| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, October 29, 2006,9:51 AM

Mencoba Menyelamatkan "Wajah AS"

luki aulia

"Luar biasa kacau," begitu komentar yang dilontarkan James A Baker III, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat pada zaman pemerintahan Presiden George H W Bush, ketika menggambarkan kondisi di Irak saat ini.

Penggambaran Baker itu tidak berlebihan karena gejolak kekerasan di Irak sejak invasi militer Amerika Serikat (AS) tahun 2003 telah mengakibatkan sedikitnya 655.000 warga sipil Irak dan 2.800 tentara AS tewas, serta 914.000 warga terpaksa mengungsi.

Kondisi Irak yang semakin kacau itu juga akhirnya diakui Presiden AS George W Bush. Bahkan, Bush menyatakan, gejolak kekerasan di Irak sangat mirip dengan kondisi ketika terjadi Serangan Tet dalam Perang Vietnam 1968.

Jika mengulik lebih dalam pernyataan tak biasa Bush tersebut, dan mengingat pengalaman AS di Vietnam, bisa jadi itu pertanda AS mulai mendekati detik-detik kekalahan.

Mantan Menteri Pertahanan AS (1969-1973), Melvin R Laird, dalam artikelnya berjudul "Iraq: Learning the Lessons of Vietnam" di jurnal Foreign Affairs edisi November/Desember 2005 menyatakan, perang Irak dan perang Vietnam memiliki kesamaan. Sejak awal, kedua perang itu sama-sama dilancarkan berdasarkan informasi intelijen yang salah.

Oleh karena itu, Laird mengusulkan hal terpenting yang harus dilakukan pemerintahan Bush: meningkatkan standar militer Irak hingga mampu melindungi diri sendiri. Jika hal itu tercapai, AS harus segera menarik pasukannya secara bertahap. Untuk menarik diri dari Irak, AS tidak perlu menunggu kesiapan pasukan Irak hingga 100 persen atau menunggu demokrasi benar-benar terwujud di Irak.

"Semakin cepat kita pergi justru menunjukkan bahwa kita percaya dan yakin rakyat Irak bisa menangani masalah dengan cara mereka sendiri. Kehadiran kita justru memicu munculnya kelompok perlawanan," ujarnya.

Semakin cepat pergi semakin baik. Hal serupa dilakukan Laird ketika perang Vietnam. Penarikan pasukan AS secara bertahap dari Vietnam memakan waktu hingga empat tahun. Seiring dengan penarikan itu, Laird juga membangun kekuatan dan kemampuan Vietnam selatan untuk melindungi dirinya sendiri. Persis seperti yang sekarang dilakukan oleh pemerintahan Bush di Irak.

Sayangnya, Bush tetap ngotot, tidak akan menarik pasukan dari Irak. Bush juga tidak berencana meninjau kembali strategi dan rencana keamanan di Irak karena semuanya dianggap berjalan sesuai dengan rencana.

Namun, satu hari kemudian, militer AS membuat pernyataan yang mengagetkan. Militer AS mengakui gagal dalam menjalankan misinya menangani gejolak kekerasan di Baghdad. Karena itu, militer AS akan meninjau kembali rencana dan strategi keamanan yang ada.

Alhasil, pemerintahan Bush terperangkap dalam peperangan yang tidak akan bisa dimenanginya, seperti ketika zaman perang Vietnam. Posisi Bush semakin terdesak. Kesabaran Pemerintah AS terhadap perang Irak juga menipis, khususnya terkait dengan ketidakmampuan atau keengganan Pemerintah Irak untuk mengakhiri kekerasan sektarian yang meningkat.

Untuk memperbaiki "wajah AS", Kongres AS—dengan persetujuan dari Bush—membentuk kelompok informal bernama Kelompok Studi Irak. Tugas kelompok yang beranggotakan 10 orang—di antaranya mantan anggota Kongres sekaligus Wakil Ketua Komisi Penyelidik Serangan 11 September Lee Hamilton, mantan Direktur CIA Robert Gates, dan mantan hakim di Mahkamah Agung Sandra Day O’Connor—itu menganalisis efektivitas kebijakan AS di Irak dan mencari jalan keluar yang terbaik.

Mantan Menlu James A Baker III kemudian diminta memimpin kelompok itu. Rekan dan penasihat mantan Presiden Bush senior mendesak agar Baker memberikan rekomendasi strategi baru di Irak untuk Bush yunior. Baker yang dikenal dekat dengan keluarga Bush itu diminta memberikan usulan "pendekatan baru" untuk memperbaiki situasi Irak.

Pejabat-pejabat di Gedung Putih yang dekat dengan keluarga Bush berharap Baker akan memberi rencana baru yang bisa menyelamatkan strategi Bush yunior di Irak. Sebaliknya, beberapa mantan penasihat Bush senior tidak yakin Baker akan memberikan rekomendasi yang bisa memengaruhi Bush yunior mengingat Bush yunior sangat kukuh mempertahankan pendapatnya.

