| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Monday, September 11, 2006,2:21 PM

Rekaman Peristiwa 9/11 di Koran

F Harianto Santoso

Lima tahun sudah peristiwa WTC New York 11 September 2001 berlalu. Sebuah kenangan pahit kembali mengemuka. Secara mikro menghantam keluarga-keluarga Amerika yang kehilangan sanak famili. Secara makro menampar muka Amerika Serikat yang dipermalukan di dalam negerinya sendiri.

Kenangan akan kegetiran membawa pada ingatan faktual. Sebanyak 266 orang berada dalam empat pesawat naas. Boeing 767 American Airlines Penerbangan 11 dari Boston menuju Los Angeles dibelokkan dan menabrak menara World Trade Center (WTC) sebelah utara.

United Airlines Penerbangan 175 dari Boston menuju Los Angeles dibajak dan ditabrakkan ke menara WTC sebelah selatan. Keduanya hanya berselisih 18 menit dari kejadian pertama, Selasa 11 September 2001 pukul 08.48 pagi waktu New York.

Boeing 757 American Airlines Penerbangan 77 dari Washington menuju Los Angeles dibajak dan ditabrakkan pada bagian barat kompleks Pentagon, pinggiran kota Washington DC, pada jam 09.40 pagi. Boeing 757 United Airlines Penerbangan 93 dari Newark ke San Fransisco tidak sampai pada sasarannya, menabrak Gedung Putih, dan jatuh dekat Pittsburgh.

Drama 9/11 menemukan puncaknya. Di antara kepekatan asap dan reruntuhan, menara kembar WTC masing-masing setinggi 110 lantai mengempas ke bumi. Terhadap seluruh drama kemanusiaan tersebut, ungkapan seorang saksi mata seakan mewakili kegundahan. "Saya tak tahu seperti apa gerbang neraka itu, tetapi setidaknya seperti inilah," ujarnya.

Amerika diserang

Pada hari kejadian, 11 September 2001, banyak koran menerbitkan edisi ekstra mereka. Sebagian besar judul utama koran memakai kata teror dan perang yang mesti dihadapi Amerika. Karena diterbitkan sebagai reaksi cepat atas peristiwa tersebut, bisa dikatakan judul utama lebih banyak mengandung kemarahan, menyadari Amerika diserang di negaranya sendiri.

Di antara judul yang provokatif, salah satunya menarik untuk disimak dari koran The News-Gazette, Illinois, yakni "Pearl Harbor Kedua". Sudah sejak awal koran ini merepresentasikan kegalauan Amerika terhadap peristiwa Pearl Harbor pada tragedi 9/11 di New York.

Menanggapi tragedi WTC ini pada pukul 20.30 Presiden George W Bush secara resmi menyampaikan pidato lewat televisi. "Amerika diserang oleh tindakan brutal teroris," ujarnya. Lebih jauh ia mengatakan, "Hari ini bangsa kita dirundung tragedi."

Keesokan harinya, 12 September 2001, banyak koran memuat judul utama mereka dengan memasukkan kutipan dari pidato Bush tersebut. Juga tak sedikit koran memasukkan nukilan yang pernah diucapkan Presiden Franklin D Roosevelt tatkala Pearl Harbor diserang. Roosevelt membacakan pidatonya di depan Kongres, 8 Desember 1941.

Ia berujar, "Kemarin, 7 Desember 1941, menjadi hari kelabu (a date which will live in infamy). Amerika diserang secara mendadak dan kejam oleh kekuatan laut dan udara Kekaisaran Jepang." Pada penutup pidatonya, ia meminta Kongres menyatakan perang sejak 7 Desember 1941 antara Amerika Serikat dan Kekaisaran Jepang.

Ingatan rakyat Amerika pada Roosevelt sungguh kuat. Pidatonya di depan Kongres terkulminasi dalam ungkapan yang menjelma menjadi day of infamy. Ungkapan ini seakan menemukan rohnya kembali di dalam tragedi 9/11. Setidaknya 12 koran memakai ungkapan itu sebagai judul utama.

Sebaliknya dengan Bush. Tidak ada sesuatu yang kuat dari pidatonya, yang kemudian menjelma menjadi rujukan peristiwa WTC di New York. Nukilan pidato Bush dalam berita utama koran-koran sehari setelah kejadian tidak menunjukkan hal itu. Koran-koran hanya mengambil penggalan pidato tanpa meninggalkan karakter.

Kenyataannya setelah lima tahun berjalan, kenangan akan peristiwa ini justru dikenal lewat ungkapan 9/11 (11 September) yang berkaitan dengan tanggal kejadian. Bukan dari penggalan pidato Bush, seperti yang terjadi pada Roosevelt.

Pada umumnya judul utama koran-koran AS menyatakan kemarahan terhadap serangan yang begitu mendadak dan tak pernah mereka perkirakan. Kegalauan dan kegeraman mereka terwakili oleh berita utama San Fransisco Examiner yang berkantor pusat di San Fransisco, California. Judulnya sangat singkat, cuma satu kata: "Bastard!"

Deskripsi

Beberapa koran memakai deskripsi statistik dalam menyajikan berita utamanya, seperti York Daily Record, sebuah koran lokal di Pennsylvania, berjudul "9/11/01" dan The Times yang berkantor di London, Inggris, dengan judul "10.02 am September 11 2001".

Berita utama di halaman depan merupakan etalase terpenting sebuah koran. Oleh karena itu, koran akan menghias halaman tersebut dengan judul dan foto atau gambar yang kuat. "Halaman depan diharapkan bisa menjadi navigator unggulan bagi halaman-halaman berikutnya," kata Garcia, tatkala mendesain ulang koran legendaris Inggris, The Observer, awal tahun 2006.

Mario Garcia adalah desainer koran yang sudah memoles lebih dari 450 koran terkemuka dunia, termasuk di dalamnya koran Kompas di Indonesia pada tahun 2005. Koran senantiasa mengisi halaman depan dengan berita eksklusif, apalagi drama kemanusiaan semacam peristiwa WTC di New York. Kemasan yang kuat antara foto, gambar, dan judul akan sangat menentukan kualitas koran itu sendiri.

(F Harianto Santoso/ Litbang Kompas)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home