Jakarta, Kompas - International Conference of Islamic Scholars akan dijadikan organisasi yang sejajar dengan organisasi negara-negara Islam atau OKI. Jika OKI beranggota negara-negara Islam, ICIS beranggotakan ulama dan intelektual yang ada di negara Islam.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi didampingi Ketua PBNU Rozy Munir kepada wartawan seusai penutupan ICIS II di Jakarta, Kamis (22/6).

"Nantinya ICIS akan diusulkan ke PBB agar gema moderasinya lebih meluas lagi," ujarnya.

Menurut Hasyim, ICIS akan menyiapkan langkah konkret untuk menyelesaikan konflik internal Islam, dan konflik antara Islam dan masyarakat non-Islam. Langkah itu akan dilakukan dalam semangat rahmatan lil’alamin. Artinya, akan mengedepankan perdamaian dalam semangat persaudaraan.

"Secara konkret, nantinya akan dibentuk tim yang lebih kecil untuk membahas secara mendalam tentang tema-tema yang sudah disepakati," ujar Hasyim.

Ditanya tentang peran NU dalam menyelesaikan persoalan keumatan di Indonesia, Hasyim mengatakan, NU akan membahas persoalan kebangsaan itu dalam forum pra-Musyawarah Nasional NU tanggal 24 Juni mendatang.

Ditanya soal peraturan daerah syariah, Hasyim mengatakan, pihak yang mendukung dan menolak sama-sama bertindak berlebihan.

Dalam upacara penutupan ICIS II, Syakir Syekh dari Islamic Kanada mengatakan, perdamaian dan persaudaraan merupakan salam universal.

"Jika semangatnya dapat ditingkatkan menjadi persatuan, maka Islam akan punya modal penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan harmoni dalam menghadapi hegemoni global saat ini," ujarnya.

Syekh Salim dari Australia mengatakan, ICIS telah menghasilkan pemikiran penting untuk menyelesaikan berbagai persoalan umat Islam.

"Jika kita bisa mengimplementasikannya dengan baik, kesejahteraan yang diinginkan itu akan bisa dicapai," ujarnya. (MAM)