| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, June 22, 2006,12:09 PM

Mempertanyakan Hasil Ujian Nasional

St Kartono

Benarkah kelulusan ujian nasional 2006 tergolong luar biasa? Badan Standar Nasional Pendidikan menyebut kelulusan 92,50 persen pada jenjang SMA sebagai kenaikan yang signifikan dari 80,76 persen pada tahun sebelumnya (Kompas, 20/6).

Ketika Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bertepuk dada atas kenaikan persentase kelulusan sebagai peningkatan mutu pendidikan menengah secara nasional, saya sebagai guru malah ingin meneruskan pertanyaan sejumlah siswa, bagaimana nilai-nilai ujian itu diolah? Benarkah nilai-nilai perolehan siswa merupakan nilai murni?

Nilai semu

Di tengah eforia kelulusan para siswa, ada di antara mereka yang justru mempertanyakan nilainya yang tergolong fantastis. Tidak merasa mengerjakan semua soal secara sempurna, toh mendapat nilai 10. Ada yang memperkirakan mendapat nilai 3, toh keluarnya 5? Mungkin juga banyak sekolah yang tercengang dengan nilai-nilai siswanya yang melebihi hasil quick count setelah ujian berlangsung. Pasti bukan kebetulan jika selisih itu terjadi merata pada hampir seluruh siswa. Ada apa dengan pemrosesan ujian itu?

Istilah "konversi" muncul tahun lalu menyertai pengumuman kelulusan, atau pada awal tahun 1990-an ada istilah "koefisien" yang berbeda-beda di tiap daerah demi menentukan nilai ebtanas murni dan kelulusan siswa.

Jika hasil ujian nasional 2006 ini juga mengalami sesuatu, dapatkah hasil ini disebut luar biasa? Yang kentara dilakukan Depdiknas selama setahun ini adalah menaikkan standar rata-rata kelulusan dari 4,25 menjadi 4,50, bukan gencar menaikkan perbaikan kinerja pendidikan.

Sebagai guru, dalam hati kecil saya kecewa menyaksikan kebanggaan semu para pengambil keputusan di Depdiknas yang merasa selesai dengan mematok angka 4,50, sementara menutup mata dengan proses dan pelaksanaan di lapangan.

Ada kalimat bijak yang belum usang, the goal is (also) in the process, hasil pun ada pada proses. Kebanggaan akan hasil juga berarti kebanggaan menempuh proses. Kalau gedung-gedung sekolah masih berantakan, kurikulum masih babak belur, dan para guru tersaruk-saruk profesionalitasnya, upaya sistematis macam apa yang telah dilakukan untuk memperbaiki mutu pelayanan pendidikan sehingga angka kelulusan meningkat?

Dari Gunung Kidul, mungkin juga berbagai daerah lain, ditemukan, umumnya siswa yang tidak lulus adalah mereka yang berasal dari sekolah pinggiran.

Upaya peningkatan pelayanan pendidikan tampaknya masih belum merata, artinya terpusat di perkotaan, sehingga jangan bandingkan begitu saja para siswa yang memiliki akses pendidikan cukup dengan mereka yang berada di daerah pinggiran. Yang ada hanya hasil yang semu.

Ujian tahun depan

Ketika Ketua BSNP berpegang pada hasil statistik (20/6), saya memperkirakan ujian nasional akan dilakukan lagi tahun depan. Pasti penyelenggara hajatan ujian nasional akan mati-matian menunjukkan angka-angka di atas kertas sambil menutup mata terhadap situasi nyata di lapangan yang jauh dari label sebuah "standardisasi".

Upaya ideal mematok sebuah ujian yang standar tanpa dibarengi pengolahan yang standar pula, tentu yang terjadi hanyalah sebuah hasil tawar-menawar.

Sejumlah persoalan yang nyata terjadi secara disengaja di lapangan berkaitan dengan kejujuran pelaksanaan ujian. Menurut penuturan sejumlah guru (20/6), berbagai kecurangan muncul dalam pelaksanaan UAN, seperti membiarkan siswa menyontek, bocoran jawaban melalui layanan pesan singkat telepon seluler, sampai koreksi jawaban siswa oleh guru sebelum lembar jawaban diperiksa. Di beberapa tempat, guru membiarkan siswa menyontek meskipun situasi tersebut menjadi pertengkaran antara guru dan pengawas.

Indonesian Corruption Watch menyebut kecurangan pelaksanaan UAN sebagai akibat hasilnya menjadi prestise kepala sekolah dan kepala dinas sehingga kecurangan demikian dibenarkan secara struktural.

Hasil akal-akal demikian tentu bukan hasil yang bisa disebut luar biasa!

St Kartono Guru SMA Kolese De Britto, Yogyakarta

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home