| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, June 01, 2006,11:57 AM

Pancasila Wacana Publik

Kaisepo: Pemersatu Sempurna

Depok, Kompas - Pemerintah dan bangsa ini gagal menjadikan Pancasila sebagai wacana publik yang hidup dan menjadi kekuatan pemersatu bagi negara-bangsa Indonesia.

Tidak heran kalau Pancasila ditinggalkan masyarakat dan semakin kehilangan relevansinya. Padahal, Pancasila telanjur mendapat nama jelek karena pada masa Orde Baru, Pancasila diindoktrinasi secara paksa.

Hal ini disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azra dalam Simposium Hari Pancasila dengan tema "Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas" di Kampus FISIP Universitas Indonesia, Depok, Rabu (31/5). Simposium diselenggarakan atas kerja sama FISIP UI, Kelompok Tempo Media, Brighten Institute, dan Perhimpunan Pendidikan Demokrasi.

Dengan menjadikan Pancasila sebagai wacana publik, menurut Azyumardi, akan terjadi penilaian kembali atas pemaknaan Pancasila selama ini sehingga akan menghasilkan pemikiran dan pemaknaan baru. "Ini merupakan langkah awal krusial untuk mengembangkan kembali Pancasila sebagai ideologi terbuka yang dapat dimaknai terus-menerus," ujarnya.

Selain Azyumardi, sesi pertama yang dipandu dosen FISIP UI, Eri Seda, menghadirkan Prof Fuad Hassan, Jakob Oetama, Goenawan Mohamad, dan Karlina Supelli sebagai pembicara.

Fuad mengatakan, akhir-akhir ini orang kembali membicarakan Pancasila karena ada kekosongan ideologi. "Pancasila seperti mengalami hibernasi yang menunggu dipugar dengan unsur-unsur yang asli," ujarnya.

Jakob mengatakan, Pancasila merupakan kesepakatan historis. Suka atau tidak, ideologi sebagai identitas yang tidak sakral tetapi suasananya "mistis". Dan ini memang yang berlaku di semua negara. "Itu kodrat kita manusia, yang penuh pergulatan berbagai dimensi sini dan sana," ujarnya.

Menurut Jakob, dasar negara merupakan hasil interaksi dalam perubahan masyarakat Indonesia yang berbhinneka tunggal ika. Untuk itu, bangsa ini membutuhkan sikap saling percaya.

"Dalam menyikapi perubahan itu, trust kita sudah lemah, penuh prasangka, tidak ikhlas kepada sesama," ujarnya.

Pancasila, menurut Goenawan, sebaiknya tetap diletakkan sebagai cita-cita yang berada di atas cakrawala. Pancasila harus tetap menjadi sesuatu yang ingin dicapai bersama.

Kemarin di Jayapura, tokoh pejuang integrasi Papua ke dalam NKRI, Abner Kaisepo, menegaskan, Pancasila berhasil mempersatukan seluruh suku dan bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Pancasila sangat sempurna dan lengkap, memuat semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam keanekaragaman suku, budaya, agama, dan adat istiadat. (KOR/MAM)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home