| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, August 15, 2006,12:53 PM

AS Hadapi Degradasi Kredibilitas

JERUSALEM, Senin - Pengaruh Pemerintah AS di Timur Tengah kini dalam bahaya. Itulah salah satu dampak dari serangan Israel ke Lebanon. Sebaliknya, Iran mendapatkan kesempatan membangun pengaruh di kawasan.

"Iran kini lebih kuat daripada sebelumnya," kata Judith Kipper, seorang ahli Timur Tengah dari lembaga bersama Council on Foreign Relation yang bermarkas di Washington.

AS juga telah mengalami erosi hubungan dengan kelompok Arab moderat. Malah kelompok moderat itu semakin jengkel karena AS, yang mendorong pemilu bebas di Lebanon, tidak berusaha menghentikan serangan Israel. Tindakan AS malah semakin memperlemah pemerintahan Lebanon.

Para analis juga mengatakan, inisiatif Bush, yang sejak awal sudah tidak ingin melerai perang, juga menunjukkan adanya persoalan pada kebijakan luar negeri AS. Kini Irak masih dihadapkan pada kekacauan. AS tak kuasa mengatasi perdebatan internasional nuklir dengan Korea Utara dan Iran. "Pemerintahan ini tidak becus berdiplomasi," kata Kipper tentang pemerintahan AS di bawah kepemimpinan Presiden George Walker Bush.

Pernyataan Bush malah memperburuk keadaan. Ketika Israel mulai menyerang Hezbollah, Bush langsung menjuluki serangan itu sebagai pertempuran antara setan dan orang baik. Terminologi itu ia pakai menyebut program Bush dalam memerangi teroris. Bush pun menyalahkan Suriah dan Iran sebagai pendukung Hezbollah.

Sikap bias

Sikap AS soal serangan Israel ke Lebanon semakin memperkuat betapa sikap AS telah terlalu bias di Timur Tengah. Tindakan AS yang bias itu masih juga terlihat hingga pencapaian kesepakatan gencatan senjata pada Jumat (11/8) lalu.

Walau setuju dengan gencatan senjata, AS masih mendukung Israel yang ingin mempertahankan pasukan di Lebanon selatan, setidaknya hingga pasukan internasional dan tentara Lebanon ditugaskan mengamankan wilayah Lebanon selatan.

Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701 sudah dengan jelas meminta semua pihak harus mundur dari Lebanon selatan—kecuali pasukan internasional dan tentara Lebanon.

Lagi, hal itu memperkuat persepsi Arab betapa AS sangat bias pada Israel, yang setiap tahun menerima bantuan militer senilai 2 miliar dollar AS.

Pernyataan Menlu AS Condoleezza Rice juga turut mengernyitkan mata Timur Tengah. Rice mengatakan, serangan Israel ke Lebanon sebagai awal dari terciptanya sebuah babak baru di Timur Tengah. Arab memberikan reaksi yang sangat buruk atas pernyataan Rice itu.

Kawasan menjadi curiga atas program demokratisasi di kawasan Timur Tengah, yang sudah dicanangkan dalam tiga tahun lalu. Bukan hanya kecurigaan, tetapi juga terjadi keraguan atas program AS di Timur Tengah.

Hal itu muncul karena terbukti di Irak kini terjadi perang sektarian, yang justru menurut AS ingin dibuat bebas dan damai. Di Palestina, AS mendukung pemilu, tetapi terbukti yang menang adalah kelompok Hamas.

Lepas dari itu, serangan Israel ke Lebanon juga telah menenggelamkan isu Israel-Palestina. Ada kecurigaan, walau terjadi gencatan senjata yang serius antara Israel-Hezbollah, AS tetap tidak akan tergerak memulai kembali upaya perdamaian di kawasan.

"Langkah AS yang salah telah membuka pintu untuk sebuah peran Iran yang lebih besar di kawasan. Kemampuan AS di kawasan juga semakin lemah karena menolak kontak diplomatis langsung dengan Teheran," kata analis politik di Israel, Yossi Alpher.

Lebih dai itu, kini juga muncul perdebatan di Washington, betapa sulitnya Israel membasmi Hezbollah. Israel berkelit dan menuduh itu sebagai bukti dukungan Iran dan Suriah kepada Hezbollah. (REUTERS/MON)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home