| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, July 16, 2006,9:14 AM

Antara Kesenjangan Digital

Perkembangan pesat teknologi sensor imej pada kamera digital memang menjadi tambah seru, terutama dikaitkan dalam konteks semakin besar piksel yang mampu direkam untuk menghasilkan kualitas foto yang semakin tajam, rinci, dan memuaskan para konsumen. Teknologi kamera digital berkembang sangat pesat dan menjadi produk konsumen yang dicari terus tiada habisnya.

Di sisi lain kita melihat kesenjangan antara kamera digital jenis D-SLR (digital single lens reflex) dan kamera jenis prosumer yang menggunakan lensa tetap (fixed), terutama dalam kaitan kecepatan sensor imej yang terkait dengan beberapa fitur baru teknologi, menjadi semakin kecil. Dan, perbedaan di antara keduanya pun menjadi tipis sekali dan nyaris hilang.

Konverjensi di antara D-SLR dan prosumer menjadi semakin dekat dan menjadi tidak terhindari. Berbagai merek kamera terus berlomba melakukan konverjensi ini dan kita sendiri hanya bisa membayangkan kira-kira arah masa depan kamera digital akan menuju ke mana.

Konverjensi antara kedua jenis kamera digital ini akan sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor pemotongan (crop) menjadi elemen yang akan ikut menentukan, selain ada juga faktor lensa, kualitas imej, masalah sensor dan noise yang dihasilkan, masalah autofocus, dan berbagai masalah lain.

Sebagian besar kamera D-SLR mempunyai ukuran sensor imej yang lebih kecil dibanding dengan kamera analog menggunakan film seluloid 35 mm sehingga efektivitas bidang pandang menjadi lebih sempit karena sensor hanya melihat bagian tengah dari bidang gambar yang mau difoto.

Namun, walaupun lensa 50 mm yang kita gunakan mempunyai bidang pandang setara dengan lensa 75 mm (asumsi kamera digital yang digunakan memiliki panjang fokal 1,5 kali), properti kedalaman bidang pandang sebenarnya masih sama dengan lensa ukuran 50 mm.

Antisipasi kesenjangan

Para penggemar kamera digital jenis prosumer memang secara antusias mencoba untuk mengantisipasi kesenjangan yang menghasilkan no-man’s land dengan kamera SLR analog ini. Namun, satu hal yang perlu disimak adalah walaupun teknologi kamera digital berdatangan silih berganti yang tetap dan tidak tergantikan adalah para fotografer dengan memotret menggunakan kamera SLR dan mereka yang berada di lingkaran luarnya.

Bagi para pemotret SLR, mereka yang menggunakan kamera digital prosumer akan dikategorikan sebagai apa yang disebut sebagai technophobic happy snappers. Orang-orang yang memotret karena senang dengan kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat dengan berbagai fitur yang menantang.

Secara sederhana, perdebatan di antara keduanya sebenarnya mengarah pada satu titik saja, kamera yang mengombinasikan fungsionalitas kamera SLR dengan kesederhanaan kamera kompak.

Dalam kaitan ini sebenarnya Fujifilm ingin menghadirkan jenis kamera digital yang berbeda, seri FinePix S9500 Zoom. Di atas kertas, S9500 ini diarahkan untuk menjadi jembatan untuk mendekatkan perbedaan di antara kedua kelompok fanatik fotografer, profesional maupun amatir.

Mereka dengan dana yang terbatas untuk membeli kamera SLR akan mempertimbangkan secara serius S9500 yang memiliki kapasitas sensor 9 megapiksel, lingkup lensa zoom yang besar, serta tampilan LCD yang bisa dilipat. Sebaliknya, mereka yang selama ini menggunakan kamera jenis prosumer melihat keuntungan S9500 ini yang bisa menghadirkan zoom manual yang bisa digunakan seperti lensa SLR, serta memiliki kemampuan untuk membuat video digital.

Sekilas setelah mencoba FinePix S9500 ini, memiliki tampilan, rasa, dan berat seperti kamera SLR entry-level. Kamera mutakhir buatan Fujifilm ini memiliki pegangan genggam yang solid tangan kanan, kendali lensa manual, serta tombol-tombol kendali yang nyaman dan mudah digunakan.

Lensa zoom menggunakan Fujinon 28-300 mm adalah yang paling panjang dibanding kamera senjenis di kelasnya, dan digerakkan secara mulus dan solid. Lensa yang melekat ini juga bisa difokuskan memotret makro sampai kedekatan 10 cm.

Sistem autofocus S9500 jelas masuk dalam kategori prosumer ketimbang SLR yang menjadi lebih lambat mencari titik terang pada cahaya yang redup dan menjadi lebih lambat. Kamera S9500 sebenarnya memiliki fitur continous focusing tapi terlalu banyak menghasilkan noise dan sebenarnya juga tidak banyak bisa menghemat waktu pemotretan.

Teknologi tinggi

FinePix S9500 juga memiliki sistem teknologi baru yang disebut Real Photo Technology yang mampu menghasilkan kualitas foto digital yang tinggi melalui gabungan elemen-elemen yang disesuaikan antara sensor imej, lensa dan aplikasi pemrosesan imej yang cerdas.

Melalui sensor sensitif Super CCD yang berbeda dengan kamera digital lain yang umumnya menggunakan sensor teknologi CMOS atau CCD, S9500 mampu menghasilkan kualitas yang tidak kalah dengan kamera kategori SLR. Dan keunggulan lain dari Real Photo Technology ini adalah kemampuannya untuk menghemat konsumsi energi.

Kamera S9500 dengan kapasitas penyimpanan menggunakan CF Card dan xD Card (buatan Fujifilm sendiri), menggunakan empat buah baterai ukuran AA. Ketika Kompas menggunakan baterai jenis Alkaline, S9500 mampu untuk memotret foto sampai 130 buah yang selalu diselingi dengan menampilkan foto di monitor LCD.

FinePix S9500 adalah kamera yang akan menjembatani kebutuhan konsumen akan kamera SLR dan prosumer. Pertanyaannya adalah apakah di masa depan perbedaan ini akan tetap bertahan? Atau kita akan melihat teknologi lensa dan sensor menyatu pada suatu tingkatan hibrida menuju, misalnya, dimungkinkannya pertukaran lensa pada jenis kamera prosumer.

Kamera S9500 adalah sebuah permulaan, menghasilkan kualitas foto digital setara kamera D-SLR di atas sensor kompak berukuran kecil. Kehadiran S9500 memang mengarah ke sana, dan dalam dua tahun ke depan akan semakin banyak kamera yang mengikuti langkah FinePix buatan Fujifilm ini. (rlp)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home