| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, January 09, 2007,5:31 PM

Blair dan Bush "Buruk"

Putrajaya, Senin - Presiden AS George Walker Bush dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair adalah penjahat perang dengan lebih banyak darah orang Irak di tangan mereka dibandingkan dengan Saddam Hussein. Demikian dikatakan mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad, Senin (8/1) di Putrajaya.

Mahathir, salah seorang pengkritik keras Barat, melancarkan sebuah serangan kepada Bush dan Blair. Ia mengatakan kepada wartawan bahwa Bush seharusnya menghadapi pengadilan "pura-pura" seperti yang terjadi pada Saddam.

"Bush harus mundur segera dan diadili," kata Mahathir dalam konferensi pers penyelenggaraan sebuah konferensi perdamaian oleh lembaga yang dia pimpin di Malaysia bulan depan.

Konferensi mengenai kejahatan perang itu akan disertai sebuah pameran mengenai kejahatan perang Barat, termasuk kekejian di Irak, wilayah Palestina, Vietnam, dan pengeboman Hiroshima.

Mahathir juga menyamakan Blair sebagai seorang penjahat perang atas perannya dalam perang Irak dan penggantungan Saddam Hussein.

Kritik Mahathir itu menambah kritik bertubi-tubi yang diterima Blair di dalam negeri karena menolak untuk menyatakan pendapat mengenai pengadilan dan penggantungan Saddam.

"Tuan Blair tidak mengucapkan satu patah kata pun. Namun, baik dia mengucapkan satu kata atau tidak, dia bersalah," kata Mahathir. "Dia juga penjahat perang seperti dia tuduh Saddam seorang penjahat perang. Jumlah orang yang dia bunuh atau dia sebabkan tewas jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang disebabkan oleh Saddam."

Soal Thailand selatan

Mahathir yang memprakarsai sebuah dialog antara kaum separatis Muslim Thailand selatan dan Pemerintah Thailand tahun lalu mengungkapkan bahwa dia telah mengatakan kepada para pemimpin separatis itu agar mereka tidak menuntut sebuah negara bagian independen atau otonomi.

"Saya telah mengatakan kepada mereka dengan cukup jelas bahwa mereka seharusnya tidak berusaha untuk menjadi sebuah negara yang independen atau bahkan (mencari) otonomi," kata Mahathir.

"Upaya awal yang dilakukan oleh lembaga Mahathir adalah menciptakan sebuah jembatan bagi pihak penguasa Thailand dan pihak separatis untuk bertemu dan mendiskusikan akar masalah," kata Shazri Eskay Abdullah, Konjen Kehormatan Thailand di pulau Langkawi dan seorang pejabat kunci dalam mempertemukan kedua pihak.

Mahathir mengatakan bahwa kaum Muslim di Thailand selatan mempunyai keluhan sah yang harus diperhatikan, tetapi dia menekankan bahwa soal otonomi tidak bisa diterima. (Reuters/AFP/AP/DI)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home