| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, August 20, 2006,12:51 PM

Hezbollah Gagalkan Operasi Israel

Beirut, Sabtu - Pasukan Hezbollah memukul mundur pasukan komando Israel yang mendarat di wilayah Baalbek, Sabtu (19/8) dini hari, saat gencatan senjata memasuki hari keenam. Dalam insiden tersebut, seorang tentara Israel tewas dan dua lainnya luka-luka.

Operasi yang dilakukan pasukan komando Israel ini dikonfirmasi baik oleh pejabat Lebanon maupun Israel. Lebanon menegaskan, aksi Israel tersebut telah melanggar kesepakatan gencatan senjata 14 Agustus. Namun, Israel mengatakan, mereka berhak menyerang untuk mencegah pasukan Hezbollah mempersenjatai dirinya lagi.

Pejabat Lebanon juga menyebutkan tiga pejuang Hezbollah tewas dalam serangan itu, tetapi pihak Hezbollah menyatakan tak ada pejuangnya yang tewas.

Menurut sejumlah saksi mata, rudal-rudal Israel menghancurkan sebuah jembatan dalam operasi militer tersebut. Perdana Menteri Lebanon Fouad Saniora mengecam aksi Israel yang jelas- jelas melanggar kesepakatan gencatan senjata. Ia akan membawa permasalahan ini kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan.

"Pendaratan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel hari ini merupakan pelanggaran terbuka terhadap penghentian kekerasan yang diumumkan Dewan Keamanan PBB," kata Saniora yang akan menyampaikan keluhannya kepada delegasi PBB yang akan bertemu dengannya akhir pekan ini.

Akan berlanjut

Militer Israel hari Sabtu mengatakan, operasi pasukan khusus mereka bertujuan untuk "mencegah dan mengintervensi aktivitas teror terhadap Israel, khususnya penyelundupan senjata dari Iran dan Suriah kepada Hezbollah".

Menurut Israel, operasi seperti itu akan terus berlanjut sampai "terjadi unit pengawasan efektif" untuk mencegah Hezbollah membangun persenjataannya.

"Bila Suriah dan Iran terus mempersenjatai Hezbollah yang merupakan pelanggaran terhadap resolusi PBB (tentang gencatan senjata), Israel berhak bertindak untuk membela prinsip embargo senjata," kata juru bicara Deplu Israel, Mark Regev.

Akan tetapi, pejuang Hezbollah dengan tangguh menggagalkan operasi Israel yang didukung persenjataan serba canggih tersebut. Televisi Al Manar menyiarkan, pasukan komando Israel mendarat di waktu subuh dan bergerak ke arah Boudai. Di situlah gerilyawan Hezbollah melakukan serangan pintas dan berhasil memukul mundur pasukan Israel.

Pesawat-pesawat tempur Israel kemudian menembakkan rudal-rudalnya untuk melindungi pasukannya dari serbuan pejuang Hezbollah, dan sejam kemudian pasukan Israel meninggalkan arena pertempuran.

Menteri Luar Negeri Lebanon Fawzi Salloukh menyatakan, otoritas Lebanon menemukan genangan darah di tempat penyerbuan. Salloukh yang berbicara kepada pers setelah bertemu utusan PBB, Terje Roed-Larsen, mengatakan, pihaknya telah mengadukan pelanggaran yang dilakukan Israel tersebut.

"Bila Israel terus melakukan pelanggaran, adalah tanggung jawab Dewan Keamanan PBB untuk bertindak dan menghentikan Israel," katanya.

Pasukan UNIFIL

Presiden Lebanon Emile Lahoud hari Sabtu juga mengatakan, semua negara yang memiliki hubungan militer dengan Israel tak bisa menjadi bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB yang akan menjaga di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.

"Selain itu, jumlah pasukan juga harus setara sehingga tak ada negara yang mendominasi lainnya," kata Lahoud dalam pernyataan pers.

"Kami menginginkan UNIFIL (melindungi) seluruh rakyat Lebanon, seperti juga halnya pasukan Lebanon dan perlawanan nasional (Hezbollah)," ujarnya.

UNIFIL adalah pasukan interim PBB di Lebanon yang jumlahnya mencapai 2.000 orang dan akan diperluas menjadi 15.000 orang berdasarkan mandat yang diberikan Resolusi PBB 14 Agustus lalu.

Permasalahan utama bagi sejumlah negara yang berniat mengirimkan pasukannya adalah apakah mereka harus melucuti persenjataan Hezbollah. Sejumlah negara kini akan mempelajari dengan teliti aturan mainnya sebelum memutuskan akan mengirimkan pasukan.

Pada hari Sabtu Presiden Perancis Jacques Chirac mendiskusikan komposisi dan mandat pasukan UNIFIL dengan Perdana Menteri (PM) Italia Romano Prodi, PM Turki Recep Tayyip Erdogan, dan PM Finlandia Matti Vanhanen.

"Presiden bersikukuh bahwa pasukan ini harus mencerminkan keterlibatan seluruh komunitas internasional, khususnya negara- negara Eropa," demikian pernyataan kantor Chirac. (AP/AFP/MYR)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home