| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Tuesday, April 25, 2006,10:31 PM

Olimpiade Fisika Asia

Ujian Teori Mengacu pada Riset Nobel

Almaty, Kompas - Para pelajar dari 19 negara peserta Olimpiade Fisika Asia Ke-7, Senin (24/4), mulai mengikuti ujian teori di Student Palace, Almaty, Kazakhstan. Soal-soal ujian yang disuguhkan mengikuti kecenderungan riset fisika masa kini, termasuk kajian yang memenangi hadiah Nobel.

Soal-soal tersebut terdiri atas tiga nomor. Pertama, tentang proses pendinginan atom melalui penggunaan sinar laser. Teknik ini dibutuhkan untuk riset kuantum gas pada temperatur rendah.

Kedua, tentang osilasi (getaran) dan gesekan pada lantai. Peserta diminta menganalisa dinamika getarnya.

Ketiga, terdiri atas beberapa hal, yakni listrik statis pada kepingan-kepingan konduktor, termodinamika untuk penyetaraan temperatur pada hidrogen dan oksigen dalam satu bejana yang disekat menjadi dua bagian, serta tentang fluida menyangkut tekanan dalam palung laut di Samudra Pasifik.

Informasi yang dihimpun dari pimpinan tim dan tim pembuat soal menyebutkan bahwa teknik pendinginan atom dengan laser saat ini digunakan dalam riset kuantum gas atom dingin. Riset tentang kuantum gas dari atom dingin ini memenangi hadiah Nobel tahun 1997 atas nama Steven Chu (Amerika Serikat) dan Cohen-Tannoudji (Perancis) tahun 2001.

Penalaran tinggi

Pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia Dr Yohanes Surya mengakui, soal tentang pendinginan atom membutuhkan penalaran yang relatif tinggi. Namun, dia optimistis pelajar Indonesia selaku peserta, yang terdiri dari tim A dan B, mampu mengatasi soal itu. "Kami harapkan doa restu dari masyarakat Indonesia, sekaligus berterima kasih pada Menko Kesra yang turut mendukung pengiriman tim," kata Yohanes. Menurut jadwal, ujian eksperimen akan berlangsung Rabu (26/4) di tempat yang sama.

Sehari sebelumnya, upacara pembukaan Olimpade diwarnai pesan-pesan dari Presiden Kazakhstan Nursultani Nazarbayev tentang pentingnya bangsa-bangsa di dunia menumbuhkan budaya kompetisi dalam sains.

Dalam pidato tertulisnya yang dibacakan Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi Aitimova Byrganym, Presiden Nazarbayev mengingatkan bahwa budaya kompetisi dalam sains memacu semangat para ilmuwan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi perkembangan disiplin ilmunya.

"Pada gilirannya, prestasi dalam bidang sains akan menginspirasi lahirnya temuan-temuan teknologi baru yang memajukan peradaban dunia" ujar Nazarbayev.

Keikutsertaan Kazakhstan sejak dimulainya Olimpiade Fisika Asia tahun 2000 hingga kemudian menjadi penyelenggara tahun ini sangat dihargai oleh Presiden Olimpiade Fisika Internasional Waldemar Gorzkowski.

Gorzkowski yakin bahwa partisipasi tersebut dengan sendirinya menggelorakan kesadaran akan pentingnya sains bagi masyarakat di negara-negara wilayah pecahan Uni Soviet.

Hal itu mendapat sambutan hangat dari Rektor Universitas Alfaraby Kazakhstan Tolegen Rozhamkulov.

Rozhamkulov mengingatkan, jauh sebelum budaya kompetisi digelorakan, bangsa Kazakhstan telah melahirkan sejumlah fisikawan dunia. Ketika Kazakhstan masih dalam wilayah Uni Soviet—sebelum era awal tahun 1990-an—masyarakat ilmiah setempat telah mencuatkan dua fisikawan berkelas dunia.

Keduanya adalah kosmonot Aubakirov Tohtar tahun 1946 dan Viktorenko Alexander tahun 1947. (NAR)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home