Rusia Siap Bantu RI soal Senjata
Presiden SBY Akan ke Moskwa Akhir November
jakarta, kompas - Kunjungan tiga hari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia dijadwalkan berlangsung pada akhir November ini. Kunjungan itu diharapkan menghasilkan 12 dokumen berupa nota kesepahaman dan kesepakatan di berbagai bidang, khususnya bantuan perlengkapan militer bagi Indonesia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail M Bely di Jakarta, Kamis (23/11), menjelaskan, kunjungan Presiden Yudhoyono ke Rusia bersejarah karena dilakukan tepat 50 tahun setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Moskwa, yang juga bersejarah.
Dari 12 dokumen tersebut, terdapat antara lain kesepakatan kerja sama angkasa luar untuk tujuan damai, kesepakatan kerja sama pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai, nota kesepahaman mengenai implementasi program kerja sama teknik militer 2006-2010, juga turisme, dan kesepakatan antarkamar dagang dan industri RI-Rusia.
Bely mengatakan, berdasarkan jadwal kunjungan sementara, Presiden RI akan mengawali kunjungan ke St Petersburg yang bersejarah. Di tempat ini, Presiden akan bertemu gubernur setempat dan mengunjungi industri pembuatan kapal serta Museum Hermitage.
Pada hari kedua, Presiden Yudhoyono akan disambut secara resmi di Bandara Moskwa dan akan tinggal sebagai tamu di Kremlin. "Pertemuan Tingkat Tinggi RI-Rusia akan dilakukan pada hari ketiga di Kremlin. Topik yang akan dibahas sangat luas, tentu saja fokus kedua pemimpin akan pada masalah-masalah politik dan ekonomi, khususnya apa yang harus dilakukan untuk memajukan perdagangan antarkedua negara dan interaksi ekonomi," jelasnya.
Hubungan perdagangan kedua negara, lanjut Dubes Rusia itu, akan ditangani lebih khusus pada Forum Pertemuan Bisnis RI-Rusia yang melibatkan kamar dagang kedua negara. "Ada sekitar 100 pengusaha dari berbagai tempat di Indonesia yang akan ikut pada pertemuan tersebut," papar Bely.
Kerja sama militer
Mengenai kerja sama militer, Dubes Rusia menjelaskan, kerja sama di bidang ini memang disiapkan sangat khusus, tetapi kedua pihak tidak akan menyampaikan secara rinci apa saja yang telah disiapkan itu.
"Secara umum saya bisa mengatakan, pada periode 2006-2010 kerja sama itu akan mencakup seluruh angkatan, darat, laut, dan udara. Kita akan menyelesaikan tahapan akhir perundingan untuk pembelian pesawat Sukhoi. Juga mulai dilirik kemungkinan pembelian kapal selam dan juga kapal pengangkut pasukan sebagaimana sudah banyak diberitakan di surat kabar Indonesia," katanya sambil menambahkan, rincian kerja sama dan pembelian produk masih terus dibicarakan.
Ditambahkan, Pemerintah Rusia memang telah menerima permohonan pinjaman sebesar satu miliar dollar AS dari Pemerintah Indonesia untuk pembelian perlengkapan militer dari Rusia.
"Meskipun aktivitas bisnis terus meningkat akhir-akhir ini, masih perlu dicarikan jalan keluar untuk meningkatkan interaksi ekonomi lebih lanjut," paparnya sambil menyebutkan bahwa volume perdagangan kedua negara sudah mencapai 700 juta dollar AS pada tahun 2004.
Para pengusaha Rusia banyak tertarik berinvestasi di Indonesia, khususnya di bidang telekomunikasi dan energi. Sebaliknya, perusahaan RI pun sudah mulai menjajaki kerja sama dengan perusahaan migas Rusia, Gazprom.
Bahkan, kata Bely, kelompok usaha Bakrie secara khusus sudah meminta adanya pertemuan dengan perusahaan migas negara Rusia itu. "Salah satu subyek yang mungkin akan dibicarakan di bidang migas adalah kemungkinan partisipasi Rusia dalam proyek pipanisasi gas dari Kalimantan ke Jawa," jelas Dubes Rusia itu.
