| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, June 04, 2006,9:15 PM

Bunga Padma Itu Berjatuhan…

Thomas Pudjo Widiyanto

Kompleks Candi Prambanan bila dilihat dari kejauhan masih tampak berdiri tegak. Namun, begitu kita mendekat, mata kita akan terentak dengan adanya batu-batu candi yang berserakan di pelataran yang selama ini dikenal bersih dari bebatuan. Memang, akibat gempa yang terjadi Sabtu (27/5), Candi Prambanan rusak, dan dalam citra arkeologi tergolong rusak berat.

Sama tragisnya dengan Candi Plaosan di Klaten dan Sojiwan di Jawa Tengah. Candi Sojiwan yang baru dipindahkan dari ancaman longsor, saat ini malah runtuh total. Sedangkan candi induk Plaosan Utara, stupa utamanya tumbang ke arah timur, dan stupa yang kecil berjatuhan ke arah barat.

Hanya tiga candi ini yang terlogolong rusak parah. "Candi Ijo, Candi Ratu Boko, Barong, Sambisari, dan lainnya, praktis masih utuh," kata Dra Surayati, Kepala Seksi Perlindungan Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DI Yogyakarta.

Tiga candi utama Prambanan, yakni Brahma, Siwa, dan Wisnu, semuanya rusak, termasuk candi pendamping, yaitu Angsa, Nandi, dan Garuda. Yang tampak jelas rusak adalah Candi Brahma, di samping mahkota kemuncaknya jatuh, teras pintu masuk ke ruang candi juga ambrol, praktis menutup pintu candi. Candi Siwa yang bangunannya paling besar, retak di berbagai tempat, bahkan tubuh bagian tengah Candi Siwa diperkirakan bergeser sekitar empat sentimeter. Begitu pula Candi Angsa, Nandi, dan Candi Garuda, bagian puncaknya miring dan kemuncaknya terancam jatuh.

Candi yang renovasinya diresmikan oleh Presiden Soekarno tanggal 20 Desember 1953 ini merupakan candi berpaham Hindu. Dibangun tahun 850 Masehi yang belum diketahui pasti siapa pembangunnya. Ada dua sosok yang diduga sebagai pembangunnya, yaitu Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I, atau Balitung Maha Sambu dari wangsa Sanjaya. Keunikan dari Candi Prambanan adalah aksesorisnya yang didominasi oleh bunga padma yang menjadi pagar setiap struktur candi.

Kalau dianatomikan sebagai manusia, di bagian kaki semua dikelilingi oleh bunga padma yang menguncup, demikian pula pada pinggang dan dada candi sampai ke mahkota, selalu dikelilingi mahkota. padma atau teratai yang hidup dalam air kolam ini, dalam budaya Hindu, bahkan juga Buddha, dianggap sebagai simbol makrokosmos, dunia nyata yang intinya ada air, udara, dan daratan atau kehidupan. Warna-warna padma: putih, ungu, dan merah itu adalah keindahan kehidupan.

Bunga-bunga padma—simbol keindahan kehidupan itu—yang banyak jatuh berserakan di pelataran candi. "Ini memang memilukan. Kalau melihat kondisinya, Anda lihat sendiri, parah," kata Kepala BP3 DIY, Drs Agus Waluyo, didampingi Kepala Seksi Perlindungan Dra Surayati.

Tragedi

Kerusakan candi yang digolongkan sebagai warisan dunia itu, menyentakkan banyak orang. "Ini tragedi sejarah, membuat nelongso perasaan," kata Lambang Babar Purnomo dari BP3 Jawa Tengah.

Renovasi bukan persoalan yang gampang. Hal itulah yang menggerakkan Agus Waluyo sampai pada kesimpulan, "Penanganannya tidak mungkin bisa hanya dilakukan oleh arkeolog. Semua disiplin ilmu harus terlibat," katanya.

Itu sebabnya, Kamis lalu Agus bersama pakar geologi, goedesi, arsitektur, dan arkeologi dari UGM melakukan pengamatan ke Candi Prambanan. Meskipun baru taraf pengamatan, ada kesepakatan untuk menangani bersama-sama kerusakan candi. "Jangan tanya soal dana kalau rusaknya seperti ini. Kami belum bisa memastikan," katanya.

Apalagi, menurut Surayati, candi telah mengalami kerusakan struktural. Dananya relatif besar. "Ya, bisa sampai miliaran, meski kita belum bisa memastikan berapa dananya," katanya.

Dalam peninjauan itu juga ditemukan retakan di depan Candi Brahma. Apakah retakan itu berpengaruh pada kondisi fondasi candi, belum diketahui.

"Meskipun di permukaan terlihat retakan itu sempit, namun di bagian bawah bisa saja menganga. Yang jelas, ini retakan baru," kata Dr Subagyo, geolog dari Fakultas Teknik UGM.

Sedangkan Bilal Ma’ruj dari jurusan Geodesi Fakultas Teknik UGM menyatakan, berdasarkan perhitungan geometri akan bisa diketahui apakah tubuh candi bergeser atau tidak. "Makanya untuk mengevaluasi stabilitas candi harus ditangani secara komprehensif, lewat perhitungan geodesi, geologi, dan geoteknik. Dari situ nanti akan disimpulkan apakah candi mengalami deformasi," tegasnya.

Prambanan memang rusak. Namun, dalam prinsip arsitektur candi yang tinggi mengecil, relatif bisa dianggap masih berdiri tegak. Di saat seluruh bangunan mal di Yogyakarta kondisinya rusak berat dan parah, Prambanan masih tinggi menjulang. Ini seperti menunjukkan bahwa konsep arsitektur kuno membuktikan lebih mampu menahan gempa.

"Pada dasar bangunan candi diberi lapisan-lapisan tanah, yang bisa elastis atau ngeper kalau ada goncangan. Itu konsep bangunan gempa ala candi, yang mesti harus kita pelajari," kata Ir Dwiatmono MT, arsitek dan dosen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Menurut Dwiatmono, penyusunan batu candi diatur untuk saling mengancing dengan sangat memerhatikan gaya tektonik, vulkanik, gaya geser, dan gaya angin. "Enggak tahu arsitek kita, ketika membangun kok banyak bangunan yang runtuh," katanya. (HRD)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home