| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, July 18, 2006,1:49 PM

Gempa Guncang Selatan Jawa

Gelombang Tsunami Tewaskan Puluhan Orang

Cilacap, Kompas - Serangkaian gempa bumi mengguncang wilayah pantai selatan Pulau Jawa, Senin (17/7) sore. Gempa yang disusul gelombang pasang itu mengakibatkan puluhan orang tewas, ratusan lainnya hilang dan puluhan ribu warga di sejumlah wilayah pesisir mengungsi ke tempat yang dianggap aman.

Gempa pertama pukul 15.11 WIB berkekuatan 6,8 skala Richter berpusat di Samudra Hindia sekitar 360 kilometer (km) selatan Jakarta atau sekitar 100 km dari Kota Cilacap, Jawa Tengah. Terjadi gempa susulan berkekuatan 5,5 SR dan 6,1 SR.

Getaran gempa terasa di Jakarta serta sejumlah wilayah seperti Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis (Jawa Barat), Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah), pantai Samas di Bantul (DI Yogyakarta), juga di Pacitan dan Surabaya (Jawa Timur).

Menurut keterangan yang dihimpun Kompas hingga tadi malam, di Pangandaran, Ciamis ada 38 jenazah ditemukan, 29 di antaranya sudah teridentifikasi.

Jumlah korban tewas akan terus bertambah mengingat belum semua pantai bisa ditelusuri. Sejumlah jenazah dibawa ke mesjid-mesjid.

Kecamatan Pangandaran menjadi daerah terparah. Selain dekat dengan titik episentrum gempa, kawasan wisata ini berpenduduk lebih padat dibandingkan daerah lain di pantai selatan Jawa. Pukul 23.00 muncul kabar air laut kembali pasang. Ribuan warga memadati jalan-jalan dan kawasan Masjid Agung Pangandaran. Ratusan warga dari sejumlah desa lain menyelamatkan diri ke lokasi lebih tinggi, seperti Desa Purbahayu, Desa Pagergunung, dan Desa Sukahurip. Sepanjang 10 kilometer dari pantai tertutup untuk umum. Keadaan terakhir kebutuhan utama adalah tenaga medis karena jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah korban.

Laporan terakhir dari beberapa daerah yang diterima Satlak Penanggulangan Bencana Alam Cilacap hingga pukul 21.00 menyebutkan 24 orang tewas.

Korban tewas di Kecamatan Binangun (12 orang), Nusawungu (4), dan Adipala (8 orang). Mereka tewas saat mencari rumput, pedagang bakulan, dan warga yang sedang bermain di pantai saat gempa terjadi.

Gelombang tsunami setinggi sampai empat meter, terjadi sesaat setelah gempa, menyapu permukiman warga di kawasan pantai di Jabar, Jateng, dan DI Yogyakarta. Air laut naik sampai sekitar 100 meter ke daratan.

Sementara di Pantai Parangtritis gelombang menyapu 100 meter ke arah dalam bibir pantai, dan kemudian surut lama sejauh 200 meter ke arah laut.

Dari Kebumen dilaporkan, lebih dari 600 kapal nelayan dan ratusan lainnya hancur di pesisir Pantai Ayah, Pantai Pasir, dan Karangdhuwur. Palang Merah Indonesia Kebumen kemarin petang menemukan satu jenazah, diidentifikasi bernama Umi (10) di Pantai Ayah, sementara 34 orang lainnya belum ditemukan.

Di Pantai Suwuk di wilayah Kecamatan Ayah 10 pemancing dilaporkan hilang ditelan gelombang. Dari Cilacap, Tim SAR Wijaya Kusuma menyelamatkan tujuh penduduk dari Pantai Telukpenyu dan Lengkong sedang berada di pantai.

Menurut saksi mata, gelombang yang menghantam pantai di Kebumen lebih besar dibanding yang menghantam Cilacap karena gelombang terhalang Pulau Nusakambangan. Sekitar pukul 20.00 WIB gelombang datang lagi dan masuk ke daratan sampai 400 meter dari garis pantai.

Ratusan nelayan yang sedang berada di Pantai Karangduwur mengemukakan, sebelum terjadi gelombang besar air laut tiba-tiba surut ke arah laut sekitar 100 meter dari garis pantai dan beberapa saat kemudian muncul gelombang besar.

