| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Monday, July 31, 2006,11:50 AM

Indonesia dan Kecerdasan Majemuk

Limas Sutanto

Teori kecerdasan majemuk (the theory of multiple intelligences, Gardner, 1983, 1993, 1999) mengatakan, manusia bisa belajar, berkomunikasi, dan memecahkan masalah dengan sembilan cara.

Kesembilan cara itu mendayagunakan kekuatan kepiawaian, yaitu: (1) kekuatan kepiawaian kata (kecerdasan linguistik); (2) kekuatan kepiawaian logika/penalaran dan angka (kecerdasan logik-matematik); (3) kekuatan kepiawaian gambar (kecerdasan spasial); (4) kekuatan kepiawaian gerak tubuh (kecerdasan gerak ragawi); (5) kekuatan kepiawaian irama dan nada (kecerdasan musikal); (6) kekuatan kepiawaian hubungan antarinsan (kecerdasan interpersonal); (7) kekuatan kepiawaian diri (kecerdasan intrapersonal); (8) kekuatan kepiawaian hubungan manusia dengan fauna, flora, dan alam (kecerdasan naturalis); dan (9) kekuatan kepiawaian religiositas, spiritualitas, dan filsafat (kecerdasan eksistensial).

Bangsa Indonesia, dalam transisi berat, dari kehidupan lama yang penuh ketidakadilan, kecurangan, ketertutupan, kekerasan, dan ketidakpiawaian, menuju hidup baru yang lebih adil, jujur, terbuka, damai, dan piawai (profesional), perlu meniti gelaran kesembilan cara itu, dan mendayagunakan kesembilan kekuatan kepiawaian yang dirangkum Howard Gardner.

Gejala-gejala kekasaran, kekerasan, dan kegagalan yang menyakitkan dalam kurun transisi dapat diterangkan dengan pandangan kecerdasan majemuk. Misalnya, kekasaran dan kekerasan aneka kelompok yang menggunakan panji apa pun (agama, suku, ideologi, dan lainnya) main hakim sendiri terhadap orang atau kelompok lain, terjadi karena kelompok-kelompok yang mengumbar kekasaran dan kekerasan tidak mendayagunakan kesembilan kekuatan kepiawaian dengan baik. Paling jauh mereka menggunakan satu kekuatan kepiawaian, yaitu kekuatan kepiawaian gerak ragawi. Namun, pada saat sama mereka menanggalkan kedelapan kekuatan kepiawaian lain, terutama kekuatan kepiawaian kata, kekuatan kepiawaian hubungan antarinsan, dan kekuatan kepiawaian religiositas, spiritualitas, dan filsafat.

Korupsi sistemik yang meresapkan ketidakadilan dan kemiskinan terjadi karena pejabat dan birokrat "pandai" menggunakan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logik-matematik. Namun, pada saat sama mereka menanggalkan kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan eksistensial.

Bencana lumpur panas di Jawa Timur, yang amat menyengsarakan rakyat kecil, terjadi karena para pengelola dan pelaksana usaha itu tidak mendayagunakan kecerdasan logik-matematik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial dengan baik.

Belum mencerdaskan

Pendidikan kita belum mencerdaskan, terlalu bertitik berat pada pendayagunaan kecerdasan linguistik dan kecerdasan logik-matematik. Itu pun banyak dilakukan dengan cara tidak benar. Akibatnya, insan dan bangsa Indonesia tidak mampu menjalani kehidupan dengan kecerdasan yang menyeluruh. Perilaku insan dan bangsa Indonesia yang tidak didukung pengejawantahan kecerdasan yang menyeluruh, tidak hanya berakibat ketidakadilan, ketidakjujuran, ketertutupan, kekerasan, dan ketidakpiawaian satu tingkat (sekali lalu berhenti). Yang terjadi justru penganakpinakan akibat-akibat mengerikan itu secara tak henti dalam lingkar setan ketidakbahagiaan dan kesakitan bangsa Indonesia. Kehidupan yang tidak didukung pendayagunaan kecerdasan yang menyeluruh kian banyak meresapkan ketidakbahagiaan dan kesakitan. Lalu, insan-insan yang tidak bahagia dan merasakan kesakitan akan menganakpinakkan kekerasan, ketidakpiawaian, dan kegagalan baru.

Kita perlu mengejawantahkan kehidupan yang didukung pendayagunaan kesembilan kecerdasan secara menyeluruh, karena hal itu akan lebih memungkinkan penghayatan kebahagiaan dan pengejawantahan kebaikan penuh (Armstrong, 1993, 1999). Dengan demikian, lingkar setan kekerasan, ketidakpiawaian, dan kegagalan dapat dipatahkan, digantikan gerakan tumbuh kembang sehat yang membuahkan kesejahteraan serta kebaikan bagi seluruh bangsa. Ini bisa dimulai dari pendidikan yang secara saksama dan jujur dilaksanakan demi menumbuhkembangkan kecerdasan tiap insan pembelajar Indonesia.

LIMAS SUTANTO Psikiater Konsultan Psikoterapi, Tinggal di Malang

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home