| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Friday, August 04, 2006,12:02 PM

OKI Desak PBB Hentikan Israel

Perluas Mandat Pasukan PBB di Lebanon Selatan
Nugroho F Yudho

Kuala Lumpur, Kompas - Pertemuan khusus Organisasi Konferensi Islam akhirnya sepakat mengeluarkan Deklarasi atas Masalah Lebanon di Kuala Lumpur, Kamis (3/8) kemarin. Deklarasi itu berisi serangkaian sikap dan tuntutan untuk menghentikan perang dan agresi Israel di Lebanon.

Pertemuan yang diprakarsai Ketua Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdullah Ahmad Badawi, yang juga Perdana Menteri Malaysia, melahirkan pernyataan yang mengancam akan memaksa Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) menggelar Sidang Majelis Umum jika Dewan Keamanan PBB tidak juga mengeluarkan keputusan dan memaksakan gencatan senjata tanpa syarat di Lebanon.

"Sebanyak 18 negara anggota OKI mengutuk keras agresi Israel atas Lebanon dan serangkaian pelanggaran atas kedaulatan dan integritas Lebanon. Israel harus diminta pertanggungjawaban sebagai konsekuensi dari agresi yang dilakukannya," kata Abdullah Badawi, dalam konferensi pers yang digelar seusai pertemuan OKI.

Pertemuan khusus yang digelar hanya dengan persiapan kurang dari seminggu ini memang hanya dihadiri oleh 18 dari 57 anggota OKI. Namun, Badawi mengakui memang hanya mengundang 18 negara tersebut, yang dinilainya cukup representatif dan relevan dengan isu Lebanon. Selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pertemuan juga dihadiri Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Perdana Menteri Pakistan Shaukat Aziz, Perdana Menteri Banglades Begum Khaleda Zia, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, Pangeran Jordania Hamzah Ibn Al Hussein, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, dan Perdana Menteri Azerbaijan Artur Rasizadeh.

Hadir juga Menteri Luar Negeri (Menlu) Lebanon Fawzi Salloukh, Menlu Palestina Farouk Kaddoumi, Menlu Suriah Faisal Moukdad, Menlu Mesir Mufid Mahmoud Shihab, Menlu Yaman Abubakar Abdullah Alqirbi, Menlu Uni Emirat Arab Tariq Ahmad Al Haidan, serta Menlu Arab Saudi Nizar bin Obeid Al Madani, dan Sekjen OKI Ekmeledin Ihsanoglu.

"Di tengah penderitaan rakyat Lebanon yang terus diserang oleh Israel, pilihan Abdullah Badawi untuk hanya memanggil 18 anggota OKI yang relevan sudah cukup. Saya yakin anggota OKI yang lain mendukung substansi deklarasi," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers seusai acara.

Perluas mandat

Menurut Presiden Yudhoyono, substansi penting dari deklarasi adalah kesepakatan untuk memasukkan usulan "Tujuh Butir Rencana Lebanon" yang disampaikan Menlu Lebanon Fawzi Salloukh sebagai bagian tak terpisah dari kesepakatan pertemuan OKI kemarin.

Dalam usulan yang beberapa waktu lalu disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB Koffi Anan, Lebanon menawarkan penyelesaian cukup realistis untuk menghentikan serangan Israel.

"Salah satu bagian penting dari usulan Lebanon adalah perluasan mandat, wewenang, dan lingkup operasi pasukan internasional PBB yang bekerja di Lebanon selatan, selain penambahan jumlah dan peralatannya. Perluasan kewenangan dan lingkup operasi itu bukan hanya penting untuk menjamin kelancaran pemberian bantuan kemanusiaan dan perbaikan berbagai infrastruktur yang rusak, tetapi juga menjamin stabilitas dan keamanan di wilayah Lebanon Selatan," kata Yudhoyono yang kemarin juga melakukan pertemuan bilateral dengan Fawzi Salloukh.

"Kami akan secara formal mendesak anggota tetap DK PBB, AS, Inggris, Perancis, Rusia, dan China, yang memiliki hak veto di DK PBB, untuk segera mendesakkan gencatan senjata tanpa syarat di Lebanon. Semua negara itu akan kami surati dan dekati lewat jalur diplomatik," ujar Yudhoyono.

Yudhoyono juga mengatakan, pertemuan OKI sepakat melakukan upaya selama seminggu ini mengajak berbagai pihak memperkuat desakan kepada DK PBB segera mencegah berlanjutnya serangan Israel.

OKI ikut pasukan PBB

Salah satu topik penting yang diangkat dalam pertemuan adalah keinginan OKI terlibat aktif dalam memberikan kontribusi kepada PBB dalam mengirim pasukan penjaga perdamaian di Lebanon. Masalah ini dilontarkan oleh Abdullah Badawi dalam pidato pembukaannya yang diperkuat dengan pernyataan Presiden Yudhoyono saat menyampaikan sikap Indonesia.

Presiden Yudhoyono dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Lebanon menekankan lagi kesiapan mengirimkan pasukan satu batalyon ke Lebanon untuk ikut membantu menjaga perdamaian di bawah bendera PBB jika gencatan senjata sudah dilakukan.

Menyikapi gempuran tentara Israel di Lebanon, Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia (FKPI) di Jakarta, kemarin, mengatakan, konflik tersebut adalah tragedi kemanusiaan. FKPI terdiri dari ormas pemuda lintas agama dan ideologi, seperti PMII, PMKRI, GMKI, IPNU, IMM, Hikmahbudi, GMNI, GMKI, IPPNU, IRM, dan KMHDI.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin kepada wartawan mengatakan, langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia dan OKI yang menyatakan kekecewaan terhadap PBB dan mengutuk serangan Israel tidak cukup.

Menurut Din, seluruh komponen bangsa yang tergabung dalam Rakyat Indonesia Bersatu, yang terdiri atas tokoh lintas agama, sedang mempersiapkan aksi sejuta umat untuk menunjukkan ketidaksenangan terhadap Israel, Amerika Serikat, dan PBB. "Aksi akan dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia, melewati Gedung PBB, Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan berakhir di depan Istana," ujar Din.

Secara terpisah, Ketua Umum Forum Komunikasi Kristiani Jakarta Theophilus Bela juga menyerukan ajakan untuk melakukan aksi bersama mengutuk Israel. (MAM)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home