| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Saturday, July 29, 2006,9:43 PM

Ulama dan Nahdliyin Berharap NU Tetap Satu

Sejumlah Ulama Desak Pembentukan Partai Baru

Surabaya, Kompas - Kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar dan mantan Ketua Umum PKB Alwi Shihab dalam pembukaan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU menjadi angin segar bagi nahdliyin.

Bahkan peserta munas memberi sambutan meriah ketika Kalla menyebutkan kedatangannya itu sebagai bukti mereka berada dalam satu NU dan berharap seluruh ulama bisa bersatu.

Demikian sambutan Kalla yang disampaikan di depan peserta pembukaan Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Surabaya, Jumat (28/7). Hadir dalam pembukaan ini antara lain Ketua Dewan Syuro PBNU KH Sahal Mahfud, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Nafe Mehdawi.

"Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, maju mundurnya NU sangat memengaruhi kehidupan bangsa. Jika ekonomi NU tidak maju, ekonomi bangsa tidak maju. Karena itu, NU harus bersama-sama memajukan nahdliyin agar bangsa ini maju," ujar Kalla.

Menurut dia, ulama merupakan penjaga moral bangsa. Kehadiran ulama bukan saja sebagai guru dan pendidik bangsa, melainkan turut membicarakan hal penting untuk bangsa dan negara, serta tentunya untuk NU.

Kebangkitan ulama, menurut Kalla, merupakan sesuatu yang diharapkan. Itu sebabnya, ulama yang selama ini aktif mengajak seluruh bangsa bersatu, tentu harus lebih dulu bersatu. "Tentu masyarakat akan sulit bersatu jika ulama tidak bersatu. Harapannya, persatuan NU juga akan memperkuat persatuan bangsa," ujarnya.

Ulama bersatu

Seruan agar ulama bersatu juga disampaikan Sahal. Ia mengingatkan ulama jangan melibatkan atribut NU ke dalam wilayah politik praktis. Jika tidak, akibatnya bukan hanya mencabik- cabik sesama warga NU, tetapi juga wibawa organisasi kehilangan pamor.

Sahal menilai corak peradaban dan kebangsaan mulai terganggu dengan keterlibatan ulama pada politik praktis. Padahal ulama seharusnya bisa menjadi sumber inspirasi dalam menjawab tantangan dan diharapkan bisa memberikan arahan pada warganya.

"Kesolidan dan utuhnya bangsa ditandai solid dan bersatunya ulama, dan solidnya ulama ditandai dengan solidnya NU. Hancurnya bangsa dimulai ketika para ulama bercerai-berai dan sibuk memikirkan diri masing-masing," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Nasional Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU KH Ma’ruf Amien mengatakan ada dua agenda besar yang akan di bahas dalam pertemuan ini. Keduanya adalah masalah keagamaan dan organisasi NU, baik secara internal maupun eksternal.

Kamis (27/7) malam, sejumlah ulama mendesak PBNU agar memfasilitasi pembentukan partai baru menyusul polemik di tubuh PKB yang tidak kunjung mereda. Desakan tersebut mengemuka dalam silaturahmi alim ulama yang diikuti oleh 300-an kiai dari seluruh Indonesia di Aula Bir Ali Asrama Haji Sukolilo, Jawa Timur.

Meski mendapat banyak desakan, Hasyim Muzadi mengatakan tidak mengagendakan secara eksplisit untuk membahas masalah PKB dalam munas alim ulama.

Di tempat terpisah, Sekretaris Jenderal Gerakan Pemuda Ansor, Malik Haramain, menginginkan agar Munas dan Konferensi Besar NU dijadikan sarana untuk menyelesaikan konflik di tubuh PKB. (mam/nik/lia/WIN)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home