| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Saturday, April 01, 2006,10:24 AM

Politik "Assalamualaikum" dari Tony Blair

Lebih dari 100 wartawan dalam dan luar negeri terperanjat dan kemudian tersenyum sesaat setelah Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengawali kesempatan jumpa pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan kata "assalamualaikum". Tanpa terdengar kikuk, salam itu mengawali keterangannya mengenai hasil pertemuannya dengan Yudhoyono.

Lima tokoh dan cendekiawan Islam yang turut dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (30/3), tersenyum ketika salam simpatik itu meluncur.

Mereka adalah Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Azyumardi Azra, Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Nazaruddin Umar, Pemimpin Pondok Pesantren Da’arut Tauhid Abdullah Gymnastiar, dan mantan Menteri Agama Quraish Shihab.

"Mengingat Inggris yang multikultural, salam pembuka jumpa pers PM Blair yang lancar diucapkan tidak terlalu mengherankan untuk saya. Apa yang dilakukan Blair menunjukkan apresiasi dan pemahamannya yang besar terhadap Indonesia," ujar Azyumardi.

Sikap simpatik ditunjukkan Blair sejak kakinya menginjak halaman Istana Merdeka dan disambut Presiden serta Ny Ani Yudhoyono. Mengenakan kemeja putih lengan panjang tanpa dasi, Blair menebar senyum ketika berjalan menuju Ruang Credential. Udara tropis yang hangat membuat tubuhnya berkeringat dan menembus kemeja putihnya yang tipis.

Setelah pertemuan empat mata dan pertemuan bilateral sekitar satu jam, Blair dan Yudhoyono keluar melalui teras belakang menuruni tangga Istana Merdeka menuju Kantor Presiden. Dua pemimpin ini lantas berjalan kaki memutar mengelilingi taman hijau di antara Istana Merdeka dan Istana Negara menuju Kantor Presiden.

Tidak ada pengawalan ketat ketika dua pemimpin ini berjalan kaki sambil berbincang. Pemandangan ini kontras dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condolezza Rice ke Kantor Presiden, 14 Maret 2006. Blair yang didampingi Yudhoyono bahkan berinteraksi dengan wartawan ketika melewati halaman Kantor Presiden. Di teras Kantor Presiden, lima tokoh dan cendekiawan Islam telah menunggu untuk berdialog.

Din menggambarkan, dialog informal dengan Blair sekitar satu jam berlangsung akrab. Lima tokoh dan cendekiawan Islam yang disebut Yudhoyono dan Blair sebagai tokoh moderat dan kritis menyampaikan pandangan dan kritiknya kepada kebijakan politik luar negeri Inggris. "Masing-masing dari kami diberi kesempatan menyampaikan pandangan dan sikap," ujarnya.

Azyumardi yang juga diundang untuk berdialog dengan Presiden Amerika Serikat George W Bush di Bali tahun 2003 menilai Blair lebih responsif dan terbuka menerima kritik dibandingkan Bush. "Dalam dua pertemuan yang saya ikuti, baik Bush maupun Blair sama-sama rajin mencatat. Tetapi, Blair lebih responsif. Blair juga tidak tampak geram ketika menerima kritik tajam soal Irak," ujarnya.

Azyumardi tak melihat sikap defensif dari respons Blair kepada lima tokoh dan cendekiawan Islam. Pilihan kata yang digunakan Blair juga banyak berubah.

"Blair tidak lagi menyebut perang melawan terorisme, tetapi kolaborasi dan kerja sama menghadapi terorisme. Ini menunjukkan kebijakan luar negerinya yang mulai berubah," ujarnya. (WISNU NUGROHO)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home