| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Monday, August 07, 2006,11:40 AM

Menggagalkan 'Timur Tengah Baru'

DB Behrouz Kamalvandi
Dubes Republik Islam Iran untuk Indonesia

Benih peperangan dan agresi yang disemai rezim Zionis bukanlah hal baru. Hal itu bermuara, pertama, dari keserakahan dan fitrah rezim tersebut untuk secara kontinyu memperluas kekuasaannya. Kedua, bermuara dari rencana-rencana kolonialisme yang disusun dan dikehendaki Amerika Serikat (AS). Terus-menerus hal itu diikuti oleh AS untuk menguasai kawasan Timur Tengah sejak runtuhnya Uni Soviet.

Kalau bisa, dalam rencana ini gerakan para pejuang sebagai faktor penentu harus dimusnahkan atau paling tidak diperlemah agar tidak bisa dipertimbangkan lagi dalam keseimbangan dan desain regional. Karena AS dan Israel telah gagal dalam melaksanakan rencana-rencana sebelumnya, pemusnahan itu harus dijalankan, sebelum menggunakan kekuatan militer juga menyebarkan nilai-nilai yang diinginkan AS dan Barat.

Kemudian, melalui gerakan politik di bawah bimbingan mereka, disiapkan lapangan bagi munculnya orang atau kelompok pro-Barat. Nampaknya, mereka telah berkoordinasi dengan pemerintah-pemerintah pro-AS dan Barat di Timur Tengah dan secara tidak langsung memberikan jaminan yang mereka perlukan. Dengan kata lain, menggunakan kekuatan untuk mewujudkan demokrasi dengan ciri-ciri yang dikehendaki AS.

Yang jelas, ini merupakan rencana AS-Inggris. Tak lupa, setelah lepasnya negara-negara jajahan Inggris, AS diikutsertakan Inggris dalam persoalan Timur Tengah. Oleh karena itu disimpulkan bahwa perencana utamanya adalah Inggris, tetapi dilaksanakan secara bersama Israel dan AS.

Organ internasional
Sayangnya, negara-negara Eropa lain perlahan-lahan ikut bergabung dengan mereka supaya mereka pun mendapatkan keuntungan. Di samping itu, mereka juga bisa memperkuat hubungannya dengan satu-satunya negara adidaya di dunia. Inggris serta AS secara bersama membantu Israel dalam bentuk bantuan militer dan memberi dukungan penuh, spiritual maupun politik (melalui organisasi-organisasi internasional dan Uni Eropa). Dengan kata lain, mereka terang-terangan menzalimi bangsa Palestina dan Lebanon.

Sayangnya, karena kebijakan dan politik AS, organisasi-organisasi internasional tidak efektif lagi dalam menghadapi krisis-krisis global. Dengan kata lain, untuk mewujudkan dominasi mereka, AS dan Inggris membuat bangsa-bangsa di dunia kehilangan harapan pada organisasi-organisasi internasional. Salah satu tujuan AS adalah menyusun kembali struktur dan perangkat lunak organisasi-organisasi internasional agar mereka bisa melayani sesuai tujuan kolonialisme AS.

Karena itu, dengan menghalangi dan merintangi organisasi-organisasi internasional untuk berperan, AS hendak mencapai dua tujuan. Pertama, menghapus segala hambatan yang menghalangi pelaksanaan rencana-rencananya (seperti mencegah keluarnya resolusi tentang gencatan senjata). Kedua, membuat masyarakat internasional percaya bahwa jika mereka dizalimi, mereka tidak dapat berharap banyak pada organisasi-organisasi internasional untuk mendapatkan haknya. Dan bila hendak mendapatkan haknya, mereka harus mendekati AS serta menerima dominasi AS sebagai suatu kenyataan.

Karena itu, tidak logis dan tidak sesuai dengan kenyataan jika kita berharap kepada organisasi-organisasi internasional untuk mengambil tindakan yang efektif dan adil. Tentu saja organisasi-organisasi regional dan internasional lainnya seperti Gerakan Non Blok (GNB) dan OKI tidak memiliki efektivitas yang diperlukan.

