| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, September 12, 2006,1:29 PM

Deklarasi Pemanasan Global

KTT ASEM Antisipasi Batas Waktu Protokol Kyoto

Helsinki, Senin - Sebanyak 38 pemimpin negara-negara Eropa dan Asia, yang berupaya agar KTT ASEM di Helsinki menghasilkan komitmen yang bermanfaat bagi masyarakat, Senin (11/9) mengeluarkan deklarasi mengenai pemanasan global.

Para pemimpin berkomitmen untuk terus melanjutkan upaya mereduksi emisi gas sampai sesudah tahun 2012. Mereka juga sepakat untuk mengampanyekan teknologi energi yang efisien.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari itu, para pemimpin Asia dan Eropa mencoba untuk menghilangkan citra bahwa ASEM hanyalah sekadar "pertemuan basa-basi" dan tidak menghasilkan hal konkret di tingkat global.

Oleh karenanya, meskipun isu yang dibahas dalam KTT kali ini cukup luas, mulai dari multilateralisme, perdagangan, penyelesaian konflik ekonomi dan politik, sampai terorisme, para pemimpin Asia-Eropa sepakat ada beberapa isu yang harus mendapat prioritas, di antaranya masalah pemanasan global.

Soal ini sempat disinggung dalam pembukaan KTT ASEM oleh PM Finlandia Matti Vanhanen, Minggu. "Perubahan iklim akan menimbulkan konsekuensi drastis bagi Eropa dan Asia. Kita harus menyampaikan pesan kuat soal ini, termasuk bagaimana menghadapi tantangan ini secara bersama," kata Vanhanen.

Munculnya deklarasi pemanasan global dilatarbelakangi pemahaman bersama bahwa Protokol Kyoto yang mengatur komitmen negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida akan berakhir masa berlakunya pada tahun 2012.

Seorang pejabat senior Uni Eropa (UE) kepada AFP menyatakan, mereka sedang merumuskan apa yang disebut "landasan kerja setelah 2012" menyangkut isu pemanasan global.

Saat ini negara-negara yang tergabung dalam ASEM memiliki populasi sekitar 2,4 miliar orang dan merupakan konsumen energi yang besar.

Semakin meningkatnya kebutuhan energi di negara-negara Asia yang dipicu oleh melejitnya pertumbuhan ekonomi, khususnya di China, membuat Eropa perlu mempromosikan teknologi energi yang lebih efisien untuk mengurangi konsumsi energi dan mengurangi emisi karbon dioksida.

Namun, selama ini negara-negara Asia enggan menetapkan target yang mengikat, dengan alasan sebagian besar negara masih berupaya mengembangkan perekonomiannya dan mengurangi tingkat kemiskinan sehingga sulit berkomitmen dalam hal pengurangan emisi gas karbon.

Harus perkecil perbedaan

Setelah 10 tahun ASEM berdiri, muncul penilaian bahwa hubungan antara Eropa-Asia justru melemah meskipun hal ini tak terlihat di dalam suasana pertemuan. Para pengamat menilai Eropa-Asia gagal merefleksikan hubungan mereka dalam realitas, di mana mereka mewakili 40 persen populasi dunia dan 60 persen perdagangan global.

Ke-25 negara UE dan mitranya dari Asia dinilai tak mampu mengembangkan kemitraan yang koheren dan membiarkan AS sebagai sosok yang dominan di Asia, baik di bidang ekonomi, politik, maupun keamanan. Perdagangan Eropa dengan Asia Tenggara tetap stagnan, bahkan investasi Eropa di kawasan menurun. Jumlah defisit perdagangan Eropa ke Asia meningkat dari 29 miliar euro di tahun 1995 menjadi 150 miliar euro di 2006.

Perdebatan juga terjadi pada isu keanggotaan ASEM karena Asia tak ingin Eropa memiliki hak bersuara yang kelewat besar. (AP/AFP/REUTERS/MYR)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home