Gelombang besar menghempaskan 125 perahu dan menghancurkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Karangduwur. Di desa ini 20 buah warung hanyut ke laut setelah disapu gelombang, sementara 150 unit perahu nelayan di Ayah dan 372 perahu di Pantai Suwuk hancur.

Gempa disertai gelombang tsunami yang berselang sekitar 1,5 jam itu membuat warga di pantai selatan Jateng dari Kebumen hingga Cilacap panik. Hampir seluruh warga—bahkan penduduk di desa-desa berjarak lebih dari 25 km dari garis pantai—ikut mengungsi.

Di Pangandaran



Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis Iing Syam Arifin, fokus penanganan pascamusibah oleh Satkorlak untuk sementara yaitu evakuasi warga dari daerah bencana serta para korban-korban yang berjatuhan. Penanganan musibah terhambat komunikasi.

Diawali gempa kecil

Menurut Mamat Surahmat (36), warga Pengandaran, bencana itu diawali gempa kecil. "Sebagian orang mungkin tidak merasakan gempa itu, tapi beberapa menit setelah itu gelombang air laut setinggi sekitar 3-4 meter datang dengan kencang dan menghantam bibir pantai," ujar Mamat yang saat itu berada 100 meter dari bibir pantai di daerah Cikembulan, Kecamatan Pengandaran.

Gelombang menghantam hotel dan penginapan yang ada di tepi jalan. "Ada beberapa mobil dan perahu yang masuk sampai ke dalam hotel, korban luka-luka banyak. Ada beberapa yang selamat karena naik ke lantai tiga hotel," tuturnya. Semalam suasana gelap karena listrik padam. Gelombang besar juga menyapu kawasan Pantai Cibuaya, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.

Gelombang tsunami juga menghantan kawasan Pantai Parangtritis, Bantul, Pantai Drini dan Baron di Gunung Kidul, serta Pantai Glagah Kulon Progo, DI Yogyakarta. Gelombang tinggi ini mengakibatkan sedikitnya tiga orang tewas dan puluhan warung gubuk rusak. Di Pantai Parangtritis, gelombang menyapu kawasan pantai hingga sejauh 30 meter ke daratan.

Kusmanto, pemilik warung gubuk Sidolancar di Pantai Parangtritis mengungkapkan, sebelum ombak datang dia mendengar suara gemuruh dan deburan keras dari arah pantai. Tiba-tiba gelombang setinggi empat meter datang dan menyapu pantai yang saat itu sedang ramai dikunjungi wisatawan. Warung milik Kusmanto rusak diterjang ombak. Taufik, anggota Tim SAR Parangtritis mengatakan, sudah ditemukan satu korban tewas di Pantai Parangtritis.

Di Pantai Drini, dua warga tewas terempas dan terseret gelombang pasang. Dua warga yang tewas adalah Kartiniwikromo (60) warga Dusun Wonosobo 2, Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, dan Kartoradin (62) warga Dusun Melikan, Banjarejo. Keduanya saat itu sedang mencari rumput laut di sekitar pantai.

Satu korban tewas lainnya, Dwi Fritria (21), warga Bantul. Saat gempa terjadi Fitria sedang berwisata di Pantai Parangtritis. Dua korban luka berat adalah Agus Subardi (53) dan Suharni (50) warga Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, yang tengah mencuci pakaian di pantai.

Setelah diselamatkan Tim SAR, keduanya langsung dibawa ke puskesmas terdekat. Satu korban luka lainnya akibat terhempas gelombang yang menyapu daratan terdapat di Pantai Ngrenehan, Gunung Kidul. Tetapi hingga kini belum diketahui identitasnya. Korban luka lainnya bernama Dedi Melian (24), warga Jagalan, Yogyakarta, saat berkunjung ke Pantai Parangtritis bersama Fitria.

Di Kulon Progo, gelombang air laut naik sekitar dua meter lebih. “Gelombang laut mampu meloncat tanggul pintu muara Serang yang tingginya sekitar dua meter. Air laut tersebut masuk ke Laguna yang biasanya tidak bisa ditembus air laut," kata Sunardi, koordinator tim SAR Pantai Glagah.

Tiar Prasetyo, Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Yogyakarta mengatakan, meskipun air surut ratusan meter namun bukan berarti akan ada tsunami, sebab tsunami biasanya terjadi di kawasan pantai yang paling dekat dengan pusat gempa dan itu sudah terjadi di pantai Jawa Barat, pantai DIY hanya terkena imbasnya.



