| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Sunday, May 28, 2006,12:51 PM

Pantai, Film, Musim Panas..

Edna C Pattisina

Pantai, film, dan musim panas. Apalagi yang kurang untuk membuat Festival Film Cannes yang diadakan tanggal 17-28 Mei sebagai sebuah pesta besar yang meriah dan ceria. Ruang-ruang Palais des Festivals yang dingin, bisa jadi para penonton mengerutkan dahi, atau sibuk bertransaksi menawarkan filmnya. Tetapi di luar, semua orang tertawa, menikmati atmosfer keceriaan yang ada, tanpa beban.

Ferdinand, misalnya, duduk-duduk di taman Esplanade Pompidou, di sekitar Palais sambil membawa karton bertuliskan "One invitation please, and I’ll give you a French Kiss". Wow! Pemuda ganteng ini tersenyum saat ditanya apakah tawarannya itu serius. "Kenapa tidak? Kamu punya karcis?" begitu katanya. Wow lagi….

Ya, kenapa tidak. Semua orang toh ingin menikmati suasana ceria yang hanya berlangsung 12 hari dalam setahun ini. Sama seperti Florent dan Charlotte, dua remaja yang berdandan cantik dan berdiri di depan Palais des Festivals untuk mencari undangan masuk ke Grand Theatre Lumiere yang memang mengharuskan para undangan mengenakan gaun malam dan tuksedo. Cerita Florent, selama seminggu terakhir sudah tiga kali ia berhasil masuk dengan cara seperti itu, yaitu memegang karton bertuliskan "1 invitation please". Demikian juga Claire yang sudah terbilang nenek juga melakukan hal yang sama. "Karena saya suka film, dan seru kan kalau kita bisa nonton duluan dari orang lain," ceritanya.

Kebebasan berekspresi ini kemudian membawa kita pada tingkah polah manusia yang lucu-lucu. Spontanitas yang muncul dari tiap orang menunjukkan betapa kita bisa menikmati dunia dengan cara yang sederhana, tanpa takut dicap apa pun.

Di sekitar Palais des Festivals pada pemutaran film pertama, yaitu pukul 08.30 pada pagi hari, sudah ada belasan orang tua dan muda, perempuan dan laki-laki, yang bertanya ada undangan lebih atau tidak. Menjelang sore dan malam hari, banyak orang berdandan untuk datang ke kawasan festival. Sebagian untuk menyaksikan para selebriti yang melintasi karpet merah, akan tetapi sebagian lagi datang untuk dilihat. Para juru foto pun mengerubungi siapa saja yang terlihat ingin dilihat. Serasa memburu artis, mereka pun memanggil: "Madam! Madam!" Dan tidak banyak yang tidak berhenti untuk berpose dan membeli fotonya entah esok atau hari ini. "Siapa tahu ada sutradara yang melihat, terus saya diajak main film," kata Laurent sambil tersenyum.

Impian menjadi aktor juga jelas terlihat dari berbagai sudut festival. Ada yang bergaya seperti aktor-aktoran dengan menyewa tuksedo 70 euro sehari, ini belum termasuk dasi kupu-kupu dan kemeja masing-masing 5 euro dan 10 euro sehari. Penampilannya jadi meyakinkan, daripada membeli jas Pierre Cardin yang sama di butik dengan harga hampir 500 euro. Dia lalu mondar-mandir di sekitar Palais dan pulang setelah berfoto sejenak bersama sebuah limusin yang sedang dilap-lap oleh sopirnya yang ganteng.

Seorang wanita dengan gaun malam lengkap dengan perhiasannya berjalan dengan langkah penuh percaya diri keluar dari Hotel Majestic, tidak jauh dari Palais, tempat Michelle Yeoh dan Cate Blanchett juga menginap. Perempuan itu minta diambil gambarnya oleh beberapa wartawan televisi dan fotografer yang menyemut pada pesta pembukaan. "Aku lebih suka Cannes daripada Hollywood," katanya. Merasa kurang afdol, ia sempat meminta gambarnya diambil ulang dengan gaya yang sama dan kata-kata yang sama. Habis itu, dia pun ngeloyor pergi, meninggalkan kerumunan orang yang menatap dengan heran sekaligus kagum. Namanya juga impian, pertanyaan sekaligus pernyataan "kenapa tidak" pun kembali hadir di sini.