Bangsa-bangsa di seluruh dunia, dengan pemahaman yang benar atas kondisi dan situasi dunia sekarang harus meminta kepada pemerintah mereka untuk membentuk lembaga yang mampu mendapatkan hak mereka. Eropa, dengan pengalaman yang cukup selama dua perang dunia dan berbagai perselisihan dalam negerinya, sekarang bersama organisasi-organisasi ekonomi, politik, dan hukum mampu menjamin kepentingan mereka. Tentu mereka pun dalam komunitas Eropa menghadapi ulah Inggris yang terus-menerus mengejar kepentingannya sendiri di luar Eropa.

OKI dan GNB
Dalam kondisi ini, kita terpaksa menggunakan organisasi-organisasi yang kita miliki seperti OKI dan GNB, dan memanfaatkan secara maksimal kemampuan keduanya untuk menekan Israel. Menyerukan PBB yang telah dikuasai oleh AS untuk mengadakan sidang umum darurat dengan tujuan memobilisasi opini masyarakat dan tekanan internasional merupakan solusi yang baik yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Di samping itu, rezim Zionis harus dibawa ke pengadilan internasional dan dihukum berdasarkan hukum internasional yang diatur dalam berbagai konvensi internasional. Di antaranya Konvensi Geneva IV, 12 Agustus 1949. Ini diperlukan karena Zionis telah membunuh masyarakat sipil, menyerang dan memusnahkan tempat tinggal, serta menghancurkan infrastruktur ekonomi, juga melanggar hak-hak asasi manusia, dan sebagainya.

Tragedi Qana juga serangan Israel terhadap pasukan perdamaian PBB di selatan Lebanon dilakukan dengan dua tujuan. Pertama, mematahkan semangat bangsa Lebanon dan membuat mereka percaya bahwa tidak ada tempat yang aman buat mereka. Kedua, menyiapkan situasi dan kondisi untuk memulai permainan politik dan mendapatkan hal-hal yang tidak bisa dicapai melalui operasi militer.

Israel telah berjanji kepada bangsanya untuk memusnahkan Hizbullah padahal dia tidak berhasil untuk menepati janjinya melalui operasi militer. Karena itu rezim Zionis berkeinginan memanfaatkan kemampuan politik satu-satunya negara adidaya di dunia yaitu AS untuk memaksakan kehendak politiknya kepada bangsa-bangsa di kawasan Timur Tengah, khususnya Palestina dan Lebanon. Israel saat ini sedang menghancurkan Lebanon agar Pemerintah Lebanon terus-menerus bergantung pada bantuan Barat seperti halnya Palestina. Ketergantungan ini bisa dimanfaatkan untuk memaksakan kehendak politiknya.

Untuk menghadapi serangan rezim Zionis, kita harus mendukung secara terang-terangan para pejuang di Lebanon dan Palestina baik secara moral maupun material. Ini diperlukan agar AS dan Inggris tidak bisa mempersalahkan dukungan tersebut serta tindakan ini bisa menjadi penghargaan bagi negara-negara Islam.

Para intelektual, masyarakat internasional, khususnya negara-negara Islam bertanggung jawab untuk menganalisis dan menerangkan kondisi yang sekarang ada di pentas internasional. Dengan begitu orang-orang percaya bahwa AS, Inggris, dan Israel merupakan satu kesatuan. Mereka juga berkewajiban membongkar rencana-rencana jangka panjang kolonialisme serta menawarkan cara-cara untuk menghadapinya, agar AS dan sekutunya gagal mewujudkan 'Timur Tengah Baru' versi mereka.

Disamping itu juga diusulkan agar OKI dan Gerakan Non Blok, memasukkan permasalahan tersebut sebagai agenda utama dalam persidangannya hingga selesainya invasi rezim zionis terhadap Lebanon dan Palestina. Perlu juga negara-negara anggota diwajibkan untuk bertindak dan mendukung Palestina serta Lebanon baik secara sendiri-sendiri maupun berdasarkan rencana yang ditetapkan oleh kedua organisasi tersebut. Pada akhirnya, dapat dipastikan bahwa rencana AS dan Inggris menuju sebuah jalan buntu.

Ikhtisar

- Agresi Israel merupakan gerakan melemahkan semangat pejuang penentang Zionis.
- AS, Inggris, dan Israel sedang berusaha membuat tatanah baru di Timur Tengah sesuai keinginan mereka.
- Organisasi-organisasi Internasional berada dalam genggaman mereka.
- OKI dan GNB bisa menjadi lembaga alternatif untuk melawan hegemoni mereka.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home