnya.

Menurut Putin, yang paling utama adalah perubahan struktural yang kurang menyenangkan dalam hubungan perdagangan Rusia-China, dan karakter ”bahan baku mentah” dari ekspor Rusia ke China. Meskipun penjualan minyak dan gas serta sumber daya alam Rusia lainnya meningkat tajam ke China, ekspor peralatan dan permesinan justru anjlok setengah dibanding dengan tahun 2004. Hal ini bertentangan dengan kecenderungan ”pertumbuhan pasar” barang ekspor China ke Rusia untuk produk-produk serupa.

Pemimpin Rusia itu menambahkan, hubungan ekonomi Rusia-China terlalu bergantung pada fluktuasi harga bahan-bahan mentah. ”Hal ini memunculkan bahaya instabilitas dalam hubungan perdagangan,” tegas Putin sambil menambahkan, lebih banyak perdagangan barang-barang teknologi dan industri sangat dibutuhkan untuk menghilangkan risiko-risiko itu.

Meski mengkritik mitranya yang terlalu menginginkan minyak dan gas Rusia, Presiden Putin mengindikasikan pembangunan jaringan pipa Siberia bisa diteruskan masuk ke China, dari rencana awalnya yaitu sampai ke Nakhodka di Pantai Pasifik, untuk memasok negara-negara kaya yang juga haus minyak, yaitu Jepang dan Korea Selatan. Persetujuan ini sebuah kemajuan penting bagi China yang sudah lama menginginkan pembangunan jaringan pipa minyak Rusia hingga ke China.

Pejabat perusahaan minyak nasional China (CNPC) Wang Shengzi menyatakan, jaringan pipa yang akan mengangkut minyak mentah Rusia ke China diharapkan sudah bisa diselesaikan pada 2008. CNPC akan membangun sebuah pengilangan untuk memproses minyak mentah itu di Daqing, pusat perminyakan utama China di timur laut negara itu. Jaringan pipa minyak itu diharapkan bisa mengirimkan sekitar 200.000 barrel minyak per harinya.

Persetujuan Putin itu, menurut BBC, menunjukkan, sekarang Rusia lebih memilih rute jaringan minyak menuju China. Padahal, Jepang telah menawarkan membayari sebagian besar biaya konstruksi jaringan pipa menuju pantai Rusia yang berdekatan dengan Jepang.

Dua perusahaan patungan

Untuk mewujudkan kerja sama energi itu, perusahaan minyak Pemerintah Rusia, Rosneft, akan mendirikan dua perusahaan patungan dengan perusahaan China CNPC untuk memproduksi, mengolah, dan memasarkan minyak. Hal itu akan mengarah pada adanya stasiun-stasiun BBM dengan merek Rosneft di China, di mana CNPC bisa mengambil bagian di dalam perusahaan bentukan Rusia itu jika telah menanamkan modalnya.

”Perusahaan patungan di Rusia itu akan mengurusi pemberian lisensi, eksplorasi, dan ekstraksi. Sedangkan sebuah perusahaan lain di China akan mengurusi soal pengilangan dan penjualan produk-produk minyak itu,” ungkap pemimpin Rosneft, Sergei Bogdanchikov.

Sehari sebelumnya, Rusia dan China juga menandatangani persetujuan untuk melaksanakan proyek ambisius pembangunan dua jaringan pipa terpisah bagi pengiriman gas alam Rusia ke China, dengan kapasitas total hingga 80 miliar meter kubik gas per tahun.

Saat mendampingi Putin di China, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa dari pandangan Moskwa kunjungan itu dinilai berhasil. ”Hal terpenting dari kunjungan itu adalah dipastikannya langkah lebih maju dalam kemitraan strategis kedua negara,” jelasnya.(AP/AFP/OKI)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home