Impian sama

Inilah pesta masyarakat yang sebenarnya. Mereka yang tidak punya akses masuk ke kemegahan festival film yang diklaim paling punya pamor di dunia film ini. Toh para "kaum pinggiran" itu tetap bisa berpesta. Alphonse yang hari Minggu menempuh perjalanan dua jam dari Marseille datang khusus untuk berfoto di karpet merah di depan Grand Theatre Lumiere. Dengan kacamata hitam dan rambut di-spike, siswa SMA ini menunjukkan bajunya yang bertuliskan "I Love NY" yang juga adalah impiannya yang lain. Maka, datanglah dia untuk mengabadikan dua impiannya itu: berjalan di karpet merah sebagai aktor terkenal dan pergi ke New York. "Di dalam ada Paris Hilton nggak ya, itu impian saya juga," katanya dengan mata mengarah ke dalam Palais. Wah, kalau itu sih impian yang kira-kira persis sama dengan impian sebagian besar remaja di dunia ini.

Kalau sudah begini, nyatalah apa yang disebut sebagai desa global itu sendiri. Media tidak hanya menjadikan kita memiliki pola konsumsi yang sama, tetapi juga impian-impian yang nyaris seragam. Toh itu sah-sah saja, apalagi bersama dengan suasana musim panas Cannes yang indah itu.

Sepanjang jalan Boulevard de la Croisette, yang berhiaskan pohon-pohon palem—mungkin benar kalau warga Cannes mengklaim dirinya sebagai pemilik boulevard paling berkesan di dunia—aktivitas seperti tiada henti. Siang hari, di sisi pantai, kita bisa melihat orang-orang berjemur dengan dada terbuka. Malamnya, pantai yang sama digunakan untuk pesta dengan DJ lalu acara menonton layar tancap yang disebut sebagai Cinema de la Plage. Selimut dan kursi empuk yang membuat kita bisa merebahkan diri menjadikan malam di Cannes sebagai sebuah petualangan yang romantis.

Sisi pantai dari boulevard ini setiap hari selalu memberi kejutan. Tidak ada yang sama setiap hari. Mulai dari patung pasir yang membuat patung Monica Bellucci pada hari ini dan Penelope Cruz pada hari lain, akrobat dan disko jalanan, tarian indian, hingga pawai kostum untuk mempromosikan film animasi dan gadis-gadis cantik yang berkostum pakaian dalam lagi-lagi untuk promosi film. Yang konon selalu ada tiap tahun dan menjadi ciri khas festival ini adalah atraksi seorang pria pemegang proyektor yang mengecat emas seluruh badannya. Ia akan diam terus tak bergerak, sampai ada yang melemparkan koin ke kotak yang ada di depannya.

Di sisi dalam boulevard, berderet nama butik-butik yang khas dengan menjual impian glamornya. Sebut saja Versace, Pierre Cardin, Chanel, Christian Lacroix, Boucheron, Hermes, Gucci, Dolce Gabbana, Louis Vuitton, dan belasan merek ternama lain membuka toko kecil mereka di sepanjang jalan. Di sela-selanya ada hotel-hotel antik yang ditiduri para artis dengan harga sewa kamar ribuan euro per malam. Kafe-kafe tempat kita bisa memesan kopi dan croissant di sebelah distributor atau produser film berpengaruh.

Boulevard de la Croisette seakan merepresentasikan tidak saja keceriaan dan kehebohan festival ini, tetapi juga menunjukkan dua sisi dari sebuah festival film, yang merakyat dan eksklusif.

Pesta-pesta eksklusif, di mana makanan dan minuman membanjir, hadir setiap malam. Seperti pesta yang digelar Caroline Grousi Schuefele, anggota keluarga pemilik merek perhiasan Chopard, di Carlton Hotel—salah satu hotel terbaik di Cannes, Sabtu (20/5) lalu. Ribuan tamu bebas menikmati Champagne Perrier Jouet yang menemani berbagai hidangan mulai dari sushi hingga keju perancis malam itu. Pesta yang diadakan untuk "kawan-kawan" ini dihadiri oleh para ratusan pembeli terbaik dan sahabat-sahabat seperti Elton John, Penelope Cruz, Elizabeth Hurley, dan Marilyn Manson. Pesta-pesta serupa juga diadakan di yacht-yacht mewah yang disewa dengan harga belasan ribu euro sehari. Mulai dari pihak distributor hingga artis seperti Bai Ling membuka yacht-nya pada malam-malam tertentu untuk pesta-pesta menikmati festival ini.

Semarak musim panas menjadi roh dari suasana "off" alias di luar Festival Film Cannes yang serius ini. Sementara para peminat film menonton dari pagi hingga lewat tengah malam, mondar-mandir dengan buku program harian di tangan, mereka yang berada di luar gedung Palais des Festivals bisa menikmati dengan caranya sendiri. Dua-duanya sama-sama ingin mengisi ruang-ruang kosong di dalam diri. Dua belas hari yang penuh dengan hal-hal indah lepas dari rutinitas sehari-hari, di sebuah dunia extravaganza, impian musim panas yang dimiliki Cannes. (Laporan dari Cannes)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home