| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, May 11, 2006,12:11 AM

Suku Bunga Mulai Diturunkan

Presiden Semangati Para Bankir



Jakarta, Kompas - Sinyal berakhirnya suku bunga tinggi mulai nyata. Setelah mempertahankan cukup lama, Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga moneter BI Rate, meskipun hanya 25 basis poin ke posisi 12,50 persen, Selasa (9/5). Bankir dan pengusaha melihat itu sebagai sinyal positif, tetapi belum cukup kuat.

Keputusan mulai menurunkan tingkat suku bunga BI Rate tersebut diambil dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Selasa di Jakarta.

Suku bunga BI Rate, yang ditentukan sendiri oleh BI, bertahan sejak Desember 2005 pada level 12,75 persen. Pergerakan BI Rate biasanya diikuti suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang kemudian ditransmisikan lagi oleh kalangan perbankan dalam menentukan suku bunga dana dan kredit.

Saat ini suku bunga SBI jangka waktu satu bulan sebesar 12,74 persen, sementara suku bunga kredit perbankan masih berkisar 16-18 persen per tahun.

Hasil Rapat Dewan Gubernur BI kemarin menyebutkan, penurunan suku bunga tersebut ditetapkan setelah melakukan penilaian terhadap perekonomian terkini dan prospeknya yang menunjukkan masih berlanjutnya kestabilan makro-ekonomi yang tercermin pada perkembangan nilai tukar, inflasi, dan kondisi moneter.

Menurut Gubernur BI Burhanuddin Abdullah, peluang untuk menurunkan suku bunga secara bertahap pada bulan-bulan mendatang sangat memungkinkan. Alasannya, inflasi tahun ini cenderung berada di bawah perkiraan, sekitar 7-7,5 persen. Adapun target inflasi rata-rata sekitar 8 persen. Selain itu, perbedaan dengan suku bunga The Fed masih terlalu lebar, yakni sekitar 775 basis poin. Perbedaan ini masih mungkin untuk diperkecil.

Burhanuddin optimistis penurunan suku bunga tidak akan menyebabkan berbaliknya kembali dana jangka pendek ke luar negeri. Dengan selisih suku bunga yang masih lebar, justru masih bisa mengundang aliran modal masuk ke Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengisyaratkan, pihaknya menyepakati kebijakan BI untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin. Kebijakan tersebut diyakini tidak akan menimbulkan risiko negatif pada makro-ekonomi. "Jadi itu bukan yang terakhir, tetapi baru awal dari penurunan," katanya.

Namun, BI menyatakan akan senantiasa mencermati berbagai faktor risiko internal maupun eksternal sebagai langkah antisipasi terhadap kelangsungan stabilitas makro-ekonomi. Dari sisi internal, faktor risiko, antara lain, dorongan stimulus fiskal dan kemungkinan terganggunya distribusi barang terkait dengan kondisi infrastruktur di beberapa daerah. Faktor risiko dari sisi eksternal, menurut penilaian BI, perkembangan harga minyak dunia serta arah kebijakan moneter global yang cenderung ketat perlu terus dicermati.

Ketika membuka Konferensi dan Ekshibisi Teknologi Perbankan Asia Pasifik di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, "Perkembangan harga minyak mentah dunia yang saat ini fluktuatif, 70-75 dollar AS per barrel, telah mencemaskan banyak pihak. Sebab, jika harga minyak mentah dunia terus meningkat, hal itu akan memengaruhi ekonomi dunia. Negara yang sangat bergantung pada minyak dunia pun dapat mengalami resesi dan ambruk. Ini dahsyat. Bukan hanya konsumen yang terpukul, tetapi juga produsen."

Oleh karena itu, lanjut Presiden, pemerintah perlu mempertahankan kebijakan penghematan dan diversifikasi energi serta menambah produksi dan upaya penegakan hukum dalam pengelolaan energi. "Kita harus bersiap-siap dan berjaga-jaga dengan segala yang selama ini sudah dipersiapkan, jika harga minyak mentah dunia itu tidak turun dan malah naik," ujar Presiden.

Reaksi positif

Sementara itu, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Jakarta tetap melaju hingga 24,6 poin atau 1,6 persen ke posisi 1.532,6. Sementara nilai tukar rupiah stabil pada posisi Rp 8.740 per dollar AS setelah penurunan tingkat suku bunga tersebut.

Kalangan perbankan menilai penurunan BI Rate 25 basis poin memberikan sinyal positif. Namun, besaran penurunannya masih terlalu kecil untuk berimbas pada penurunan suku bunga kredit. Menurut Wakil Direktur Utama BCA Yahya Setiaatmadja, jika BI Rate turun 75 hingga 100 basis poin, baru BCA akan menurunkan bunga kredit.

Direktur Bank Mandiri JB Kendarto mengatakan, perbankan umumnya tetap akan menunggu perkembangan suku bunga penjaminan sebelum menurunkan suku bunga kredit dan suku bunga dana. "Jika Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan suku bunga penjaminan, dalam waktu satu bulan, bank sudah bisa menurunkan suku bunga kredit," ujar Kendarto.

Suku bunga penjaminan yang ditetapkan LPS saat ini sebesar 12,50 persen.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Mohammad S Hidayat menilai penurunan suku bunga 25 basis poin belum akan mendorong pertumbuhan sektor riil. Meski demikian, Hidayat berharap penurunan suku bunga yang kecil itu bisa dilaksanakan dengan konsisten diikuti bank-bank sehingga sektor riil bisa bergerak.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan bankir kembali menyemangati kalangan perbankan agar tidak takut menyalurkan kredit.

Presiden menegaskan, setiap keputusan perbankan yang telah didasari sungguh-sungguh dengan pertimbangan dan pendapat bisnis serta dilakukan dengan cara-cara yang benar, tetapi pada akhirnya meleset, hal itu bukan perbuatan korupsi atau sebuah kejahatan.

Pandangan seperti itu diharapkan menjadi satu pemahaman bersama kalangan perbankan dan aparat hukum terhadap setiap pengambilan keputusan yang terkait dalam penyaluran kredit perbankan.

Menurut Presiden, masalah ini sudah disampaikan kepada jajaran hukum, seperti kejaksaan, kepolisian, Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), agar ada satu kesamaan pandangan dalam melihat satu kasus perbankan. (FAJ/HAR/osa/dot/Antara)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home