| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, July 01, 2007,11:52 AM

Pendukung RMS Menyusup di Hadapan Presiden

Insiden Peringatan Hari Keluarga Nasional di Ambon
Saya minta lakukan investigasi. Kenapa acara yang sudah tertata baik, harus disusupi aksi seperti ini. Kalau memang ada perbedaan atau kepentingan politik, seharusnya diselesaikan dan justru dapat dipadukan untuk kemajuan masyarakat Maluku ke depan. (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

[AMBON] Acara puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XIV di Lapangan Merdeka, Ambon, Jumat (29/1) pagi, diwarnai insiden oleh sekelompok warga pendukung Republik Maluku Selatan (RMS).

Sekitar 20 lelaki tiba-tiba menyelonong memasuki areal Lapangan Merdeka dari sisi kanan podium kehormatan, sambil menampilkan tarian Cakalele, ketika Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu, membacakan sambutannya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain menari, mereka juga kedapatan membawa bendera RMS yang disembunyikan di dalam alat musik tifa.

Aksi tersebut, sempat mem- buat panik panitia penyelenggara dan aparat keamanan, karena suguhan tarian Cakalele tidak ada dalam susunan acara peringatan Harganas XIV.

Melihat kondisi yang meresahkan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Widodo AS, turun dari podium kehormatan dan berkoordinasi dengan aparat keamanan.

Suguhan tari itu berlangsung hingga 10 menit, sebelum akhirnya aparat keamanan dari kepolisian, TNI, dan panitia, menghalau para penari Cakalele keluar Lapangan Merdeka.

Menanggapi insiden tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta aparat keamanan menginvestigasinya. "Saya minta lakukan investigasi. Kenapa acara yang sudah tertata baik, harus disusupi aksi seperti ini. Kalau memang ada perbedaan atau kepentingan politik, seharusnya diselesaikan dan justru dapat dipadukan untuk kemajuan masyarakat Maluku ke depan," tegas Presiden, sebelum memulai sambutannya pada puncak acara peringatan Harganas IV.

Menurut informasi yang diperoleh SP, dua orang yang melakukan aksi tersebut telah diamankan aparat kepolisian, karena kedapatan membawa bendera RMS. Bendera itu disembunyikan di dalam alat musik tifa, yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian Cakalele.

Sejumlah pejabat terkait, seperti Kepala Kantor Taman Budaya Maluku, Semmy Toisuta, juga dipanggil untuk dimintai keterangan menyangkut suguhan tarian kebudayaan khas Maluku itu.

Sementara itu, Wali Kota Ambon, MJ Papilaja mengimbau warga Kota Ambon tidak ter- pengaruh insiden tarian oleh pendukung RMS di hadapan Pre siden. "Kita tidak perlu ikut-ikutan ribut. Aparat keamanan akan mengungkap insiden kecil yang terjadi di Lapangan Merdeka Ambon," kata Papilaja.


Tamparan buat Pemerintah

Menanggapi insiden penyusupan penari RMS di hadapan Presiden, anggota Komisi I DPR dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Permadi menilai, semestinya Presiden menyikapi kejadian itu sebagai tamparan yang luar biasa terhadap kepemimpinannya. "Itu ejekan yang luar biasa hebat," ujarnya.

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Shidki Wahab, menyesalkan insiden di Ambon tersebut. "Sikap kita jelas. NKRI adalah harga mati. Kita menyesalkan sikap-sikap anti-NKRI," katanya.

Secara terpisah, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indra J Piliang berpendapat, insiden tersebut bisa diartikan sebagai bentuk komunikasi politik, untuk mengingatkan pemerintah bahwa kelompok RMS tidak bisa dianggap enteng.

"Pascakonflik dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), tantangan berikutnya adalah OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua dan RMS di Maluku. Kegiatan-kegiatan simbolis, seperti penaikan bendera OPM dan RMS akan terus dilakukan. Apa yang terjadi di Ambon, memperlihatkan bahwa gerakan-gerakan seperti itu masih ada, tidak bisa dianggap enteng, dan tidak bisa dianggap lebih kecil dari GAM. Apa yang mereka lakukan itu juga menunjukkan bahwa RMS sudah bisa menyusup dalam birokrasi di Maluku," ujar Indra mengingatkan.

Secara teknis, Indra menilai insiden tersebut akibat kelengahan Pemerintah Provinsi Maluku. Bahkan bisa dicurigai, kelompok RMS sudah menyusup ke dalam tubuh birokrat setempat.

Selain itu, lolosnya kelompok itu menampilkan diri di hadapan Presiden, menunjukkan intelijen di Maluku, baik dari Polda, Kodam, maupun yang ikut dalam rombongan Presiden Yudhoyono sangat lemah. Untuk itu, Presiden juga harus membenahi aparat keamanannya, terutama intelijen. [VL/JA/B-14/A-21]

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home