| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Thursday, May 25, 2006,11:02 AM

Biaya Sekolah atau Mobil

Banyak orangtua keberatan ketika harus mengeluarkan uang cukup besar untuk menyekolahkan anaknya. Anehnya, untuk keperluan hiburan seperti DVD player, televisi, atau home theater, meski jutaan rupiah, orang mudah membelinya. Tidak hanya itu. Untuk harga yang lebih mahal, ratusan juta atau miliaran rupiah, orang mudah mengeluarkannya ketika membeli mobil.

Kurang percaya? Lihat mobil-mobil baru berseliweran di jalanan. Tak heran bila jalanan mudah mengalami kemacetan. Kalau sudah demikian, yang muncul egoisme dan tak taat aturan. Yang terjadi, saling sodok, saling maki, mau menang sendiri, seolah tak ada lagi aturan di jalanan. Sopan santun berlalu lintas sebagai tanda adab ditinggalkan.

Aneh. Ya, memang aneh. Tetapi itulah sikap yang muncul pada banyak orang Indonesia. Entah mengapa, tiba-tiba orang Indonesia menjadi pelit bila harus mengeluarkan uang untuk keperluan pendidikan. Dalam benaknya, dunia pendidikan seharusnya murah (kalau perlu gratis), dan berkualitas bagus. Mungkinkah saat ini Indonesia mewujudkan sekolah yang berkualitas dan gratis?

Grundelan itu baru untuk pendidikan di Indonesia. Bagaimana jika sang anak ingin belajar ke luar negeri?

Mengetahui besarnya biaya, banyak orangtua menangguhkan keinginan anaknya. Uang itu lebih baik dimanfaatkan untuk hal-hal yang meningkatkan gengsi atau modal usaha. Mereka terheran-heran, bagaimana mungkin untuk pendidikan harus keluar ratusan juta rupiah.

Menghadapi sikap dan pandangan orangtua seperti itu, ya sulit mengharap banyak anak Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang baik. Bagaimanapun, pendidikan yang baik pasti memerlukan biaya tinggi, dan pendidikan yang baik adalah kunci untuk membangun bangsa, ujar Anita L Sutandya, Direktur Anindho Dutabhuana, konsultan untuk belajar dan pelatihan di luar negeri.

Dan kita tahu, bagaimana kualitas pendidikan kita kini.

Sumber devisa

Pada era globalisasi ini, salah satu komoditas dan sumber devisa yang menggiurkan adalah pendidikan. Modal uang yang diperlukan memang tidak sebesar yang diperlukan untuk membangun pabrik besar. Maka tidak mengherankan apabila sejumlah institusi pendidikan dari negara-negara maju kini justru berbondong-bondong datang ke Indonesia, menawarkan pendidikan yang mereka kelola. Berbagai pameran pendidikan luar negeri digelar di mana-mana, di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan sebagainya. Pesertanya pun dari beragam perwakilan pendidikan luar negeri, dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, Inggris, Belanda, Singapura, Malaysia, dan China. (baca: Mau Studi ke Mana?)

Melalui cara ini, secara tidak langsung Indonesia hanya dijadikan pasar. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi berharga untuk mendatangkan devisa. Kenyataannya, setiap tahun puluhan ribu anak muda Indonesia melanjutkan studinya di berbagai negara.

Kesadaran bahwa pendidikan yang bagus bisa mendatangkan devisa agaknya mulai disadari sejumlah lembaga pendidikan di Indonesia. Namun, ketika kita baru menyadari, Pemerintah Singapura sudah melakukannya.

Singapura, negeri pulau kecil seluas 692,7 kilometer persegi (terdiri dari 682,7 kilometer persegi daratan dan 10 kilometer persegi air), memang tidak memiliki sumber daya alam. Untuk membangun industri dengan pabrik-pabrik besar, tempat yang tersedia amat terbatas. Satu-satunya yang dimiliki dan menjadi kekayaan Singapura adalah manusia. Maka, pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan pun ditangani secara sungguh-sungguh.

Hasilnya? Kini Pemerintah Singapura sudah menikmati hasil. Ketiga universitas negeri National University of Singapore (NUS), Nanyang Technological University (NTU), dan Singapore Management University (SMU) sudah dinilai berkualitas tinggi dan berstandar internasional. Tidak hanya itu, kelima politeknik negeri yang ada pun Politeknik Nanyang, Politeknik Singapura; Politeknik Ngee Ann, Politeknik Temasek, dan Politeknik Republik menyusul menggapai kualifikasi berstandar internasional.

Dampak lanjutannya, Singapura kini menjadi salah satu tujuan sejumlah lembaga pendidikan tinggi asing yang ingin melebarkan sayap ke kawasan Asia, entah dengan membuat kampus Singapura atau melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan swasta.

Menyadari banyak lika-liku bisa terjadi pada lembaga pendidikan swasta, Pemerintah Singapura pun membuat sejumlah rambu yang dimaksudkan untuk menjaga kualitas sekaligus melindungi mahasiswa lokal maupun asing dari praktik-praktik yang merugikan (baca: Di sana Semua Ada serta Pemerintah Bertanggung Jawab).

Dalam membangun pendidikannya, visi nasional Singapura yang dikumandangkan tahun 1997 oleh Perdana Menteri Goh Chok Tong adalah thinking school, learning nation.

Thinking schools mengacu pada bagaimana sistem pendidikan nasional Singapura memberi bekal kepada para siswa dengan aneka keterampilan, pengetahuan, nilai, dan kesigapan mental agar bisa menanggapi segala tuntutan zaman, terutama masa depan yang penuh tantangan.

Sedangkan learning nation berarti upaya bersama bagaimana praktik pendidikan nasional di negara pulau itu mampu membangun etos dan kemauan ingin belajar terus-menerus (ongoing education) tanpa henti meski secara resmi telah meninggalkan bangku kuliah.

All out

Kolumnis Ariel Heryanto yang pernah belajar di Singapura selama 3,5 tahun pernah menuturkan kesannya.

Pemerintah Singapura telah berhasil membangun sistem pendidikan nasionalnya secara terpadu dan baik. Mereka secara all out (habis-habisan) dan tanpa henti selalu mengupayakan pencapaian atas segala sesuatu secara optimal, syukur-syukur bisa mencapai tingkat excellent (sempurna), katanya.

Pendidikan yang bermutu di Singapura ditunjang oleh dua faktor. Pertama, good will (kehendak politik) pemerintah untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang amat kompetitif. Kedua, pemerintah konsekuen dan berani melaksanakan keputusan (pertama) dengan menyediakan modal besar untuk pendidikan.

Kapankah pendidikan di Indonesia bisa menyerupai Singapura atau Malaysia? (Tonny D Widiastono)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home