| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Friday, August 18, 2006,9:36 PM

Bung Karno Mencari Murid

Roch Basoeki Mangoenpoerojo

Bung Karno teh urang Bandung, budak Ciateul, Kebon Kelapa. Dia pernah memohon kepada Tuhan, "Berikan aku 10 pemoeda, akan kubuat dunia bergetar," begitu kira-kira semangatnya. Sampai kini, belum satu pemoeda pun terlihat kehadirannya.

Bung Karno (BK) pernah menghuni penjara Banceuy, dipindah ke Sukamiskin, ke Ende, ke Bengkulu lalu Brastagi. Kalau orang lain pasti menderita, BK justru melihat keheningan. Keheningan itu mewarnai seluruh pemikiran spektakulernya yang diakui dunia internasional sampai kini.

Tanpa mengerti wataknya, sulit menangkap api dan semangat atas ucapan-ucapannya. Di Slipi, penjara terakhirnya, dia disengsarakan (1966–1970). Di sini dia "wafat tanpa produk apa pun". Benarkah tanpa produk? Seorang murid Soekarno pasti bisa menunjukkan, dari penjara Slipi pun beliau tetap mengeluarkan produknya. Apa itu? Harus terjawab dalam perlombaan antarmurid BK, pemoeda dari 10 itu, yang pasti sudah ada di tengah kita.

Bung Karno adalah seseorang yang mampu menyinkronkan pendapat pendiri negara lainnya melalui Pancasila. Ada empat kelompok masyarakat yang "mengenal" BK, di luar musuhnya, yaitu pengagum, pencinta, pengikut, dan murid.

Pengagum hingga murid

Cirinya? Pengagum BK cukup banyak. Mereka mengagumi sosok BK dari sisi bermacam-macam. Dari suaranya, dari cara berpakaian, dari kegantengan, dari penguasaan beragam bahasa asing, penguasaan literatur berbagai ilmu, dari keberaniannya mendobrak apa pun yang merintangi terwujudnya kemerdekaan Indonesia, dari kreasi-kreasi ilmiahnya, dan dari tampilan kepercayaan diri yang benar-benar mengagumkan. Mereka kagum tanpa emosi, seperti cewek melihat favoritnya.

Pencinta BK amat banyak. Mereka menyertakan emosinya. Pandai menirukan sisi yang pernah ditampilkan BK, entah gaya berpidato, kalimat-kalimatnya dan lainnya. Para pencinta ini belum tentu setia kepada BK. Dengan alasan "rasional" mereka mudah meninggalkan ide BK. Di tingkat pemimpin masyarakat/politik pun ada karakter demikian. Katanya, demi kepentingan taktis (tapi berkelanjutan).

Pengikut BK diperkirakan lebih dari separuh warga bangsa. Ciri mereka adalah kesetiaan emosional. Simbolnya "pejah gesang ndherek BK" (hidup mati ikut BK). Tatkala saya suka berkunjung ke lokasi-lokasi transmigrasi, dan menjadi transmigran (1974-1990), ada pemandangan aneh di hampir semua rumah transmigran yang saya hampiri. Di ruang tamu selalu saya dapati foto Soeharto dan Wakil Presiden di dinding. Ketika diajak makan, saya dikejutkan gambar BK terpampang di ruang itu, lebih besar daripada foto di ruang tamu. Keadaan itu saya temui di hampir seluruh rumah tangga transmigran secara acak. Kini yang diikuti telah tiada, mereka tak lagi punya panutan/pemimpin, tetapi tetap setia menunggu kehadirannya kembali. Kasihan nasib para pengikut ini.

Ada beberapa warga yang berpotensi menjadi murid BK, tetapi sebagian besar dari yang sedikit itu telah kehilangan karakter, hanyut pada "mainstream pembangunan" yang mendahulukan badan daripada jiwa. Menomorsatukan pendekatan kekuasaan adalah yang dibenci Soekarno (membiarkan diri disengsarakan di penjara Slipi).

Ciri murid menurut makna permintaan BK tentang 10 pemoeda. Secara rasional, ia memahami api dari seluruh karakter BK di balik ucapannya. Mampu menjabarkan seluruh doktrin agar menguntungkan secara nyata bagi masyarakat warga. Mampu mengaplikasikan jabaran itu di ruang dan waktu yang dalam kondisi apa pun. Sedangkan secara emosional, harus berani menghadapi tantangan apa pun yang menghambat terwujudnya pemikiran BK, dengan konsekuen dan berkelanjutan. Dia adalah pemoeda konseptual, mampu menyinkronkan berpikir rasional dengan emosi. Murid berkarakter demikian, ditunggu kehadirannya oleh jutaan pengikut, pencinta, dan pengagum BK.

Tatanan dunia baru

Jutaan warga, musuh BK sekali pun, kini terpuruk semua oleh perilaku kekuasaan yang membabi buta, yang menuhankan uang. Memang musuh kita kapitalis. Namun, kapitalis tidak akan tumbuh menjadi kapitalisme bila masyarakatnya tidak kapitalistik. Masyarakat hedonis selalu mengundang kapitalis dan menyuburkan kapitalisme.

Sebenarnya bukan hanya jutaan warga Indonesia yang membutuhkannya. Miliaran penduduk dunia juga menunggu murid BK. Hal ini tersirat dari kesimpulan "pertemuan masyarakat warga" (World Citizen Asembly), di Lile, Perancis, 2002 (Kompas 30/1/2003, Menimbang Pilar Dunia Ketiga). Keluh mereka, "4/5 penduduk dunia akan tetap miskin oleh sistem dunia yang ada sekarang."

Selain itu, banyak organisasi dunia yang juga resah terhadap "sistem dunia", seperti World Social Forum, Greenpeace, dan seterusnya. Mungkin, mereka menunggu murid yang paham akan api Soekarno. Untuk membangun peradaban "The World A New" dari Indonesia.

Roch Basoeki Mangoenpoerojo Pengamat Masalah Kemasyarakatan

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home