| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Saturday, July 22, 2006,9:38 PM

Refleksi Ulang Tahun Ke-33 KNPI

Generasi Baru Selamatkan Bangsa
Munamar Fuad Noeh

Indonesia yang tengah berduka lara, mendorong semua pihak untuk merenungkan keindonesiaan dalam segala dimensinya. Bagaimana menyelamatkan rakyat yang tertimpa musibah beruntun sehingga mempercepat punahnya generasi (the lost of generation) dan bergerak perlahan menuju pada ancaman the lost of nation (hilangnya sebuah bangsa) dan the end of state (hancurnya sebuah Negara). Itulah masalah dan tanggungjawab kita semua sebagai bangsa.

Renungan dan suasana kebatinan itu mengiringi refleksi 23 Juli 2006 sebagai hari kelahiran ke 33 tahun Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) yang juga bersamaan dengan Hari Anak Nasional.

Keduanya sama terkait, pemuda dan anak-anak. Keduanya sebagai generasi bangsa. Adanya sebuah paradigma baru amat mendesak untuk menggerakkan secara bersamaan, bagaimana menyelamatkan negeri dan juga menyelamatkan generasi sebagai jaminan bagi keberlangsungan eksistensi dan masa depan Indonesia.

Sekilas Historis
Sejak dilahirkan (23 Juli 1973), KNPI pada dasarnya merupakan wadah berhimpunnya Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang tersebar di seluruh Tanah Air. Hingga saat ini telah berhimpun lebih dari 75 organisasi kepemudaan tingkat nasional, termasuk sembilan organisasi lintas pemuda partai politik dan memiliki jaringan di seluruh propinsi dan kabupaten/kota, hingga ke tingkat kecamatan.

Selain sebagai tempat berhimpun, ia juga menjadi semacam laboratorium kaderisasi kepemimpinan. KNPI banyak pernah melahirkan pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh nasional yang berperan dalam proses pembangunan. Akan tetapi, pada masa itu (Orde Baru), KNPI tidak memiliki otonomi karena selalu di bawah bayang-bayang kekuasaan (rezim otoriter) dan kerap merepresentasikan kepentingan penguasa.

Kini di era reformasi--dimana hak berbicara, berekspresi, berserikat, dan berpendapat dibuka lebar--, sejatinya dapat dijadikan momentum emas bagi KNPI untuk meneguhkan kembali posisi dan perannya di tengah-tengah kehidupan kaum muda sebagai kekuatan sosial dan sumber perubahan. Namun, di tengah publik luas, agaknya KNPI masih dicitrakan sebagai organisasi masa Orde Baru yang cenderung elitis dan prokekuasaan serta tak berpihak pada kepentingan rakyat banyak.

Pencitraan ini muncul antara lain karena kenyataan bahwa KNPI kurang memiliki kepedulian dan belum mampu ikut menjawab masalah-masalah yang kini mendera rakyat seperti kemiskinan, kelaparan, rendahnya pendidikan, pengangguran, dan lain sebagainya. Keberadaan KNPI sebagai organisasi bentukan Orde Baru memang tidak mungkin dihapuskan dalam goretan sejarah kepemudaan. Seluruh organisasi kepemudaan maupun kemasyarakatan pada masa itu tidak bisa lepas dari kendali kekuasaan yang terpusat pada satu orang (Soeharto).

Terpusatnya kekuasaan tersebut -didukung dengan pendekatan keamanan demi stabilitas nasional--, membuat negara begitu kuat dan masyarakat lemah. Lemahnya masyarakat ini diperparah lagi dengan strategi korporasi lewat pendirian sejumlah organisasi kemasyarakatan maupun profesi yang merepresentasikan kepentingan sang penguasa. Oleh karena itu, pendirian PWI -misalnya-- dimaksudkan untuk mengendalikan wartawan; KADIN untuk mengontrol kalangan pengusaha; HKTI untuk mengontrol petani; KOWANI untuk mengendalikan kaum wanita; MUI untuk mengendalikan ulama; dan termasuk KNPI untuk mengkooptasi pemuda.