Bely menggambarkan hubungan RI-Rusia saat ini sangat harmonis, yang didasari tidak adanya benturan kepentingan di tingkat nasional maupun internasional, dan saling menghormati. "Hubungan antara Rusia dan Indonesia adalah kemitraan yang dibangun dari persahabatan tradisional di antara kedua rakyat," katanya. (OKI)
jakarta, kompas - Kunjungan tiga hari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia dijadwalkan berlangsung pada akhir November ini. Kunjungan itu diharapkan menghasilkan 12 dokumen berupa nota kesepahaman dan kesepakatan di berbagai bidang, khususnya bantuan perlengkapan militer bagi Indonesia.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail M Bely di Jakarta, Kamis (23/11), menjelaskan, kunjungan Presiden Yudhoyono ke Rusia bersejarah karena dilakukan tepat 50 tahun setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Moskwa, yang juga bersejarah.
Dari 12 dokumen tersebut, terdapat antara lain kesepakatan kerja sama angkasa luar untuk tujuan damai, kesepakatan kerja sama pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai, nota kesepahaman mengenai implementasi program kerja sama teknik militer 2006-2010, juga turisme, dan kesepakatan antarkamar dagang dan industri RI-Rusia.
Bely mengatakan, berdasarkan jadwal kunjungan sementara, Presiden RI akan mengawali kunjungan ke St Petersburg yang bersejarah. Di tempat ini, Presiden akan bertemu gubernur setempat dan mengunjungi industri pembuatan kapal serta Museum Hermitage.
Pada hari kedua, Presiden Yudhoyono akan disambut secara resmi di Bandara Moskwa dan akan tinggal sebagai tamu di Kremlin. "Pertemuan Tingkat Tinggi RI-Rusia akan dilakukan pada hari ketiga di Kremlin. Topik yang akan dibahas sangat luas, tentu saja fokus kedua pemimpin akan pada masalah-masalah politik dan ekonomi, khususnya apa yang harus dilakukan untuk memajukan perdagangan antarkedua negara dan interaksi ekonomi," jelasnya.
Hubungan perdagangan kedua negara, lanjut Dubes Rusia itu, akan ditangani lebih khusus pada Forum Pertemuan Bisnis RI-Rusia yang melibatkan kamar dagang kedua negara. "Ada sekitar 100 pengusaha dari berbagai tempat di Indonesia yang akan ikut pada pertemuan tersebut," papar Bely.
Kerja sama militer
Mengenai kerja sama militer, Dubes Rusia menjelaskan, kerja sama di bidang ini memang disiapkan sangat khusus, tetapi kedua pihak tidak akan menyampaikan secara rinci apa saja yang telah disiapkan itu.
"Secara umum saya bisa mengatakan, pada periode 2006-2010 kerja sama itu akan mencakup seluruh angkatan, darat, laut, dan udara. Kita akan menyelesaikan tahapan akhir perundingan untuk pembelian pesawat Sukhoi. Juga mulai dilirik kemungkinan pembelian kapal selam dan juga kapal pengangkut pasukan sebagaimana sudah banyak diberitakan di surat kabar Indonesia," katanya sambil menambahkan, rincian kerja sama dan pembelian produk masih terus dibicarakan.
Ditambahkan, Pemerintah Rusia memang telah menerima permohonan pinjaman sebesar satu miliar dollar AS dari Pemerintah Indonesia untuk pembelian perlengkapan militer dari Rusia.
"Meskipun aktivitas bisnis terus meningkat akhir-akhir ini, masih perlu dicarikan jalan keluar untuk meningkatkan interaksi ekonomi lebih lanjut," paparnya sambil menyebutkan bahwa volume perdagangan kedua negara sudah mencapai 700 juta dollar AS pada tahun 2004.
Para pengusaha Rusia banyak tertarik berinvestasi di Indonesia, khususnya di bidang telekomunikasi dan energi. Sebaliknya, perusahaan RI pun sudah mulai menjajaki kerja sama dengan perusahaan migas Rusia, Gazprom.
Bahkan, kata Bely, kelompok usaha Bakrie secara khusus sudah meminta adanya pertemuan dengan perusahaan migas negara Rusia itu. "Salah satu subyek yang mungkin akan dibicarakan di bidang migas adalah kemungkinan partisipasi Rusia dalam proyek pipanisasi gas dari Kalimantan ke Jawa," jelas Dubes Rusia itu.
Bely menggambarkan hubungan RI-Rusia saat ini sangat harmonis, yang didasari tidak adanya benturan kepentingan di tingkat nasional maupun internasional, dan saling menghormati. "Hubungan antara Rusia dan Indonesia adalah kemitraan yang dibangun dari persahabatan tradisional di antara kedua rakyat," katanya. (OKI)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home