| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Monday, March 27, 2006,11:29 AM

Masa Depan UE

Bertarung Melawan Nasionalisme Sempit


Brussels, Minggu - Uni Eropa atau UE kini kesulitan melakukan reformasi perekonomian. Perlawanan bermunculan, seperti di jalanan di Perancis yang menolak undang-undang baru ketenagakerjaan. Para pemimpin dari 25 negara UE yang bertemu hari Kamis dan Jumat (24/3) lalu di permukaan menyuarakan nada optimisme.

Para pemimpin itu telah kembali ke negara masing-masing untuk melaksanakan komitmen mereka dengan bertindak nyata. Tujuannya adalah untuk memperlancar aktivitas ekonomi yang sepertinya sulit digerakkan.

Para pemimpin UE juga membantah telah ada pertikaian di dalam karena meningkatnya niat untuk proteksionisme, yang dipicu oleh sikap sebagian pemimpin UE, seperti Perancis, Spanyol, dan Italia. Ketiga negara ini "berseteru" karena tak ada kesepakatan soal kebebasan melakukan jual beli perusahaan di dalam UE sendiri. Padahal, Agenda Lisabon telah mencanangkan UE harus melakukan terobosan untuk membuat perekonomian mengalami dinamika baru. Namun, Agenda Lisabon itu sejauh ini tidak menghasilkan apa pun secara berarti pada perekonomian.

Tak ada seorang pun di UE yang mengharapkan terjadi reformasi secara tiba-tiba. "Jika Anda ingin tahu mengapa pemerintahan di UE begitu lambat melakukan reformasi, penyebabnya adalah karena mereka memang tidak memberi perhatian utama pada tujuan Agenda Lisabon," demikian majalah The Economist.

Malah UE kini dihadapkan pada persoalan yang terlihat di Perancis. Di sana ada protes mahasiswa soal UU Ketenagakerjaan, yang isinya memungkinkan perusahaan memecat secara mudah pekerja pertama jika dinilai tidak becus.

Agenda Lisabon diluncurkan pada 2000, dengan tujuan utama membuat UE menjadi kekuatan ekonomi dunia yang paling kompetitif di akhir dekade ini, atau di akhir tahun 2009.

Pertumbuhan rendah

AS dan Jepang kini mulai mengalami pemulihan ekonomi, tetapi tidak demikian halnya dengan kawasan UE. Blok Eropa masih bergelut untuk bangkit dari resesi yang telah berlangsung lama dan tahun lalu hanya tumbuh 1,3 persen.

Tahun lalu UE kembali mencanangkan Agenda Lisabon untuk tidak diabaikan, dengan fokus pada penciptaan lapangan kerja baru dan pertumbuhan.

"Saya kira tidak ada keraguan menuju liberalisasi," kata Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Inggris lebih maju dalam reformasi pasar, yang membuat negara itu selangkah di depan negara tetangganya dalam pertumbuhan.

Hal serupa itu tidak terjadi di Perancis dan Spanyol yang dituduh sebagai biang keladi kemandekan UE. Namun, Presiden Perancis Jacques Chirac menepis tuduhan itu. "Itu tidak benar," katanya.

Namun, para ekonom penganut pasar bebas melihat banyak anggota UE yang enggan melakukan liberalisasi. Juga muncul banyak perlawanan dari rakyat terhadap liberalisasi. (AFP/mon

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home