Sebagian masyarakat masih mencitrakan organisasi ini tak ubahnya seperti ormas-ormas lainnya di masa Orde Baru yang menutup mata terhadap berbagai penyimpangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan dianggap masih menjadi sarana kooptasi aspirasi kepemudaan yang cenderung elitis, prokekuasaan, dan eksklusif. Di tengah berbagai persoalan yang dihadapi rakyat dewasa ini, KNPI-yang mewadahi potensi kaum muda dari berbagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda -- hendaklah mentransformasikan diri menjadi kekuatan civil society yang mandiri, kuat, berdaya, kritis, kreatif, inovatif, dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang berkembang di masyarakat.

Generasi Baru
Saat ini sebuah kesadaran nasional amat dibutuhkan untuk menyiapkan generasi baru, generasi penyelamat bagi terwujudnya sebuah gerakan masyarakat baru sekaligus sistem negera dan pemerintahan yang sinergis.

Sebut saja kebutuhan akan lahirnya generasi baru Indonesia berkarakter amat mendesak. Sebagai gambaran, untuk penyelamatan Indonesia ke depan, kita perlu mendesain secara sistemik, terprogram dan terfokus model generasi baru yang diharapkan; generasi yang selalu berpandangan positif dalam menilai bangsanya; selalu terpanggil dengan tulus memberikan sumbangsihnya bagi segala masalah yang dialami bangsanya; selalu berusaha menyiapkan diri untuk menyelamatkan perjalanan bangsanya; selalu berusaha memberi manfaat untuk kehidupan bangsa meskipun dalam skala terbatas; dan mampu menunjukkan kebanggaan terhadap generasi setelahnya.

Oleh karenanya, KNPI akan dihadapkan pada tantangan bagaimana memberdayakan dirinya untuk menampilkan model generasi baru yang dibutuhkan untuk keindonesiaan masa kini dan masa depan. KNPI, dengan hanya mewarisi sejarah nostalgia masa lalunya, atau mengandalkan dimensi sebagai pemuda, kelembagaan dan jaringannya; sama sekali tak cukup untuk diperhitungkan untuk ikut andil bersama kekuatan strategis bangsa lainnya. Eksistensi dan kesinambungan perjalanan sebuah lembaga tak akan ada artinya manakala pada saat yang dibutuhkan peran, kiprah dan kepeduliannya tidak hadir dalam kenyataan. Jejak kepedulian dan kiprah nyatanya tak dapat memberikan apapun.

Kita dapat mengatakan KNPI sebagai lembaga dan organisasi dengan jaringan yang luas dan kuat. Namun kalau saat terjadinya berbagai bencana, kader-kedernya tak bergerak di depan dan tidak secara signifikan melakukan peran-peran yang semestinya dilakukan. Hal itu akan membuat KNPI menjadi fosil mati. KNPI yang mestinya mampu menjangkau begitu luasnya lapisan masyarakat dan elemen strategis lainnya akan kehilangan nilai dan peran aktualnya.

KNPI harus mampu mengamputasi segala macam karakter dan organ tubuhnya yang masih mengidap penyakit kanker; politicking, premanisme, primordialisme dan pragmatisme. Meskipun secara kelembagaan KNPI jelas tegas sebagai lembaga independen, jika perilaku para pimpinan dan pengurusnya masih terinfeksi virus penyakit tersebut, pada akhirnya akan merusak sendi-sendi KNPI itu sendiri. Bangsa ini membutuhkan kekuatan gerakan yang kuat dan luas spektrumnya untuk menggerakkan solidaritas sosial masyarakat, akan sangat baik dimulai dari unsur kepemudaan. Pemuda menempatkan posisinya sebagai pelopor dan penggerak solidaritas sosial dan kemanusiaan. Harus ada semangat baru untuk mengambil alih tanggung jawab bersama, termasuk membantu segala keterbatasan dan kekurangan pemerintah.

Pemuda selayaknya mengambil peran dan mulai memimpin untuk fokus bagaimana mengatasi masalah demi masalah yang ada di hadapan. Bangsa ini harus diselamatkan, dengan menyelamatkan generasi sebagai prasyarat untuk keberlangsungan Indonesia masa depan.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home