Gempa juga dirasakan penduduk di Pacitan, Jawa Timur, namun tidak dirasakan oleh penduduk di wilayah Malang selatan. Winda (19) dan Endah (22), warga Sirnoboyo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, merasakan getaran kurang dari satu menit sekitar pukul 15.30.

Camat Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Supri Hadiono menyatakan, situasi di wilayahnya normal dan sama sekali tidak dirasakan getaran. "Dari pagi hingga malam ini, suasana tenang dan aman-aman saja," tuturnya,

Darsono, nelayan di Pantai Sendangbiru, Kabupaten Malang, juga tidak merasakan getaran gempa. Namun, gelombang pantai saat ini mencapai ketinggian sekitar dua meter.

Pangandaran dan Parigi

Bupati Ciamis Engkon Komara menuturkan, pencarian terus dilakukan tadi malam karena air laut sudah mulai normal. "Hambatan kami, sekarang lampu di sekitar Pangandaran terpaksa dipadamkam karena jaringannya kena air," ujar Engkon. Dia menambahkan, korban-korban ditemukan di sepanjang pantai selatan Ciamis seperti Pangandaran dan Parigi. Engkon berharap, Selasa ini bantuan sudah sampai, antara lain 100 ton beras dari kantor Menko Kesra dan obat-obatan dari Departemen Kesehatan.

Meski ombak air laut mulai tenang, lanjut Engkon, warga di sekitar Pantai Pangandaran masih mengungsi di gunung-gunung di sekitar pantai. "Ombak yang datang tidak serta merta sehingga sebagian besar warga kami sempat mengungsi," ucap Engkon. Dikatakan, ombak laut yang datang tingginya sekitar tiga meter di atas normal dan sempat merusak sejumlah hotel di Pangandaran.

Tanggap darurat

Di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Gubernur Jabar dan Ketua Harian Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Pengungsi/Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat memastikan langkah tanggap darurat pascagempa bumi dan tsunami di pantai selatan Jawa berjalan baik.

"Sekarang sistem sudah bekerja. Pemerintah Kabupaten Ciamis sudah bekerja mengosongkan daerah yang rawan, melakukan evakuasi dan pencarian korban, dan penyiapan daerah pengungsian. Apa yang dilakukan sudah tepat tinggal memobilisasi sumber daya yang ada," ujar Presiden di taman Istana Kepresiden, Jakarta, kemarin.

Penugasan dan kondisi terakhir di lapangan di dapat Presiden usai menghubungi Bupati Ciamis Engkon Komara melalui pesawat telepon dan mendapatkan laporan dari Menteri Perhubungan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri berkeliling di sekitar Presiden saat laporan diberikan. "Sampai saat ini (pukul 17.45--Red), sudah terjadi lima kali gempa susulan," ujar Engkon kepada Presiden.

Melalui telepon, Engkon menjelaskan, setelah gempa pertama, air di Pantai Pangandaran naik sekitar tiga sampai empat meter. Lapak pedagang kaki lima di sekitar pantai diterjang air laut. Sejumlah besar hotel masih berdiri, tetapi masyarakat panik melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi untuk mengungsi.

Presiden minta kepada pemerintah daerah yang daerahnya dilintasi lempeng tektonik di barat Sumatera, selatan Jawa, Sulawesi, dan Papua untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan. "Kita tidak pernah tahu kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa," ujar.

Menko Kesra Aburizal Bakrie mengemukakan, belum dapat memastikan kapan akan ke lokasi gempa bumi dan tsunami. Ia menilai, apa yang sudah dilakukan pemerintah daerah sudah tepat dan sistem untuk tanggap darurat sudah bekerja. (INU)

Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, kemarin, memerintahkan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sriyanto segera mengerahkan personelnya yang berada di sekitar daerah bencana untuk mengambil langkah-langkah bantuan kedaruratan guna membantu evakuasi pengungsi. Menurut Kepala Puspen TNI Laksamana Muda TNI Moh Sunarto melalui siaran pers menyatakan, Pangdam III/Siliwangi telah memerintahkan Batalyon/Buaya Putih di Majalengka untuk segera meluncur ke lokasi berikut peralatan dan dapur umum. Sementara Batalyon 310/Kijang Kencana Sukabumi Senin malam menuju ke lokasi bencana.(ENY/ITA/WAK/WER/NIT/ADH/AHA/YNT/JON/
HAR/INU/LIA/EGI/WSI/NTS/NWO)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home