Meski demikian, ada lima rekomendasi yang diajukan oleh kelompok Baker itu, yakni menjaga stabilitas Irak, menarik pasukan dari Irak secara bertahap untuk dipindah ke markas lain di luar Irak, berdialog dan berkonsultasi dengan Suriah dan Iran, membagi Irak menjadi tiga wilayah masing-masing untuk Syiah, Sunni, dan Kurdi, serta pilihan terakhir adalah menarik pasukan sesegera mungkin.

Dua pilihan paling sering disebut adalah menarik pasukan secara bertahap atau meminta bantuan dari Suriah dan Iran untuk ikut menangani situasi keamanan Irak.

Berbicara dengan musuh

BBC News menyebutkan, kelompok Baker tampaknya akan merekomendasikan usulan tindakan yang netral dan ada di tengah-tengah antara "tetap mempertahankan misi di Irak" dan "segera menghentikan misi dan pergi". Yang jelas kelompok Baker itu diyakini akan tetap memegang konsep "mengutamakan stabilitas" yang memfokuskan perhatian pada upaya menstabilkan situasi keamanan dan tidak melulu berusaha mewujudkan demokrasi serta mencoba mengajak kelompok perlawanan nasionalis bergabung dalam proses politik.

Bahkan, kelompok Baker menilai tidak ada salahnya jika AS berbicara dan berkonsultasi dengan Iran dan Suriah untuk membantu menangani persoalan Irak. "Secara pribadi saya memilih berbicara dengan musuh-musuh kita. Saya rasa Suriah dan Iran juga sebenarnya tidak ingin Irak kacau," kata Baker.

Usulan kelompok Baker itu rupanya disetujui oleh Irak. Presiden Irak Jalal Talabani sangat setuju dengan usulan itu. Saat diwawancarai oleh BBC News, Talabani menyatakan, jika Suriah dan Iran bersedia membantu Irak, gejolak kekerasan Irak akan segera berakhir hanya "dalam hitungan bulan". Langkah itu juga diyakini Talabani akan menjadi "awal dari berakhirnya terorisme".

Jika usulan itu yang akan terpilih nantinya, hal itu akan menjadi perubahan amat drastis bagi Bush yang tahun 2002 menuding Iran sebagai bagian dari poros kejahatan (axis of evil).

Sikap Bush yang menjauhkan diri dari rezim yang "bukan teman" itu dianggap para pengamat justru semakin menjauhkan AS dari dunia Muslim, khususnya Timur Tengah (Timteng).

Berbicara dengan Suriah pernah dilakukan Baker ketika terlibat dalam proses perdamaian Timteng. Selama proses itu, Baker 15 kali datang ke Suriah untuk berunding dengan mantan Presiden Hafez al-Assad. Negosiasi itu lalu membuahkan hasil. Gejolak kekerasan di Timteng ketika itu menurun.

Mantan Menlu AS Henry Kissinger juga pernah melakukan hal yang sama hingga tercipta istilah "diplomasi pulang pergi". Untuk mendamaikan Suriah dan Israel ketika keduanya terlibat perang, Oktober 1973, Kissinger harus bolak-balik AS-Damascus 36 kali dalam satu bulan.

Namun, rupanya Bush yunior tidak mengikuti cara Baker dan Kissinger. Sejak invasi AS ke Irak, Bush justru seakan menyingkirkan dua negara yang merupakan kekuatan paling berpengaruh di Timteng itu. Padahal, peran kedua negara itu penting karena bisa membantu menstabilkan kawasan.

Untuk menyelesaikan persoalan Irak, kedua negara itu harus menjadi bagian dari proses penyelesaian masalah. Jika tidak, keduanya justru akan menjadi bagian dari masalah.

"Tidak ada obat yang mujarab untuk Irak. Ini persoalan yang amat pelik dan membutuhkan bantuan dari pihak lain," kata Baker yang mengaku hasil rekomendasi kelompoknya diperkirakan akan selesai Desember atau Januari mendatang.

Jika Bush tidak segera melakukan perubahan radikal, menurut tim Baker, gejolak kekerasan akan terus meningkat. Pemerintah pusat Irak dikhawatirkan bisa terjungkal. Militer Irak terpecah-belah. Kelompok milisi Kurdi, Syiah, dan Sunni akan menguasai jalanan dan berebut kekuasaan.

Jika ini terjadi, bukan hanya Irak yang kacau, tetapi seluruh kawasan. Mungkin ada baiknya belajar dari pengalaman ketika perang Vietnam dulu. Mantan Presiden AS Lyndon Johnson pada masa perang Vietnam juga pernah membentuk kelompok informal seperti kelompok Baker. Dalam rekomendasinya, kelompok itu menilai AS tidak akan bisa menang di Vietnam dalam waktu cepat. Karena itu, lebih baik AS menarik diri dari Vietnam.

Lima hari kemudian, Johnson mengumumkan larangan pengeboman di Vietnam utara. Johnson kemudian menarik diri dari pencalonannya di pemilu presiden.

Pilihan yang diberikan kelompok Baker tidak ada yang enak bagi Bush. Bahkan, kesan yang akan muncul adalah AS "kalah perang". Namun, dengan meningkatnya jumlah korban yang tewas dari sisi AS, tampaknya Bush tidak mempunyai pilihan lain selain menyelamatkan kredibilitas AS di Irak dan Timteng.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home