| HOME | WRITING | IND-CLIPPING | ENG-CLIPPING | MUSIC |
Monday, August 28, 2006,11:06 AM

WTO di Ambang Mati Suri

Tak Ada Titik Temu Selama Pemain Utama Pertahankan Kepentingannya

Kuala Lumpur, Jumat - Pembicaraan liberalisasi di Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO terancam mati suri, setidaknya selama beberapa tahun ke depan. Penentuan apakah WTO mati suri atau tidak, tergantung pada diskusi selama 6-8 bulan ke depan. Jika gagal juga, WTO hampir bisa dipastikan akan mati suri.

Peringatan itu disampaikan oleh Ketua Perwakilan Dagang AS (US Trade Representative) Susan Schwab di Kuala Lumpur, Jumat (25/8).

Schwab berada di Kuala Lumpur dalam rangka penandatanganan perjanjian AS-ASEAN bernama Pengaturan Kerangka Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Framework Arrangement). Isinya memberi akses pada produk ASEAN memasuki pasar AS dan ASEAN diminta melindungi produk AS dari pembajakan hak cipta.

Terhentinya perundingan di WTO menghentikan pula penciptaan sistem perdagangan. Hal itu membuat Agenda Pembangunan Doha (kadang disebut sebagai Putaran Doha) tertunda. Hal itu jelas merugikan negara berkembang karena Putaran Doha, yang dimulai di Doha, ibu kota Qatar, pada tahun 2001, bertujuan memberi akses lebih besar pada produk negara berkembang memasuki pasar negara maju.

Hal itu terkait dengan misi Millennium Development Goals (MDGs/Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium) yang dicanangkan PBB, yakni pemberantasan kemiskinan dengan mempermudah akses bagi produk pertanian negara berkembang.

Secara keseluruhan, mandeknya WTO akan mengganggu kelancaran perdagangan dunia, yang pada tahun 2004 lalu mencapai lebih kurang 8,9 triliun dollar AS. Dari jumlah itu, nilai perdagangan sektor pertanian mencapai 783 miliar dollar AS, tergolong kecil (kurang dari 10 persen), tetapi menjadi isu berat bagi Uni Eropa (UE).

"Kami akan mencoba dengan sangat, sangat keras mulai sekarang hingga 6-8 bulan untuk melihat apakah kami melakukan sebuah terobosan. Jika tidak bisa melakukan terobosan..., diperlukan beberapa tahun lagi untuk mendapatkan sebuah terobosan baru," kata Schwab.

Hampir mustahil

Perundingan WTO ditunda bulan lalu karena ada kebuntuan soal pengurangan hambatan perdagangan atas produk pertanian, dalam bentuk tarif dan nontarif. India dan Brasil menolak lanjutan pembahasan WTO jika negara maju masih menutup diri soal produk pertanian.

AS sudah bersedia mengurangi subsidi pertanian serta mempermudah akses bagi negara berkembang. Sebaliknya, UE masih sulit mengurangi subsidi pertanian. UE juga menuduh AS masih memberi subsidi terselubung pada pertanian, antara lain dengan mempertahankan Public Law 480 (PL 480), di mana AS bisa merangsang ekspor komoditas pertanian dengan memberi kredit murah kepada negara pembeli komoditas pertanian AS.

Tak ada titik balik

Schwab juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan Malaysia Rafidah Aziz. Dalam pertemuan itu keduanya mengatakan tak ada jalan menuju pembahasan kembali Putaran Doha jika tidak ada tawaran yang berarti dari pemain utama (AS, UE, dan India serta Brasil sebagai wakil tidak resmi dari negara berkembang).

Schwab mengatakan, ia akan menghadiri pertemuan Kelompok Cairns—kumpulan 18 negara pengekspor utama komoditas pertanian—bulan depan di Australia. Pada pertemuan itu, Menteri Perdagangan Australia Mark Vaile akan mengusulkan penghidupan kembali Putaran Doha.

Namun, dalam pertemuan Cairns itu, Ketua Komisi Perdagangan UE Peter Mandelson tak akan hadir. Mandelson adalah pengetok palu dari UE soal perdagangan. Jika terobosan baru tidak dihasilkan, hal itu berdampak pada AS.

Di bawah pemerintahan Presiden AS George W Bush, ada sistem yang memungkinkan sebuah kesepakatan perdagangan disetujui Kongres AS secara cepat. Bush berkuasa sampai 2008. Jika hingga pertengahan 2007 tak ada terobosan, kemudahan sistem itu otomatis akan hilang dan khusus untuk AS, diperlukan waktu ekstra lagi soal penciptaan sistem perdagangan global. (AFP/AP/REUTERS/MON)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home