| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, June 27, 2006,1:53 PM

Muslim di Inggris, Bagian Penting Masyarakat Multikultural yang Modern

David Triesman, Lord Triesman of Tottenham

Saya sering terkejut saat mendengar orang-orang berbicara seolah-olah persinggungan Inggris dengan Islam adalah sesuatu hal baru. Seolah-olah baru berumur beberapa tahun layaknya dua orang di tahap awal hubungan, mereka baru menemukan siapa dan apa yang dipercayai satu sama lain.

Sesungguhnya, Muslim sudah menjadi bagian integral dari Inggris dan cara hidup, baik di dalam maupun di luar Inggris, selama berabad-abad.

British Museum di London menyimpan koin emas abad kedelapan yang diterbitkan oleh Raja Offa dari Mercia dengan tulisan Arab tercetak di kedua sisinya. Tak ada yang benar-benar tahu mengapa Offa menyertakan teks Arab di sebuah koin, tetapi hal itu menunjukkan hubungan yang paling pertama diketahui antara Inggris dan dunia Islam.

Kontak antara peradaban Islam yang maju dan beradab dengan Barat yang saat itu miskin dan terbelakang selama Abad Pertengahan telah mewariskan tradisi keilmuan dan filsafat yang kaya, universitas-universitas, kemajuan di bidang pengobatan, matematika, dan banyak keuntungan lain yang tidak terhitung bagi negara-negara Eropa dan Inggris khususnya, yang kemudian memicu era renaissance (era pencerahan) dan membawa Eropa perlahan-lahan keluar dari Abad Kegelapan.

Selama dua abad terakhir, banyak Muslim bertempat tinggal di Inggris. Jumlahnya terus meningkat, hingga saat ini diperkirakan jumlah itu telah mencapai angka dua juta. Bangunan yang berfungsi sebagai masjid pertama kali dibuka di Woking pada tahun 1889.

Pada tahun 1940, pemerintah menyumbangkan 100.000 poundsterling bagi pembangunan masjid pertama di London— sekarang dikenal sebagai Regents Park Mosque—sebagai penghargaan terhadap keberanian prajurit Muslim yang berjuang dan meninggal demi Inggris di Perang Dunia I. Saat ini terdapat lebih dari 1.200 masjid di seluruh Inggris, dan Islam adalah agama yang secara mutlak merupakan agama kedua terbesar di Inggris.

Muslim Inggris saat ini merupakan bagian penting dari kehidupan politik, bisnis, dan sosial Inggris saat ini. Terdapat peningkatan jumlah Muslim di angkatan bersenjata, kepolisian, dan parlemen.

Sebagai contoh, terdapat empat anggota Parlemen (MP), lima anggota Majelis Tinggi, satu anggota Parlemen Eropa (MEP), dan lebih dari 200 anggota dewan yang Muslim. Mereka berada di posisi itu karena kemampuan, keahlian, dan komitmen mereka untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik dan adil.

Muslim di Inggris tentunya menikmati kesempatan pendidikan, perawatan kesehatan, demokrasi, kebebasan berekspresi sesuai dengan agama yang dianutnya, kesetaraan jender, toleransi, dan kesempatan layaknya semua orang lain di Inggris.

Kebijakan pemerintah adalah membantu warga yang bukan berasal dari Inggris untuk menyatu dengan masyarakat, di saat yang sama mendorong mereka untuk menjaga identitas budaya mereka bila dikehendaki. Inggris adalah tempat yang lebih baik dan lebih kaya berkat keragaman ini.

Membicarakan "budaya Inggris" saat ini tidaklah ada artinya bila tidak merujuk pada kenyataan bahwa Inggris adalah tempat percampuran budaya dan pengaruh etnis yang luas.

Itulah sebabnya sangat tragis jika ada orang-orang yang ingin mengeksploitasi perbedaan kita dalam rangka menciptakan kebencian antaragama dan etnis. Faktanya adalah, pemboman di London tahun kemarin tidak kemudian mengarah pada aksi balas dendam yang meluas. Ini merupakan bukti dari solidaritas dan rasa saling menghormati yang ada di masyarakat kita.

Namun, tak berarti tidak ada kesulitan yang sesekali terjadi dalam hubungan antarkomunitas ini. Kesalahpahaman dan antipati sangat mudah berkembang dalam kondisi ini. Kita harus terus bekerja tanpa lelah untuk meminimalisasi ketegangan yang tak seharusnya ada, dan memastikan orang-orang rasis dan ekstremis yang sangat minoritas itu tak mendapat tempat.

Masih ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi kaum Muslim di Inggris. Sebagai contoh, secara statistik mereka cenderung bertempat tinggal di daerah-daerah miskin. Namun, pemerintah memperluas usahanya di seluruh departemennya untuk meningkatkan kesempatan dan mengatasi ketidaksetaraan di setiap masyarakat.

Faktanya, ada loncatan jumlah Muslim yang cukup besar dari segi pendaftaran masuk universitas di tahun-tahun terakhir ini. Ini adalah indikator positif bagi prospek masa depan yang lebih cerah.

Dunia menjadi tempat yang lebih kecil dan orang-orang dari budaya dan agama yang berbeda harus lebih belajar untuk hidup bersama dibandingkan dengan sebelumnya. Tentu saja hal ini akan menimbulkan ketegangan dari waktu ke waktu, tetapi hal ini juga memunculkan kesempatan yang luar biasa.

Kita harus belajar banyak dari satu sama lain dan pertukaran ide-ide baru yang terjadi akan menciptakan dinamisme yang akan mendorong tingkat intelektualitas, keilmuan, dan budaya kita.

Secara historis, peradaban Islam klasik menunjukkan gambaran bagaimana orang-orang dengan ras dan kepercayaan yang berbeda-beda dapat tinggal bersama dan saling belajar dari satu sama lain untuk menciptakan kesatuan budaya yang jauh lebih besar dari jumlahnya masing-masing.

Meskipun hubungan di antara berbagai komunitas selalu harmonis, tetap saja hal ini merupakan contoh awal masyarakat multikultural yang berbeda tetapi tidak asing dari apa yang ingin kita capai saat ini. Keragaman ini berbuah pada percampuran ide yang kreatif dan beragam yang mengembangkan karya sastra dan pencapaian ilmiah yang kualitasnya jauh melewati masanya.

Tentu saja ahli sejarah akan berargumen mengenai alasan dari perkembangan peradaban ini, tetapi jelas bahwa inspirasi Islam—sebuah agama yang selalu dinyatakan oleh kolega-kolega Muslim saya sebagai agama yang mengajarkan toleransi dan kehidupan bersama yang damai—memiliki peranan besar dalam menciptakan gambaran masyarakat yang maju saat ini.

(DAVID TRIESMAN, Lord Triesman of Tottenham, The Parliamentary Under-Secretary of State UK)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home