| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, June 01, 2006,12:06 PM

Sekali Pancasila, Tetap Pancasila

Guruh Sukarno Putra

Tanggal 1 Juni ini Pancasila genap berusia 61 tahun. Tahun 1945 Bung Karno mengusulkan dasar negara itu di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI.

Pancasila disahkan masuk Pembukaan (Preambule) UUD 1945 pada sidang PPKI, 18 Agustus 1945. Tetapi, "perlakuan" terhadap Pancasila sebagai falsafah negara melalui proses panjang. Pada awal revolusi Bung Karno harus menyosialisasikan Pancasila ke seluruh pelosok, memakai salam lima jari tangan, simbol kelima sila Pancasila. Pancasila akhirnya diterima rakyat.

Di era Orde Baru (Orba) Pancasila sempat menjadi polemik, terkait klaim, yang pertama kali mengusulkan adalah Muhammad Yamin, bukan Bung Karno. Dengan ditemukannya naskah otentik Notulen Sidang BPUPKI di Arsip Nasional dan Surat Wasiat Bung Hatta kepada Guntur Sukarno, masalah itu tak lagi mengemuka. Pancasila juga mendapat citra negatif melalui program penataran Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4). Masyarakat tidak diberi ruang untuk mengemukakan pendapat. Pancasila menjadi alat politik untuk mempertahankan kekuasaan.

Dalam peringatan HUT Ke-61 Pancasila, kita diliputi keprihatinan karena hampir seluruh sila Pancasila belum terwujud. Lihat saja, banyak warga mengalami kesulitan menjalankan ibadah menurut keyakinannya. Sila Kerakyatan atau demokrasi belum dihayati, terbukti banyak kekerasan dan kerusuhan.

Dampak belum dihayatinya Pancasila, yaitu kebobrokan moral, berdampak pada manusia, alam, dan lingkungan. Alam murka akibat perilaku manusia tak ramah lingkungan. Bencana alam kecil sampai besar terus terjadi, dari Aceh hingga Yogyakarta. Sebagian orang religius menganggap ini adalah pertanda azab. Orang spiritual menyebut ini karma karena ada sebab-akibat.

Bagaimana menghadapinya? Cerahkan kesadaran spiritual (spiritual awareness). Menurut Kamus Filsafat, spiritual mengacu ke nilai-nilai manusiawi nonmaterial, seperti keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran, kesucian, dan cinta.

Selama manusia belum mau mengembara di alam spiritual, selama itu pula segala yang diimpikan tidak akan terwujud. Kalaupun terwujud, sifatnya sementara, semu, tanpa makna. Konflik senantiasa subur.

Kejayaan spiritual

Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan spiritual, Contohnya pada masa Sriwijaya dan Mataram purba, dengan lahirnya mahakarya Borobudur. Juga dengan peradaban India, Tiongkok kuno, dan Islam di Timur Tengah. Ini bukti, spiritual mempunyai daya mahadahsyat untuk mencapai kemajuan.

Sepanjang sejarah manusia, pencarian spiritual terus berkembang. Di sana-sini pengetahuan mengenai spiritual makin maju dan luas. Sayang, mereka yang tertarik hal spiritual hingga kini masih minoritas, bahkan dalam perkembangannya spiritual mengalami pembelokan, mengakibatkan banyak orang merasa risi pada hal-hal spiritual. Spiritual dihubungkan dengan hal yang tidak realistis, paranormal, mistik, klenik, atau perdukunan dengan persepsi keliru.

Pada usia ke-61 Pancasila yang harus dipertanyakan adalah masihkah kita berpegang pada Pancasila sebagaimana disepakati founding fathers? Apakah kita perlu mencari dasar negara lain, dengan alasan Pancasila tidak memberi perubahan hakiki terhadap kehidupan dan kesejahteraan bangsa Indonesia? Rasanya tidak pantas negara menyandang nama Pancasila, sementara warganya saling membunuh.

Sebagai paham universal, Pancasila sarat dengan perspektif spiritual dan mengacu pada pluralisme, kemajemukan, atau heterogenitas. NKRI merupakan wadah rakyat yang plural. Maka, mewacanakan spiritual (Ketuhanan Yang Maha Esa) yang paling tepat hanya Pancasila.

Ibarat masih didominasi "kuasa gelap", tidak ada jalan lain kita harus menuju "kuasa terang". Jalan ke situ adalah jalan Pancasila dengan cara spiritual (The Pancasila way by a spiritual way). Spiritualisasi Pancasila bertujuan melakukan pembentukan jiwa. Dengan cara itu, kita dapat mencapai cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu Indonesia yang jaya sentosa, dunia damai penuh kasih, gotong royong, dan persaudaraan.

Guruh Sukarno Putra Ketua Umum Gerakan Spirit Pancasila

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home